Salah satu kesimpulannya adalah "Polri adalah satu-satunya institusi di Indonesia yang bisa memberikan keamanan. Jika ada pilihan lain, tingkat kepercayaan publik akan jauh lebih sulit untuk dicapai atau dipulihkan". Menyedihkan banget, ya?
Karena 'nggak ada opsi lain, maka polisi menjadi satu-satunya yang bisa diharapkan. Walau 'nggak selalu bisa diandalkan karena kurang dipercaya track record-nya, tetapi tetap harus percaya karena 'nggak ada pilihan lain.
Dimulai Dari Kita
Dalam berbagai kesempatan berbicara di depan banyak orang, aku seringkali menantang yang hadir dengan pertanyaan: "Maukah bapak dan ibu mengarahkan putera atau puteri yang berprestasi di sekolah menjadi polisi?" Hampir semua menggeleng.Â
Sebagian besar memberi komentar negatif tentang polisi, yang kemudian aku respon lagi: "Putera-puteri kita 'kan dididik dengan baik sehingga mereka adalah orang-orang baik. Mereka itulah yang dibutuhkan untuk membuat polisi menjadi baik. Lha, kalau kita sendiri 'nggak bersedia, 'gimana dan kapan berharap polisi bisa menjadi baik sesuai harapan kita?". Â
Lalu ada komentar lain. Misalnya, 'nggak mampu kalau cuma sendirian, sudah 'nggak ada harapan, tidak mungkin diperbaiki, dan biar orang lain ajalah dulu yang memulai.
Siapa Bersedia Berkorban?
Potret tersebut bisa jadi juga terdapat pada komunitas dan golongan masyarakat lainnya. Citra buruk dan negatif tentang polisi sudah sedemikian buruk bagi banyak orang.Â
Guyonan almarhum Gus Dur yang menyatakan hanya almarhum Hugeng (mantan kapolri yang sangat melegenda sebagai jenderal jujur), patung polisi, dan "polisi tidur" (sebutan untuk gundukan melintang di jalan-jalan komplek perumahan) sajalah yang dipastikan kejujurannya makin menguatkan persepsi tersebut.
Sekarang ini pun aku sedang berurusan dengan polisi. Lebih tiga tahun kasus pelaporan terhadap mitra bisnisku yang curang mandeg di salah satu Polres di Jakarta dan nyaris tidak ada perkembangannya.Â
Bahkan memanggil terlapor saja pun terkesan polisi tidak punya kemampuan. Apakah karena aku tidak mau mengeluarkan sejumlah uang atau pihak terlapor sudah memberikan uang dalam jumlah banyak, 'nggak tahu juga. Â
Begitulah faktanya. Anda mungkin juga punya pengalaman yang mirip, atau bahkan sama?
Mari tetap berharap pada perubahan, walaupun itu "sekadar keajaiban" ...