Ketika ada permintaan lagu berikutnya, sempat terlontar untuk melantunkan lagu berjudul Joko Tingkir dari Presiden Joko Wibowo. Dan Farel sudah bersiap menyanyikannya, namun pemusik "bermanuver" untuk membatalkannya sehingga dengan spontan tercetus, "Musiknya bukan yang begini ...", katanya heran karena beda dengan gladiresik sehari sebelumnya.Â
Kurang lebih dua menit "bernegosiasi", akhirnya Joko Tingkir batal dinyanyikan, diganti dengan pengulangan Ojo Dibandingke yang ternyata bahkan lebih berhasil menarik antusiasme yang hadir dengan rame-rame merangsek ke depan berjoget di seputar Farel.
Ternyata lagu JT "bermasalah". Ada yang keberatan dengan lagu tersebut, utamanya kalangan NU. Gus Muafiq meminta untuk tidak menyanyikan lagu JT karena dianggap menghina pahlawan dan ulama dengan lagu candaan.Â
Konon, lagu dengan pantun berbahasa Jawa itu berisi pesan positif untuk bekerja keras. Namun karena menyandang nama JT, ulama NU dan pekerja seni di Lamongan menjadi tidak berkenan. JT terlalu mulia kalau sampai di-"dangdut"-kan. Selain lirik, iramanya juga dinilai sangat mirip sholawatan.
Anyway, pelantunan Ojo Dibandingke adalah satu penampilan memukau dengan keberhasilannya mencairkan suasana dan berhasil menarik perhatian dan keterlibatan sangat banyak orang. Termasuk aku, yang dengan mampu menikmati kegembiraan dan keakraban suasana walau sekadar menyaksikannya melalui layar kaca.
Dirgahayu NKRI. Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H