Dengan deklarasi capres lebih awal, tentu saja memberi banyak keuntungan bagi PDIP, di antaranya mesin partai segera bekerja dan kader juga lebih punya banyak waktu untuk memperkenalkan capres kepada konstituen dan calon pemilih. Kenapa tidak dilakukan?
"Waktunya masih dua tahun lagi, sabar saja", kata bu Mega, sambil menambahkan alasannya yang belum selesai menghitung atau mempertimbangkan mana calon yang tepat untuk diusung. Di sini menariknya! Bukankah itu berarti dengan Puan pun beliau masih menimbang-nimbang? Alias belum mantap?
Ada Apa dengan Elektabilitas?
Bu Mega lebih percaya pada hal lain daripada "sekadar" elektabilitas capres. Mungkin akan berbeda ceritanya kalau Puan selalu termasuk pemuncak klasemen, tidak seperti sekarang ini yang sayangnya sangat sulit diangkat dari kelompok capres paling bawah posisinya walau sudah melakukan banyak hal (pemasangan baliho raksasa senusantara, di antaranya).
Padahal sebagaimana kita tahu dan berlaku pada umumnya, elektabilitas adalah indikator utama mengukur keterpilihan seseorang. Apalagi jika yang melakukan adalah lembaga survey kompeten, bukan yang abal-abal.Â
Setiap pemilihan suara -- pileg, pilkada, maupun pilpres -- sudah membuktikan hal ini. Mungkin, bu Mega buying time menunggu sampai elektabilitas Puan merangkak naik, kalau belum bisa melejit dengan pesat yang tentu saja butuh kerja keras para petugas partai.
Kader Bisa Pecah?
Bu Mega juga pasti masih mengkalkulasi pilihan capres jika dijatuhkan kepada Puan, walau pilihan ini yang paling diidamkan beliau. Sejauh ini, kader PDIP termasuk yang paling militan di antara parpol lainnya. Selain itu, termasuk yang kritis dalam bersikap. Beberapa tindakan "berani beda" pernah terjadi yang menunjukkan hal ini.
Sebagai politikus sangat berpengalaman, beliau tentu juga punya sense, dalam artian menafsirkan respon yang diterima dari semua pihak. Kalau pengurus partai banyak memberi pernyataan yang mendukung pencapresan Puan dan sebaliknya bersikap negatif terhadap Ganjar, beliau juga pasti tahu. Namun, kenapa masih ragu?
Kuatnya image partai wong cilik yang kuat di akar rumput, bukan sekadar pernyataan basa-basi bagi PDIP. Kemungkinan bu Mega masih perlu memastikan dinamika yang sebenarnya terjadi di akar rumput ini. Ke mana suara mereka sebenarnya? Apakah sesuai dengan pernyataan para pengurus partai yang lebih banyak menyenangkan hati "bu Banteng"?
Ini salah satu critical point. Jika tidak sesuai aspirasi, besar kemungkinan "wong cilik" akan bereaksi berbeda. Misalnya, kelompok ini aspirasinya ke Ganjar (terlihat dari hasil sigi elektabilitas jika dijadikan indikator), namun bu Mega keukeh memilih Puan. Dan ini yang bisa berbahaya jika benar-benar sampai pecah dan terbelah.