Mohon tunggu...
Pardomuan Gultom
Pardomuan Gultom Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIH Graha Kirana

Lecturer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelola Emosi Anak: Belajar dari Montessori

9 Juli 2023   10:59 Diperbarui: 9 Juli 2023   11:09 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maria Montessori (1951) (sumber gambar: montessori-hofheim.de)

Selain itu, Montessori menegaskan pula pentingnya orang dewasa, baik guru maupun orang tua, agar menghilangkan sifat egosentris dan keotoriterannya terhadap anak. Orang dewasa harus mampu berperan sebagai orang kedua yang memperlakukan anak dengan lemah lembut untuk membantu tahapan perkembangannya dengan baik.

Montessori juga mengingatkan tentang pentingnya pendidikan yang membebaskan anak dari ketergantungan terhadap orang dewasa. Menurutnya, setiap orang dewasa berasal dari seorang anak dulunya. Jadi, anaklah yang membentuk dirinya menjadi dewasa. Anak menyerap pengalaman apapun yang ia alami di dunia dan pengalaman tersebut berpengaruh terhadap perkembangannya ketika dewasa kelak. Jika orang tua ingin anak tersebut menjadi orang yang benar-benar mandiri kelak, maka penting untuk membebaskan sifat ketergantungan anak terhadap orang dewasa.

Orang dewasa harus menyadari bahwa kapasitas belajar anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak memiliki kekuatan unik untuk mengembangkan dirinya. Beberapa hasil observasi Montessori menunjukkan perkembangan anak sebagai berikut: anak menggunakan lingkungannya untuk menyempu rnakan dirinya, sementara orang dewasa memanfaatkan dirinya untuk menyempurnakan lingkungannya. Orang dewasa adalah maklhuk yang tidak lagi berkembang, tetapi anak adalah makhluk sedang dalam keadaan senantiasa berkembang secara konstan. Ia berinteraksi dengan lingkungannya dan menyerap semua kesan yang dialaminya dan berpengaruh terhadap perkembangan dirinya.

Tujuan anak melakukan sesuatu pekerjaan sifatnya internal, bukan eksternal, seperti halnya orang dewasa. Orang dewasa melakukan sesuatu pekerjaan untuk menyelesaikan aktifitasnya, tapi anak melakukan aktifitas untuk perkembangannya. Melalui aktifitas kerjanya tersebut, ia mengembangkan konsentrasi, mengembangkan kemampuan motorik, membangun kebiasaan, dan lebih penting lagi ialah membangun konsep diri. Anak lebih tertarik pada proses dalam melakukan aktifitas, sedangkan orang dewasa lebih tertarik pada hasil dari aktifitasnya.

Montessori berpendapat bahwa alamlah yang sangat berpengaruh dan menentukan perkembangan anak. Dari alam pulahlah yang menjadi tujuan pendidikan Montessori, yaitu mengembangkan potensi anak secara optimal. Pendekatan dalam pendidikan Montessori memperlakukan anak sebagai individu yang unik. Pendekatan seperti ini bersifat fleksibel dan berubah sesuai dengan perubahan anak dalam minat dan keinginan, bukan memaksa anak sesuai dengan program yang seragam seperti sistem pendidikan yang dilaksanakan saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun