Mohon tunggu...
aprila paratih
aprila paratih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Melihat Lebih Dalam Novel "Laskar Pelangi"

22 Februari 2018   21:00 Diperbarui: 22 Februari 2018   21:10 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelas mereka memang terbilang unik, diantaranya siswa perempuan yang hampir tidak ada. Tak lain dia lah Sahara perempuan satu --satunya di kelas mereka. Ia mempunyai kerakter yang sangat keras, berpendirian teguh, dan agamais. Sifat -- sifat tersebut diperlihatkan melalui penggalan berikut ini.

"Masya Allah! Denga ranak muda, mana bisa kauhargai karya sastra bermutu, nanti jika Buya menulis lagi buku berjudul Si Kancil Anak Nakal Suka Mencuri Timun barulah buku seperti itu cocok buatmu."

Melalui cara bicara ia tampak sebagai orang yang salalu menilai sasautu dari sudut pandangnya.

Tokoh lain yang ikut menghiasi novel ini adalah A Kiong, seorang anak laki -- laki bedarah Tionghoa. Ikal sering menyebutnya anak Hokain, Hokain merupakan salah satu sub suku Tionghoa yang ada di Belitong. Setiap berpapasan wajah dengannya ia selalu menebar senyum, sangat setia dengan sahabat -- sahabatnya, setia dengan tanggung jawabnya,  dan bisa dikatakan ia tergolong anak yang  lugu.

"Sejak kelas satu SD, A Kiong adalah pengikut setia Mahar. Ia percaya-dengan sep enuh jiwa-apa p unyang dikatakan Mahar. Ia memposisikan Mahar sebagai seorang suhu dan penasihat sprir itual."

Beralih ke tokoh Trapani, ia adalah siswa tertampan di kelas mereka. Agaknya dia sedikit pendiam, tak mau jauh dari ibunda tercinta dan perfeksionis.

 "Meskipun rumahnya dekat dengan sekolah tapi sampai kelas tiga ia masih diantar jemput ibunya. Ibu adalah pusat gravitasi hidupnya."

"Jambul, baju, celana, ikat pinggang, kaus kaki, dan sepatunya selalu bersih, serasi warnanya, dan licin."

Singkron sekali, kepribadian sepertinya memang mudah kita temui diberbagi lingkungan kehidupan. Walaupun demikian sifat Trapani tetap disenagi oleh sahabat -- sahabatnya.

Berikut ini adalah Syahdan, seorang sahabat yang mempunnyi tingkat ekonomi yang sama seperti Ikal. Ia di ceritakan sebagai susah menerawang cita -- citanya.

"Masalahnya di mata Syahdan, gedung sekolah, bagan ikan, dan gudang kopra tempat kelapa-kelapa busuk itu bersemedi adalah sama saja."

"Syahdan selalu riang menerima tugas apa pun, termasuk menyiram bunga, asalkan dirinya dapat menghindarkan diri dari pelajaran di kelas."

Perilaku klasik yang sering dilihat atau didengar. Orang -- orang yang tampak tak bersemangat dalam sekolah akan memperlihatkan sifat mereka yang sering melupakan pelajaran. Mungkin ada berbagai faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Syahdan contohnya, walaupun pengalaman sekolahnya tidak memuaskan di mata Ikal, tapi siapa sangka ia menjadi orang yang paling sukses diantara yang lainnya.

Kucai, ia bersosok pemimpin, pintar berbicara, agaknya ia sedikit keras.

"Maka jika digabungkan sifat populis, sok tahu, dan oportunis dengan otaknya yang lemot Kucai memiliki semua kualitas untuk menjadi seorang politisi."

Tidak cukup pernyataan di atas, kadang ketika mereka bertengkar Kucai selalu memberikan pendapat yang kuat seseuai pendiriannya. Jika ia memandang sesuatu itu salah maka ia langsung menyela.

Jiwa anak kecil yang terkurung di tubuh orang dewasa, orang dewasa yang berpemiikiran anak kecil. Kata -- kata ini memberitahukan bahwa Harun adalah anak yang sedikit terganggu mentalnya, selalu mengulangi hal yang sama, bahkan ia lemot dalam menangkap pelajaran.

"Jika kami naik kelas harun juga ikut naik kelas meskipun ia tak punya rapor. Pengecualian dari sistem, demikian orang-orang pintar di Jakarta menyebut kasus seperti ini."

Walau pun demikian mereka sangat menerima Harun dengan segala kekurangannya, terutama Sahara. Tanpa Harun mereka bukan lah apa -- apa, mungkin tidak akan ada Laskar Pelangi tanpa Harun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun