Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Peran "O-Sake" dalam Sosial Masyarakat Jepang

27 Maret 2018   22:10 Diperbarui: 28 Maret 2018   18:35 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaneyama Nobuo, seorang budayawan, pada tahun 1983, dalam bukunya yang berjudul 3 Hikaku Seikatsu Jiten 3, menuliskan sebagai berikut.

Kebanyakan orang Indonesia tidak meminum alkohol (minuman keras atau arak). Meminum minuman keras dilarang oleh agama dan dianggap sebagai kebiasaan buruk. Tetapi, pada sebuah pesta atau perayaan, orang yang minum alhokol pun ada.

Kaneyama, dalam bukunya berusaha untuk membandingkan peran minuman keras di kehidupan masyarakat Jepang dan Indonesia. Berbeda dengan Kaneyama, penulis tidak menjamah ranah Indonesia, pernyataan di atas hanya sebagai pijakan untuk meneruskan tulisan ini lebih lanjut. Tulisan ini lebih fokus pada kehidupan sosial masyarakat Jepang yang berkaitan dengan O-Sake.

Pemahaman Istilah O-Sake

O-Sake atau jenis minuman beralkohol terbuat dari fermentasi beras, merupakan minuman 'wajib' sebagai pelengkap jamuan dalam berbagai acara. Mulai dari acara tahun baru, pernikahan, bahkan sekedar minum-minuman dengan teman sekantor. Acara atau perayaan festival tahunan atau upacara adat Jepang, O-Sake juga merupakan hal yang harus ada. Misalnya, proses ritual pemurnian Shinto, pernikahan a la Shinto, pembukaan toko, saat penyelenggaraan olahraga tradisonal Sumo, maupun perayaan yang lain. O-Sake yang digunakan untuk acara-acara tersebut, dinamakan Zake-Iwai.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, O-Sake adalah minuman beralkohol khas Jepang yang dibuat dari fermentasi beras. Ada perbedaan istilah di Jepang dengan di luar negara Jepang. Jika di luar negara Jepang, pemahaman tentang O-Sake adalah minuman khas negara Jepang. 

Namun, jika kita sedang berada di Jepang dan ingin memesan O-Sake, pelayan/orang Jepang pasti akan kebingungan karena O-Sake dalam pengertian orang Jepang adalah minuman alkohol secara umum. Jadi, bir, wine, whisky dan minuman beralkohol lainnya, di negara Jepang diistilahkan dengan O-Sake.

Orang-orang Jepang, mengistilahkan minuman khas Jepang degan sebutan Nihonshu, yang secara harfiah berarti "minuman beralkohol tradisional khas Jepang". Ada jenis Atsukan yang diminum dengan cara menghangatkan terlebih dulu, cocok diminum saat musim dingin. Sebaliknya adalah Hiyazake, cocok diminum saat musim panas.

Manfaat O-Sake
O-Sake yang berarti minuman khas tradisional Jepang ini banyak sekali manfaat, baik dari segi kesehatan maupun kecantikan. Dalam website Republika tahun 2015, dijelaskan bahwa para peneliti dari sebuah Universitas di Jepang menguji khasiat O-Sake dan menemukan sejumlah manfaat penting dari minuman tersebut untuk kecantikan. 

Perusahaan permen Morinaga baru-baru ini juga berkolaborasi dengan Universitas Teknik Tokyo untuk mempelajari efek positif dari O-Sake bagi peminumya. Hasil dari penelitian menunjukkan O-Sake bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan. Mereka mengaku kulit menjadi lebih halus, pencernaan lancar, lingkaran hitam sekeliling mata juga berkurang, bermanfat juga untuk kesehatan rambut menjadi lebih mengkilap. Mereka juga mengaku merasa lebih segar saat bangun di pagi hari.

Dan sebagai informasi, masyarakat Jepang yang boleh meminum minuman alkohol adalah mereka yang sudah berumur 20 tahun ke atas. Namun tidak semua orang dewasa Jepang yang tertarik untuk lebih sering meminum O-Sake, terutama anak mudanya. Alasannya utamanya adalah, harganya mahal. 

Sebagai anak kuliahan atau pegawai kantor rendahan, minuman yang lebih sering diminum adalah minuman beralkohol berjenis bir. Karena memang harganya lebih murah, dan orang yang masih muda jarang memikirkan tentang efek kesehatan. Jadi, tidak semua orang Jepang dewasa penikmat O-Sake. Biasanya orang yang sering meminum O-Sake adalah orang-orang yang mapan ekonomi atau yang berusia 60 tahun ke atas

O-Sake dan Silaturahmi a la Jepang

Acara berkumpul bisa dilakukan bersama dengan keluarga atau tidak bersama keluarga bergantung dari jenis acara yang akan dilakukan. Acara berkumpul tidak bersama keluarga biasanya dilakukan bersama teman sekantor, kekasih atau teman dekat. Jepang memiliki kebiasaan acara minum bersama (nomikai), yang dilakukan bersama teman seperkerjaan dan dilakukan setelah pulang kerja. Atau bahkan dilakukan oleh sesama teman kampus dan dosennya. 

Saat akhir tahun ajaran, banyak orang merayakan kelulusan dengan acara minum bersama (nomikai). Juga acara akhir tahun pada tanggal 30 Desember dan acara tahun baru.

Minum bersama teman seperkerjaan setelah pulang kerja merupakan salah satu budaya Jepang. Tekanan karyawan yang selalu dituntut untuk bersikap formal dalam pekerjaanya mengakibatkan seorang bawahan tidak dapat mengeluarkan unek-uneknya. Dengan adanya acara minum bersama (nomikai),dapat mengeluarkan unek-uneknya dan menjadikan akrab satu sama lainnya.

Ada suatu pepatah sehubungan dengan silaturahmi dan interaksi dalam sosial masyarakat Jepang, yaitu , O-sake wo karite, naka yoku suru. Terjemahan arti kurang lebihnya demikian, lebih memperdalam tali silaturahmi dengan meminjam kekuataan O-Sake. Mengapa ada pepatah semacam ini, karena orang-orang Jepang tidak lahir dari budaya lisan seperti halnya Indonesia. 

Mereka tidak terbiasa atau tidak begitu pandai untuk memulai percakapan atau untuk lebih memperlebar tema ngobrol. Dengan bantuan O-Sake ini, mereka bisa lebih percaya diri. Jadi bisa dikatakan kebiasaan meminum minuman beralkohol di Jepang ini, salah satunya adalah bertujuan untuk meluapkan isi hati dan untuk mendekatkan diri dengan teman minumnya.

Bagaimana dengan orang-orang Indonesia? Kebiasaan orang Indonesia untuk bisa mendekatkan diri dengan temannya, untuk bisa bicara dari hati ke hati biasanya adalah dengan minum kopi bersama. Dan mungkin lebih tepatnya ajakan untuk mempererat pertemanan ini, memakai pepatah yang sesuai dengan Indonesia yakni 'dengan meminjam kekuatan kopi, pertemanan menjadi lebih akrab'. Sehingga muncullah sebuah kalimat ajakan "kita ngopi yuk!".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun