Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Keikhlasan Diri di Balik Bunga Plum di Musim Semi

2 Maret 2014   14:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_325464" align="aligncenter" width="300" caption="Terpesona epron motif sapi dipakai si mbak yang sedang melayani pegunjung beli soft cream dan susu, hasil dari perternakan (dok pribadi)"]

13937192331778794444
13937192331778794444
[/caption]

[caption id="attachment_325470" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana taman, meriah banget (dok pribadi)"]

1393722993765941405
1393722993765941405
[/caption]

Di area antara hutan bambu dan taman Shidare ume ini kebetulan pada hari itu, ada konser musik tradisional Koto. Ada yang tidak biasa, kostum pemainnya tidak mengenakan Kimono, seperti lazimnya. Bagus juga sih, ada semacam perpaduan tradisional dan modern.

[caption id="attachment_325465" align="aligncenter" width="539" caption="Suasana Konser musik tradisonal Koto (dok pribadi)"]

13937193681464611541
13937193681464611541
[/caption]



Lengkap semuanya aku rasakan. Ada yang pergi dan ada yang kembali. Nggak sia-sia aku keluar sebentar dari jeratan si Lepi ini untuk mengintip dunia luar (sudah hampir 2 bulan aku tenggelam di dalamnya untuk menyelesaikan tugas akhir studi). Di sela-sela menikmati kebersamaan bersama keluarga dan teman, ada suatu perenungan yang dalam kurasa. Tuhan menciptakan semua yang cantik ini pasti ada maunya. Maunya Tuhan itu aku cari, dan aku cari,….dan aku menemukannya. Inilah perenungan itu.

Elegan banget cara si pohon memberikan kesempatan pada si daun pada awal musim gugur, untuk mengikhlas dirinya jauh dari rantingnya. jatuh berguguran. Aku suka itu. Aku yakin si pohon itu tahu betul, di situlah masa yang paling tepat bagi si daun untuk menempa pendewasaan dirinya. Terkadang aja kita tak menyadari, bahwa kita sedang menerima kesempatan diri yang langka dari Yang Kuasa. Dan terkadang membiarkan kesempatan untuk mengasah keikhlaskan itu lenyap begitu saja. Terima kasih bunga Plum...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun