[caption id="attachment_325464" align="aligncenter" width="300" caption="Terpesona epron motif sapi dipakai si mbak yang sedang melayani pegunjung beli soft cream dan susu, hasil dari perternakan (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_325470" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana taman, meriah banget (dok pribadi)"]
Di area antara hutan bambu dan taman Shidare ume ini kebetulan pada hari itu, ada konser musik tradisional Koto. Ada yang tidak biasa, kostum pemainnya tidak mengenakan Kimono, seperti lazimnya. Bagus juga sih, ada semacam perpaduan tradisional dan modern.
[caption id="attachment_325465" align="aligncenter" width="539" caption="Suasana Konser musik tradisonal Koto (dok pribadi)"]
Lengkap semuanya aku rasakan. Ada yang pergi dan ada yang kembali. Nggak sia-sia aku keluar sebentar dari jeratan si Lepi ini untuk mengintip dunia luar (sudah hampir 2 bulan aku tenggelam di dalamnya untuk menyelesaikan tugas akhir studi). Di sela-sela menikmati kebersamaan bersama keluarga dan teman, ada suatu perenungan yang dalam kurasa. Tuhan menciptakan semua yang cantik ini pasti ada maunya. Maunya Tuhan itu aku cari, dan aku cari,….dan aku menemukannya. Inilah perenungan itu.
Elegan banget cara si pohon memberikan kesempatan pada si daun pada awal musim gugur, untuk mengikhlas dirinya jauh dari rantingnya. jatuh berguguran. Aku suka itu. Aku yakin si pohon itu tahu betul, di situlah masa yang paling tepat bagi si daun untuk menempa pendewasaan dirinya. Terkadang aja kita tak menyadari, bahwa kita sedang menerima kesempatan diri yang langka dari Yang Kuasa. Dan terkadang membiarkan kesempatan untuk mengasah keikhlaskan itu lenyap begitu saja. Terima kasih bunga Plum...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H