Mohon tunggu...
Paramitha Azzahra
Paramitha Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Brawijaya

Fighting!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pengaruh Gawai terhadap Kualitas Tidur Remaja

13 Juni 2022   20:31 Diperbarui: 13 Juni 2022   20:35 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring perkembangan zaman, manusia tidak lagi berkomunikasi menggunakan surat. Akan tetapi, diciptakan gawai sebagai media yang bertujuan untuk mempermudah komunikasi. 

Penggunaan gawai yang pada mulanya hanya sebatas untuk telepon dan berkirim pesan, kini telah memiliki tambahan fitur yang membuat para pengguna merasa dimudahkan, misalnya seperti, panggilan video, belanja online, bertransaksi menggunakan dompet elektronik atau mobile banking, dan masih banyak lagi, sehingga gawai menjadi sesuatu paling krusial dalam kehidupan. 

Terutama sekarang merupakan era digital dimana dibutuhkan segala informasi dan juga hiburan yang dapat diakses langsung secara cepat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. 

Oleh karena itu, hampir semua kalangan memiliki gawai. Seringkali kita lihat pula, semua orang menggenggam gawainya di mana pun dan ke mana pun mereka pergi.

Era digital membuat keberadaan teknologi semakin dapat dirasakan. Terlebih lagi bagi para remaja yang mayoritas sudah pandai memanfaatkan teknologi dalam keberlangsungan hidup mereka sehari-hari. Banyak dampak positif yang dihasilkan apabila teknologi dimanfaatkan sebagaimana mestinya atau tidak dengan berlebihan. 

Namun, tentu saja ada dampak negatif yang mungkin sedikit sekali disadari. Dalam hal ini adalah gawai. Gawai seolah-olah menjadi kebutuhan para remaja untuk melakukan kesibukan yang bervariasi. 

Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit para remaja mengecek gawai untuk membalas Whatsapp, membuka aplikasi yang disukai seperti TikTok, dan berinteraksi dan berkomentar di media sosial seperti Instagram dan Twitter. Karena terlalu asyik dengan gawainya, tak jarang remaja menunda-nunda atau melupakan kewajiban dan tugasnya. 

Apabila tidak ada usaha untuk mengurangi durasi memainkan gawai, maka akan mengakibatkan kecanduan. Kecanduan gawai menyebabkan remaja mengalami gangguan sosial. Mereka akan kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya atau biasa disebut dengan antisosial. 

Berkurangnya kegiatan fisik juga dapat terjadi karena bermain gawai cenderung membuat remaja malas beraktivitas. Selain itu, pancaran radiasi atau sinar biru dari gawai mempengaruhi kesehatan, seperti gangguan fungsi penglihatan. Dampak lainnya yaitu jam tidur remaja yang semakin tidak teratur yang membuat perubahan pada pola tidur mereka dan pada akhirnya memperburuk kualitas tidur.

Masing-masing dari kita mungkin sudah mengerti bahwa remaja mempunyai pola tidur yang berbeda dibandingkan dengan usia lainnya karena banyaknya aktivitas yang dilakukan menyebabkan kurangnya waktu tidur, tetapi bukan berarti pola tidur yang tidak teratur tersebut dibiarkan. 

Sebab, cepat atau lambat akan mempengaruhi kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk sering dihubungkan dengan aktivitas fisik yang kurang atau bahkan lebih. Gawai berperan besar dalam mempengaruhi kurangnya aktivitas fisik.

Sejak bangun tidur sampai akan tidur di malam hari, para remaja tetap memainkan gawainya dan seringkali mereka begadang untuk menonton film favoritnya, bermain game, atau hanya sekadar mengobrol via chat dan telepon dengan temannya. 

Apalagi, dengan adanya program Big Sale oleh e-commerce, misalnya Shopee 5.5 Big Sale, yaitu diskon besar-besaran yang dilaksanakan pada dini hari, membuat sebagian besar orang terutama remaja rela untuk tidak tidur demi berbelanja dan memperoleh barang yang diinginkan dengan harga miring. 

Main gawai di malam hari seperti itu akan mencegah kantuk untuk datang. Setelah berbelanja, jarang bagi remaja untuk tidur. Mereka lebih memilih melanjutkan scroll timeline Twitter untuk melihat kasus yang sedang tren. Saking asyiknya bermain gawai, mereka tidur terlambat dan tidak terasa sudah pukul empat pagi.

Penelitian menyebutkan bahwa tidur terlambat dan bangun lebih cepat membuat remaja mengantuk berlebihan pada siang hari, kehilangan konsentrasi dan daya ingat, tubuh cepat lelah, serta perubahan emosi dan suasana hati. Waktu tidur yang ideal bagi remaja yaitu 8 - 10 jam sebagaimana direkomendasikan oleh National Sleep Foundation (NSF, 2018). Namun, 6 - 8 jam sudah cukup baik dimanfaatkan untuk tidur per malamnya. 

Apabila jumlah waktu yang dibutuhkan untuk tidur tidak tercukupi, maka dapat terjadi gangguan tidur, seperti insomnia. Mulai dari insomnia ringan sampai insomnia berat. 

Berdasarkan studi, perubahan pada fisik juga kerap terjadi, seperti naiknya berat badan karena tidur yang singkat meningkatkan peluang obesitas. Seperti yang kita ketahui bahwa remaja mengalami pubertas, sehingga perubahan yang terjadi pada tubuh mereka sebagian berlangsung dengan cepat. 

Oleh karena itu, penting untuk menyadari berbagai dampak dari kurangnya tidur akibat bermain gawai tanpa mengenal waktu. Solusi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

  • Buat alarm jam tidur. 

Banyak berbagai macam fitur yang ada di dalam gawai, salah satunya jam alarm. Kini fitur jam alarm bukan hanya dapat digunakan untuk menyetel waktu bangun, melainkan juga waktu tidur. 

Alarm jam waktu tidur diatur setiap hari dengan jam yang sama supaya tujuan untuk tidur teratur dapat dijalankan. Mungkin bagi sebagian orang, hal semacam ini kurang efektif dikarenakan orang mudah sekali mengabaikan notifikasinya. Namun, tidak ada salahnya mencoba, tergantung dari niat dan kemauan pribadi.

  • Matikan Wi-Fi atau paket data. 

Jaringan Wi-Fi lancar dan paket data unlimited merupakan kunci dari asyiknya bermain gawai. Semua kalangan remaja pasti memiliki salah satu atau keduanya. 

Tak dapat dipungkiri bahwa fasilitas tersebut sangat krusial, terutama dalam perkembangan teknologi yang pesat ini. Memang sulit untuk menonaktifkan Wi-Fi atau data seluler, tetapi hal tersebut penting pada saat akan tidur supaya notifikasi tidak masuk dan tidak tergoda bermain gawai.

  • Jauhkan gawai dari tempat tidur. 

Setelah menonaktifkan jaringan internet, jauhkan gawai dari tempat tidur agar tidak tergoda untuk menghidupkannya kembali. Karena terkadang saat akan terlelap, seringkali pikiran-pikiran muncul, misalnya "Oh, saya lupa untuk mencari informasi/browsing tentang mall yang baru buka di Kota Bandung...", kemudian pikiran itu mempengaruhi kita untuk secepat mungkin mencarinya dari berbagai platform. 

Alhasil, waktu tidur pun tertunda. Lebih baik taruhlah gawai jauh dari tempat tidur. Sebab, jika kita sudah merebahkan diri di tempat tidur, ada rasa malas untuk bangun, apalagi hanya sekadar mengambil gawai.

  • Tambah aktivitas fisik. 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gawai berpengaruh dalam kurangnya aktivitas fisik. Cobalah untuk menambah frekuensi olahraga dan aktivitas lainnya, sehingga ada rasa lelah yang muncul dan membuat kita untuk tidur lebih cepat. 

Berdasarkan solusi yang telah dijelaskan, kita semua mengerti bahwa untuk memulai segala sesuatu dibutuhkan sebuah niat yang tentunya tidak mudah.

Namun, yang terpenting ialah konsisten terhadap hal itu. Jadi, tidak hanya berani memulai perubahan, tetapi juga mempertahankannya hingga mencapai tujuan, yaitu memiliki pola tidur yang cukup demi pola hidup yang baik pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun