Pertama kalinya aku berpergian sendirian untungnya banyak kerabat yang sedang berada di kota Surabaya, bukan untuk pertama kalinya sih tapi entah kenapa aku sangat ingin pergi kesana. Selain untuk bersilaturahmi ke sanak saudara, aku ingin sekali menikmati suasana yang menurut aku berubah hampir 85% dari pertama kali aku menginjakkan kaki di kota ini.Â
Sore itu aku mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda, teman yang menjemputku langsung membawaku ke rumah makan Soto Cak Choirul. Menikmati sop buntut hangat yang merupakan salah satu hidangan yang membuat perut hangat dan kenyang. Sebuah awalan yang cukup mengobati rasa kangen terhadap kehangatan kota surabaya yang aku kenal.
Setelah itu barulah kami menuju ketempat menginap, senja menuju malam yang sangat indah aku baru menyadari perubahan kota Surabaya yang sangat pesat. Lampu-lampu yang sangat indah mengiasi kota Surabya, sayangnya aku jarang menggabadikan moment yang sedang terjadi di sekitar kota Surabaya sangking aku menikmati kecantikan kota ini kecuali beberapa makanan khas yang menggugah selera. Sesampainya di tempat penginapan kami beristirahat.Â
Malam menjelang, ketika mata belum bisa terpejam karena perut sudah mulai berbunyi minta di isi, kami pun bergegas bersiap untuk mengarungi malam di kota surabaya, sambil mencari kuliner malam, sebenarnya sangat banyak tempat kuliner malam atau tempat makan yang buka  24 jam di surabaya, namun kami akhirnya menjatuhkan pilihan untuk mencoba makan Nasi Cumi Pasar Atom. Tempatnya tidak terlalu besar, namun kuliner kaki lima ini sangat menggugah selera, sangat pas dengan cuaca malam itu yang berangin.
Keesokan hari setelah kami keluar dari penginapan, kami bergegas mencari tempat makan siang yang pas juga sekalian mencari oleh-oleh untuk keluarga ketika nanti kembali. Setelah berputar di bawah teriknya matahari kota Surabaya kami memutuskan untuk menuju ke Depot Sambal Bu Rudy yang sangat terkenal sebagai tempat mencari oleh-oleh kota pahlawan ini. Disana kami memilih nasi udang dan nasi pecel komplit menu favorit sebagai pilihan santap siang kami, setelah itu kami mengantri untuk membeli oleh-oleh sambal Bu Rudy.Â
Tidak salah memang sangat ramai orang berlalu lalang keluar masuk ke tempat ini karena sangat banyak pilihan oleh-oleh mulai dari sambal, makanan berat, kue-kue basah hingga jajanan khas Jawa Timur bisa kita dapatkan disini. Saya akhirnya membeli sambal yang memang tadi sudah saya cicipi terlebih dahulu saat makan siang.Â
Terlihat juga di depan sentra ini banyak pedagang-pedagang lain menjajakan dagangan, jadi semakin lengkap kuliner kami siang itu. Bagaimana secara baik tertata antara penjual satu dengan yang lain menjajakan jualannya memang melambangkan kota Surabaya yang saling bahu membahu untuk maju.
 Perjalanan kami selanjutnya menuju kota Malang. Dalam perjalanan kali ini kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah. Gunung Panderman yang menjulang ke atas awan merupakan salah satu pemandangan yang kami nikmati selama dalam perjalanan di kota Malang, angin yang cukup kencang membuat kami menikmati perjalanan sambil mendengarkan beberapa lagu bergenre slowrock.
 Setelah keluar tol ternyata di daerah Pandaan tidak jauh berbeda dengan kota Surabaya kami tersendat untuk menuju kota Malang karena arus mudik yang belum juga berakhir, kurang lebih setengah jam stuck di perjalanan akhirnya kami sampai juga di kota Malang. Karena selama diperjalanan kami tidak menyediakan makanan atau cemilan, di tengah jalan pun kami merasa lapar dan akhirnya kami mencoba makan-makanan hits yang ada di sana yaitu Mie Setan.
Keesokan harinya saya disambut oleh cuaca yang mendung pagi itu terasa sangat dingin, menambah rasa malas untuk bangun dari kasur. Tapi perjalanan tetap harus dilanjutkan, aku yang sudah bersiap di jemput oleh teman untuk berkeliling kota Malang mencari sarapan. Apa lagi yang pas untuk cuaca yang dingin kalau bukan yang hangat dan berkuah.Â
Kami melipir ke salah satu warung bakso khas Malang yaitu Bakso Presiden. Sesampainya disana sudah terlihat antrian panjang orang-orang yang akan memesan bakso yang terletak tepat dipinggir rel kereta ini. Tempatnya tidak terlalu besar namun sepanjang warung terpampang foto-foto artis ibukota memenuhi dinding warung ini. Memang setelah saya rasakan tidak salah apabila bakso ini banyak di kunjungi artis, bukan hanya sekedar terkenal tapi memang rasanya juga sangat enak.
Saya melihat memang kota malang yang sudah mulai maju tidak meninggalkan kekhasan dan tetap menjaga keistimewaan ikon kota Malang, meskipun sudah banyak pendatang dikota ini. Setelah kenyang lalu kami menuju ke salah satu kampung yang tidak terlalu jauh dari stasiun kota Malang, yaitu kampung Warna Warni Jodipan, seperti namanya memang kampung ini memliki warna yang sangat beragam. Warna cat rumah yang berbeda-beda tampak kontras dan memancing mata untuk melihat terus kesana, warga asli disana sangat ramah dan menerima kami dengan baik.
Lalu kami melajutkan perjalanan menuju ke kota batu, udara semakin dingin terasa karena memang kami sedang berada diwilayah dataran yang lebih tinggi. Saat itu memang sudah memasuki waktu magrib, kamipun mampir ke alun-alun batu untuk menikmati jajanan ketan legenda. Cuaca yang dingin dan sedikit berkabut sangatlah mendukung untuk kami menyantap semangkuk ketan hangat, kami makan sembari melihat keramaian malam di alun-alun kota batu yang tidak pernah sepi pengunjung.Â
Setelah perut terisi akhirnya kami naik lebih ke atas lagi untuk menyaksikan lampu kota malang dan batu dari atas tempat paralayang gunung Banyak. Pemandangan lampu-lampu kota yang kerlap-kerlip sangat memanjakan mata. Â inilah Jawa Timur dengan budayanya, warganya yang ramah, sudah semakin maju namun tidak pernah meninggalkan ikon kotanya, ke khasan daerah dan yang paling penting selalu menjaga warisan yang ada.
Malam pun berlalu, pagi harinya aku harus bergegas untuk kembali ke Surabaya bersama temanku. Sepanjang perjalanan kami mendengarkan musik bergenre indie, karena arus yang lenggang membuat kami ingin menikmati perjalanan pulang ke kota Surabaya. Â Sesampainya di Surabaya saya ingin menikmati berjalan dibawah pohon rindang di salah satu taman kota Surabaya, sambil berbincang-bincang kami menikmati jajanan yang ada di sekataran Taman Bungkul. Setelah menikamati keindahan Taman Bungkul kami bergegas ke Stasiun Pasar Turi untuk kembali ke kota Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H