Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Pengalaman Kulinerku di Surabaya dan Malang

28 Juni 2018   22:28 Diperbarui: 28 Juni 2018   23:03 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keesokan harinya saya disambut oleh cuaca yang mendung pagi itu terasa sangat dingin, menambah rasa malas untuk bangun dari kasur. Tapi perjalanan tetap harus dilanjutkan, aku yang sudah bersiap di jemput oleh teman untuk berkeliling kota Malang mencari sarapan. Apa lagi yang pas untuk cuaca yang dingin kalau bukan yang hangat dan berkuah. 

Kami melipir ke salah satu warung bakso khas Malang yaitu Bakso Presiden. Sesampainya disana sudah terlihat antrian panjang orang-orang yang akan memesan bakso yang terletak tepat dipinggir rel kereta ini. Tempatnya tidak terlalu besar namun sepanjang warung terpampang foto-foto artis ibukota memenuhi dinding warung ini. Memang setelah saya rasakan tidak salah apabila bakso ini banyak di kunjungi artis, bukan hanya sekedar terkenal tapi memang rasanya juga sangat enak.

Saya melihat memang kota malang yang sudah mulai maju tidak meninggalkan kekhasan dan tetap menjaga keistimewaan ikon kota Malang, meskipun sudah banyak pendatang dikota ini. Setelah kenyang lalu kami menuju ke salah satu kampung yang tidak terlalu jauh dari stasiun kota Malang, yaitu kampung Warna Warni Jodipan, seperti namanya memang kampung ini memliki warna yang sangat beragam. Warna cat rumah yang berbeda-beda tampak kontras dan memancing mata untuk melihat terus kesana, warga asli disana sangat ramah dan menerima kami dengan baik.

Lalu kami melajutkan perjalanan menuju ke kota batu, udara semakin dingin terasa karena memang kami sedang berada diwilayah dataran yang lebih tinggi. Saat itu memang sudah memasuki waktu magrib, kamipun mampir ke alun-alun batu untuk menikmati jajanan ketan legenda. Cuaca yang dingin dan sedikit berkabut sangatlah mendukung untuk kami menyantap semangkuk ketan hangat, kami makan sembari melihat keramaian malam di alun-alun kota batu yang tidak pernah sepi pengunjung. 

Setelah perut terisi akhirnya kami naik lebih ke atas lagi untuk menyaksikan lampu kota malang dan batu dari atas tempat paralayang gunung Banyak. Pemandangan lampu-lampu kota yang kerlap-kerlip sangat memanjakan mata.  inilah Jawa Timur dengan budayanya, warganya yang ramah, sudah semakin maju namun tidak pernah meninggalkan ikon kotanya, ke khasan daerah dan yang paling penting selalu menjaga warisan yang ada.

Malam pun berlalu, pagi harinya aku harus bergegas untuk kembali ke Surabaya bersama temanku. Sepanjang perjalanan kami mendengarkan musik bergenre indie, karena arus yang lenggang membuat kami ingin menikmati perjalanan pulang ke kota Surabaya.  Sesampainya di Surabaya saya ingin menikmati berjalan dibawah pohon rindang di salah satu taman kota Surabaya, sambil berbincang-bincang kami menikmati jajanan yang ada di sekataran Taman Bungkul. Setelah menikamati keindahan Taman Bungkul kami bergegas ke Stasiun Pasar Turi untuk kembali ke kota Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun