Kecantikan, suatu konsep yang umumnya diartikan sebagai sesuatu yang bersifat elok, indah, dan menarik, tidak pernah memiliki satu patokan yang jelas dan tetap. Sebab kecantikan sendiri muncul dalam berbagai bentuk, warna, dan ukuran, sehingga apa yang dianggap cantik oleh seseorang, belum tentu dianggap cantik oleh orang lain. Misalnya, beberapa orang mungkin berpandangan bahwa tubuh kurus sebagai standar kecantikan, sementara yang lainnya mungkin memandang kecantikan dari bentuk tubuh yang berisi dan sehat. Oleh karena itu, pemahaman tiap orang mengenai kecantikan itu tidaklah sama dan seringkali berubah-ubah, mengikuti waktu, tempat, dan preferensi dari tiap orang.
Walaupun begitu, dunia kecantikan telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat beberapa tahun belakangan ini dapat dihubungkan dengan kemajuan teknologi digital. Teknologi digital yang dikembangkan semakin memperluas dan mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan banyak informasi kecantikan, baik melalui media sosial, platform online, maupun aplikasi khusus kecantikan. Salah satu bentuk tren kecantikan yang seringkali diikuti dan diterapkan oleh kaum wanita adalah metode diet. Dalam konteks kecantikan, diet melibatkan usaha dalam membatasi jumlah asupan makanan dan minuman dengan mengikuti perhitungan khusus untuk meningkatkan tampilan fisik.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan terkait metode diet, muncul juga metode fad diet yang seringkali dipromosikan sebagai cara instan dalam mencapai berat badan ideal. Sayangnya, sebagian besar metode fad diet tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang bersifat solid dan kredibel, sehingga digolongkan sebagai pseudosains. Padahal, penting bagi masyarakat, terutama kaum wanita, untuk bukan hanya mengikuti tren tanpa dasar ilmiah yang mungkin dapat membahayakan kesehatan dirinya. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas terkait apa sebenarnya fad diet itu dan mengapa keberadaan metode ini dianggap sebagai pseudosains melalui lensa psikologis.
Tentang Fad Diet
Dikutip dari jurnal Hindawi, American Dietetic Association mengartikan fad diets sebagai diet yang menjanjikan penurunan berat badan secara instan tanpa olahraga, tetapi tidak didasarkan pada dasar ilmiah yang jelas. Metode ini sangat populer di tengah masyarakat sebab mereka terkena iming-iming dapat menurunkan berat badan lebih dari 1 kg per minggu secara cepat hingga meningkatkan kesehatan tubuh melalui proses "detoksifikasi." Dalam penerapannya, fad diet melibatkan tindakan seperti menghilangkan makanan tertentu, melarang kelompok makanan tertentu, atau melebih-lebihkan manfaat makanan tertentu. Keberadaan metode ini pertama kali muncul pada era Victoria abad ke-19, dengan George Gordon Byron, seorang penyair asal Inggris, sebagai salah pencetus awalnya.
Hingga saat ini, telah dikembangkan berbagai metode fad diet. Beberapa di antaranya mungkin memiliki bukti ilmiah yang terbatas atau bahkan tidak sama sekali. Berikut adalah beberapa contoh metode fad diet yang pernah naik daun.
Diet KetogenikÂ
Merupakan metode diet yang berfokus pada konsumsi tinggi lemak, rendah karbohidrat, dan moderat protein, agar tubuh masuk ke dalam keadaan ketosis dimana lemak digunakan sebagai sumber energi utama.
Diet Detoks
Merupakan metode diet yang diklaim mampu mengeluarkan racun sekaligus menurunkan berat badan dalam waktu singkat dengan dengan mengonsumsi makanan atau minuman tertentu.
Diet Paleo
Merupakan metode diet yang diterapkan dengan meniru pola makan manusia purba dengan fokus pada daging, ikan, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Diet AtkinsÂ
Merupakan metode diet yang dikembangkan oleh Dr. Robert Atkins dengan menitiberatkan pembatasan asupan karbohidrat, di samping menekankan konsumsi tinggi lemak dan protein.
Diet South Beach
Merupakan metode diet yang dikembangkan Dr. Arthur Agatston, yang hampir sama dengan Diet Atkins, namun lebih mengutamakan konsumsi lemak tak jenuh dan karbohidrat indeks glikemik rendah.
Diet Ayurveda
Merupakan metode diet yang berakar dari pengobatan tradisional India, dengan menyarankan pola makan yang sesuai dengan konstitusi tubuh (dosha) masing-masing, yakni Vata, Pitta, ataupun Kapha.
Pandangan Ilmu Psikologi Terhadap Fad DietÂ
Dari kacamata para psikolog, fenomena fad diet kerap kali dipicu oleh tekanan sosial yang membentuk body image yang negatif. Tidak realistisnya informasi dan norma kecantikan yang tersebar di masyarakat melahirkan standar tubuh yang sulit dicapai sehingga memicu perasaan tidak puas kepada tubuh yang dimiliki. Demi memenuhi standar yang tidak masuk akal tersebut, banyak orang memilih untuk menjalankan beberapa metode abal-abal yang seringkali menjanjikan penurunan berat badan secara cepat. Citra akan tubuh yang dirasa tidak ideal akan mendorong mereka mencari solusi yang dianggap manjur dan ajaib, dan itulah yang seringkali ditemui dari metode fad diet.
Selain disebabkan oleh body image yang negatif, adanya trik kognitif, seperti efek plasebo dan optimisme irasional, juga berperan dalam menjebak orang-orang untuk ikut mencoba fad diet. Efek plasebo merupakan suatu efek dimana seseorang merasakan dampak positif karena keyakinan kuat mereka atas sebuah metode. Sementara itu, optimisme irasional yaitu tendensi manusia untuk mengabaikan risiko dan fokus pada hasil positif yang diharapkan. Kedua trik tersebut berperan besar dalam mempengaruhi seseorang untuk mencoba-coba fad diet tanpa mempertimbangkan risiko potensial, meskipun mereka tahu bahwa metode tersebut tidak didukung oleh dasar ilmiah yang kuat.
Fad Diet Sebagai Pseudosains
Pseudosains, itulah yang bisa dikatakan terkait sebagian besar metode dalam fad diet yang masih kurang didukung oleh dasar yang ilmiah. Pada dasarnya, para promotor metode ini hanya menawarkan solusi "ajaib" dan "mujarab" tanpa didukung bukti berupa penelitian ilmiah yang memadai dan seringkali klaim mereka tentang fad diet tidak dapat diverifikasi secara objektif. Tidak adanya sumber ilmiah yang pasti membuat fad diet rentan akan kekeliruan yang justru dapat membahayakan kesehatan bagi orang yang menerapkannya. Walaupun ada yang berhasil mencapai ataupun mempertahankan berat badannya dengan fad diet, keberhasilan tersebut mungkin hanya akan berlaku dalam jangka pendek, tanpa adanya manfaat kesehatan untuk kedepannya.
Selain kurangnya dasar ilmiah, keberadaan fad diet sebagai pseudosains juga dapat dikaitkan melalui konsep efek Barnum. Efek Barnum mengacu pada kecenderungan manusia untuk mempercayai klaim yang bersifat umum dan abstrak yang sebenarnya dapat diterapkan pada hampir semua orang. Hal tersebut dapat dilihat dari klaim mengenai fad diet yang bersifat umum seperti "cocok untuk semua orang" atau "hasil cepat" memanfaatkan kecenderungan psikologis manusia untuk menerapkan pola makan yang sebenarnya tidak didasarkan pada kebutuhan tubuh mereka. Maka jelaslah bahwa efek Barnum ini akhirnya menciptakan harapan yang tidak realistis bagi orang-orang yang sedang mencari solusi instan untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Dampak Buruk Fad Diet
Meskipun fad diet acap kali dipromosikan sebagai cara untuk menurunkan berat badan secara instan, metode ini bisa membawa dampak buruk bagi yang menerapkannya dalam jangka panjang. Metode diet yang tidak seimbang justru malah memicu malnutrisi, rasa cepat lelah, hingga masalah kesehatan yang lebih parah. Apalagi penurunan berat badan secara cepat bisa mengarahkan pada pemotongan drastis dalam asupan kalori yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kekurangan vitamin dan mineral esensial. Tak hanya itu, efek yo-yo, dimana berat badan mengalami penurunan dan kenaikan berulang, juga akan mengikuti karena sulitnya individu menjaga perubahan pola makan yang radikal tersebut dalam jangka waktu yang lama.