Mohon tunggu...
Parahita Wati
Parahita Wati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis | Psikolog RSUD Pandan Arang Boyolali | Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Jateng | HIMPSI Wilayah Jateng

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Yuk Kenali Gangguan Mental

10 Oktober 2022   11:55 Diperbarui: 10 Oktober 2022   12:01 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, keduanya memiliki keterlibatan satu sama lain, bilamana seseorang terganggu fisiknya maka ia dapat dimungkinkan terganggu mental atau psikisnya, begitupun hal sebaliknya. Sehat dan sakit merupakan kondisi biopsikososial yang menyatu dalam kehidupan manusia. Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. Maka dapat dipahami ketika Individu berada diluar definisi tersebut maka dimungkinkan dapat ditemukanya suatu kelainan, kita menyebutnya gangguan jiwa.

Definisi Gangguan jiwa atau mental illnes menurut ahli adalah keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Sedangkan Menurut UU RI NO.18 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Berdasarkan berita yang dilansir oleh Harian Nasional Penderita gangguan jiwa di Indonesia tercatat meningkat berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. "Ada peningkatan jumlah menjadi 7 per mil rumah tangga. Artinya per 1.000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang ada ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450 ribu ODGJ berat," ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono kepada HARIAN NASIONAL .

Penyebab tingginya masalah kesehatan mental juga dipicu dari kurang adanya keterbukaan masyarakat mengenai hal tersebut, mereka memilih untuk diam dan mencoba untuk melakukan penanganan sendiri, dengan cara primitif dan kuno. Kurang adanya keterbukaan juga menutup kemungkinan buat adanya penanganan yang dilakukan oleh tenaga ahli atau institusi lembaga kesehatan. Masyarakat masih beranggapan bahwa kelainan mental bukan merupakan penyakit yang butuh penanganan secara serius, sama sekali tidak lebih berbahaya dari pada penyakit fisik (yang terlihat).

Ada beberapa hal lain yang menjadi pemicu tingginya masalah kesehatan mental yaitu yang pertama minimnya edukasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat akan hal tersebut dan kedua masih tebalnya stigma buruk masyarakat terhadap penderita masalah kelainan mental. Hal tersebut membuat malu bahkan takut untuk memeriksakan diri kepada tenaga profesional seperti Psikolog atau Psikiater. Selain itu masih minimnya edukasi mengenai perbedaan psikolog dan psikiater di lingkungan masyarakat.

Mental terganggu belum tentu berarti gangguan mental. Ada beberapa macam gangguan mental/gangguan jiwa yang tergolong berat diantaranya adalah skizofrenia, depresi, psikopat, bipolar disorder, anti sosial dan lain lain. Ada beberapa gangguan mental yang tergolong ringan, biasanya terjadi tanpa disadari diantaranya seperti gangguan kecemasan, gangguan pola makan, gangguan tidur dan gangguan mood.

Contoh :

1. Marah

Marah karena tersinggung terhadap suatu kondisi, tetapi bisa MENGENDALIKAN marahnya dan mampu mendiskusikan masalahnya, itu bukan GANGGUAN.

TAPI

Apabila marahnya MENJADI-JADI, berubah jadi MENGAMUK, dan TIDAK PUNYA KONTROL terhadap marahnya, itu baru bisa dikategorikan dalam GANGGUAN MENTAL. 

2. Sedih

Menangis dan sedih disaat kamu mengalami suatu tragedi atau berada dalam kondisi yang menyedihkan adalah WAJAR dan MANUSIAWI.

TAPI

Apabila kemudian sedihnya BERKEPANJANGAN, lebih dari 2 MINGGU dan tidak ada kemajuan, atau bahkan sampai MENGGANGGU aktivitas sehari-hari, itu baru bisa mengarah ke GANGGUAN MENTAL.


SELF DIAGNOSIS

Saat merasakan gejala-gejala yang kurang nyaman pada :

  • Pola pikiran/isi pikiran
  • Perilaku
  • Perasaan

            Jangan mencocokkan di Internet, karena semua pasti akan cocok untuk diagnosis apapun.

            Pergilah/datanglah kepada tenaga Profesional seperti PSIKOLOG/DOKTER yang lebih paham untuk memastikan apakah anda mengalami gangguan atau tidak. Selain itu anda akan mendapatkan informasi lengkap sampai tatalaksananya.

Mitos dan fakta tentang pergi atau datang ke psikolog :

MITOS

FAKTA

Datang ke Psikolog berarti mempunyai GANGGUAN MENTAL  atau GILA.

Datang ke Psikolog  adalah hal yang WAJAR sama halnya kita datang ke dokter karena batuk pilek.

Anda juga akan mendapatkan pelayanan psikologis SESUAI dengan KELUHAN yang anda rasakan.

Datang ke Psikolog harus punya MASALAH yang BERAT dulu.

Datang Psikolog juga bisa ketika ingin MENGENALI DIRI, MENGEMBANGKAN BAKAT dan POTENSI untuk meningkatkan kualitas hidup.

Datang ke Psikolog itu bererti orang yang LEMAH.

Datang ke Psikolog punya MANFAAT BESAR untuk kehidupan, Psikolog dapat membantu masalah anda terasa lebih ringan, sehingga bisa menikmati HIDUP dengan NYAMAN.

Datang ke Psikolog itu membuka AIB.

Datang ke Psikolog itu tidak sama dengan bergosip, apa yang dibahas selama konseling bersifat  RAHASIA.

Datang ke Psikolog hanya dikasih SARAN dan NASEHAT aja.

Psikolog dapat membantu anda untuk MEMPERLUAS SUDUT PANDANG, sehingga membantu anda menyelesaikan yang mungkin sulit dihadapi sendiri.

            Perbedaan Psikiater dan Psikolog Klinis :

PSIKIATER

PSIKOLOG

Psikiater memiliki gelar dr. SpKJ (Dokter spesialis kedokteran jiwa), yaitu mereka yang setelah mencapai gelar dokter melanjutkan studi spesialis, yakni kedokteran jiwa atau sering disebut psikiatri (ilmu yang berfokus pada kesehatan jiwa)

Psikolog klinis adalah sarjana psikologi yang kemudian mengambil kuliah profesi (Magister Psikologi Klinis) dan mendapat gelar Psikolog Klinis

Seorang psikiater akan mendiagnosis kondisi pasien berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh pasien, lalu memberikan resep obat atau perawatan lanjut sesuai kebutuhan

Seorang psikolog klinis akan berupaya untuk memahami bagaimana klien berfikir, bagaimana perasaannya, dan bagaimana pula mereka menunjukkan perilaku ketika menghadapi situasi tertentu

Mengakses dan menerima bantuan dari profesional bukan berarti kita gila atau tidak waras. Bisa jadi kita memang dalam kondisi membutuhkan mereka atau kita tengah memerlukan cermin untuk kita dapat melakukan refleksi atas keadaan diri sehingga dapat melihatnya secara objektif.

Referensi 

UU RI NO.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun