Plastik mempermudah seseorang dalam berkegiatan sehari-hari. Plastik begitu efektif mengangkat beberapa barang bawaan. Harganya yang ekonomis, membuat plastik selalu menjadi pilihan utama.Â
Terlepas kampanye hitam mengenai plastik, sulit sekali memisahkan plastik. Plastik merupakan polimer sintetik yang begitu banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Perlengkapan rumah tangga, perlengkapan sekolah, kantor, perangkat komputer, kabel, mainan anak-anak, pembungkus makanan, hingga klep jantung buatan, semua tidak lepas dari campur tangan polimer sintetik (plastik).
Menurut Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) yang dilansir oleh Harian Kompas (19/08/2018), menyatakan bahwa sampah plastik yang terbuang di Indonesia sekitar 10 miliar lembar/tahun atau sekitar 85.000 ton kantong plastik. Jumlah yang sangat realistis sebab plastik begitu efektif dan ekonomis. Â
Wacana merubah plastik dalam kehidupan sehari-hari, mungkin akan merogoh kocek yang cukup besar. Di gerai minuman contohnya, sudah ada yang tidak menyediakan sedotan plastik, maka konsumen harus membeli sedotan yang terbuat dari stainless steel.Â
Di toko belanjaan seperti mini market pun juga ada yang tidak menyediakan lagi plastik untuk mengangkut hasil belanjaan. Bila ingin memakai plastik, maka konsumen akan dikenakan biaya tersendiri untuk penggunaan plastik.
Dilema Merubah Plastik
Mungkinkah dengan mengurangi intensitas pemakaian plastik benar-benar menjadi solusi untuk kelestarian lingkungan? Bukankah pemakaian bahan seperti kertas atau karton dan bahkan yang gencar di kampanye kan yaitu eco bag, juga tidak lepas dari perusakan lingkungan didalam pembuatan nya?
Kertas atau karton dibuat dengan bahan dasarnya adalah kayu, yang notabene berasal dari pohon. Kegunaan pohon juga tidak dapat dipungkiri dalam menangkap gas CO2 dan menyimpan cadangan air.Â
Demikian juga eco bag, yang pembuatan nya lebih banyak berasal dari pabrik tekstil. Tidak sedikit yang mengetahui bahwa pabrik tekstil menjadi salah satu akibat dari pencemaran air.
Benar bahwa pohon yang tidak produktif, sehingga dengan berbagai perhitungan maka pohon tersebut layak ditebang untuk dijadikan kertas atau karton.Â