Mohon tunggu...
Parada Hutauruk
Parada Hutauruk Mohon Tunggu... Ilmuwan - I am scientist --theoretical physicist

I am only a tail of universe who is doing something, trying something and doing something again to make something better ...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Meng-ideal-kan Riset di Indonesia: Tidak Semudah Populer Sains?

17 Desember 2024   00:08 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:40 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai tanggal 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka secara official dilantik menjadi presiden dan wakil presiden RI periode 2024-2029.

Setelah pelantikkan presiden dan wakil presiden, maka pada tanggal 21 Oktober 2024, berselang 1 hari setalh pelantikkan, Presiden Prabowo melantik para menteri pembantunya yang dikenal dengan sebutan menteri kabinet merah putih.

Dari sekian pembantu menteri yang menjadi fokus penulis adalah kementerian pendidikan tinggi, sains, dan teknologi yang disingkat menjadi kemendiktisaintek, yang di kepalai oleh Satryo Soemantri Brodjonegoro dan dibantu oleh wakil menteri (wamen) Stella Christie.

Yang menjadi sorotan penulis tertuju pada sang wamen Stella Christie yang berbicara mengenai sains dan riset yang ideal dan seharusnya, dimana sepertinya banyak bergambar dari riset-riset di luar negeri.

Hampir di setiap kesempatan atau event, sang wamen selalu bicara mengenai bagaimana seharusnya riset dan bagaimana pendidikan tinggi seharusnya dilakukan di Indonesia.

Hal yang disampaikan tentu sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini, dimana sistem riset dan hal lainnya yang berkaitan masih sangat jauh dari apa yang disampaikan oleh sang wamen.

Penulis, yang juga diaspora yang melakukan riset di bidang fisika teori di lembaga riset dan universitas di luar negeri, kadang-kadang berpikir bahwa sangat mudah menjelaskan sistem riset yang ideal dimana sistem riset, manajemen dan lainnya terkait sudah berjalan dengan baik.

Hal ini kadang-kadang penulis menjadi sangat geli mendengar apa yang dipaparkan oleh sang wamen. Penulis sebenarnya sangat berharap bahwa sang wamen menjelaskan strategi dan paparan bagaimana kemendiktisaintek untuk menciptkan riset yang lebih kondusit (ideal=seperti di Harvard dan lain lain yang risetnya sudah berjalan baik) yang selalu dipaparkan oleh sang wamen, daripada sekedar bercerita "semacam populer sains". Dengan kata lain menceritakan bagaiman riset seharusnya dan bagaiman siswa atau mahasiswa seharusnya belajar.

Hal ini, penulis pikir, menjadi hal yang sangat penting disosialisasikan. Satu hal lagi yang terpenting adalah bahwa sang wamen selalu mengatakan bahwa beliau sudah melakukan riset mengenai hal yang berkaitan dengan kognitif sains dll, dimana ini juga belum bisa ditarik menjadi kesimpulan bahwa apa yang beliau sudah lakukan adalah benar, perlu ada paper pembanding atau eksperimen pembanding untuk mengatakan bahwa apa yang sang wamen teliti adalah benar dan terbukti.

Contoh untuk ini adalah terkait kecerdasan anak dan sarapan pagi, beliau mengatakan bahwa sarapan pagi terkait dengan kecerdasan anak dan pernyataan lainnya yang bagi penulis sangat claiming sepihak.

Lagipula hal ini sudah menjadi semacam pengetahuan dan sains umum. Dan masih banyak lainnya, silahkan pembaca simak di youtube atau di media online lainnya yang sudah beredar secara publik.

Seperti yang penulis sampaikan diatas, bahwa yang terpenting untuk disampaikan atau disosialisasikan adalah apa strategi pendidikan tinggi untuk meningkatkan riset di perguruan tinggi swasta maupun negeri, strategi apa yang diambil oleh sang menteri dan wamen dalam meningkatkan riset di perguruan tinggi daripada hanya bercerita tentang riset kognitif sains dan riset yang seharusnya. Tapi lebih strategi apa yang akan dilakukan oleh menteri dan sang wamen. Seharusnya ini yang perlu disampaikan ke stakeholder perguruan tinggi.

Selanjutnya bagaimana manajemen riset di perguruan tinggi akan dilakukan agar bisa meningkatkan kualitas riset perguruan tinggi.  Mengapa ini menjadi penting? Karena sistem dan manajemen riset nasional di perguruan tinggi masih sangat jauh api dari panggang. Hal inilah yang membuat inovasi di perguruan tinggi juga masih cukup rendah.

Penulis berpikir ada baiknya sang wamen lebih banyak berbicara mengenai ini daripada bicara mengenai populer sains. Populer sains itu selalu sangat menarik karena bukan real riset, sebagai peneliti atau periset yang dibutuhkan bukan populer sains tetapi apa strategi riset dan sains di perguruan tinggi yang akan dilakukan guna meningkatkan riset perguruan tinggi.

Selain hal penting ini, masih banyak lagi tugas wamen dan menteri di kemendiktisaintek, misalnya mengenai jurnal lokal di perguruan tinggi yang saat ini banyak digunakan untuk bisa mendapatkan nilai KUM untuk bisa menjadi guru besar di perguruan tinggi dan juga, jumlah perguruan tinggi yang begitu banyak dimana rata-rata kualitas riset dan sains-nya masih sangat rendah, dan masih banyak masalah lainnya yang harus diselesaikan.

Hal-hal ini juga penting dan urgent untuk diselesaikan guna meningkatkan kualitas riset perguruan tinggi. Yang lebih penting lagi adalah sang menteri dan wamen seharusnya mengubah dan membuat standard bagi guru besar dimana syarat yang ada saat ini sangat mudah bagi seseorang untuk menjadi guru besar.

Hal ini juga sangat berkaitan dengan peningkatan riset di Indonesia. Ada lawakan di kalangan akademidi yang mengatakan bahwa seseorang akan menjadi guru besar pada waktunya, tinggal menunggu waktu saja asalkan rajin datang konferensi dan publikasi lokal serta menulis buku pasti akan menjadi guru besar. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi di luar negeri meminjam style bicara dari sang wamen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun