Mohon tunggu...
PAPAW
PAPAW Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Melihat dunia dengan berbagai cara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Korean Wave Pada Produk Lokal Dalam Negeri.

25 September 2023   02:26 Diperbarui: 25 September 2023   09:41 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://vt.tiktok.com/ZSNekNRoj/

Korean Wave atau Hallyu atau orang menyebutnya demam korea merupakan suatu fenomena yang sudah lama terjadi di Indonesia. Dimulai semenjak masuknya tren lagu Gangnam Style yang dibawakan oleh PSY pada tahun 2012 silam lalu maraknya penayangan drama Korea di stasiun televisi nasional seakan membuka gerbang masuknya kebudayaan Korea Selatan ke dalam negeri ini.

Negara dengan ibukota bernama Seoul itu berhasil membuktikan betapa hebatnya kekuatan kebudayaan mereka dalam kancah internasional. Melalui K-Pop dan drakor, Korea Selatan mampu menaikkan hampir seluruh sektor ekonomi mereka. Mulai dari tempat wisata hingga kuliner yang mereka perlihatkan dalam K-pop maupun drakor terbukti ampuh untuk menarik wisatawan mancanegara agar berkunjung langsung ke negeri ginseng tersebut.

https://pin.it/5DyH8ii
https://pin.it/5DyH8ii

Selain kegiatan self-diplomacy melalui investasi pada pengembangan industri hiburan di Korea Selatan, adanya brand - brand ternama seperti Samsung, LG, dan Hyundai pun turut andil sebagai faktor pembesar nama Korea Selatan. Terbukti Korea Selatan mampu masuk dalam daftar 10 negara terkaya di dunia dengan total Produk Domestik Bruto atau PDB sebesar 1,8 triliun dolar AS lebih.

Selain industri hiburan, alat elektronik, dan kendaraan yang berhasil mendominasi pasar internasional, citra kecantikan yang ditonjolkan oleh berbagai klinik kecantikan ternyata mampu menarik konsumen dari berbagai negara untuk merasakan langsung perawatan atau operasi plastik di Korea Selatan. Standar kecantikan yang divisualisasikan melalui artis maupun masyarakatnya pun seakan menjadi panutan bagi banyak orang masa kini, sehingga timbul pemikiran untuk menjadi cantik atau tampan berarti harus berkulit putih, berambut lurus, berhidung mancung dan memiliki kelopak mata ganda. Bahkan style rambut ataupun baju seakan berkiblat pada Korea Selatan, contohnya style rambut peek-a-boo Lisa Blackpink yang menjadi tren sehingga banyak yang menirunya.

https://pin.it/43EOfBn
https://pin.it/43EOfBn

Fenomena Hallyu di berbagai negara terutama Asia ini juga membuka peluang bagi pemilik usaha untuk memperluas jangkauan target pasar mereka. Mari kita perhatikan, sudah berapa banyak merk skincare, make - up, makanan dan sebagainya yang berasal dari Korea Selatan yang masuk ke Indonesia sekarang. Daya beli masyarakat yang dinilai kuat terhadap produk - produk Korea Selatan ini menjadikan produk Korea Selatan menjamur di kalangan masyarakat Indonesia saat ini, bahkan sudah banyak terdapat supermarket di berbagai kota yang hanya menjajakan produk dari Korea Selatan.

Itu semua merupakan dampak dari adanya globalisasi yang memudahkan berbagai negara untuk berinteraksi maupun bertransaksi sebagai hubungan timbal balik, namun apakah kondisi yang terus menerus seperti ini akan berdampak baik bagi kebudayaan dan perekonomian bangsa Indonesia sendiri? Atau justru adanya Korean Wave ini malah meredupkan pelaku seni dan pelaku ekonomi di dalam negeri? Mari kita bahas lebih lanjut.

Seperti yang kita ketahui, selama 10 tahun lebih Korea Selatan menaruh investasi yang optimal dalam pengembangan industri hiburannya agar dikenal di seluruh dunia. Contoh sederhana keberhasilan Korea dalam memasarkan industri hiburannya adalah kini K-Pop atau drakor tidak hanya menarik minat para remaja melainkan hampir seluruh lapisan masyarakat dari berbagai usia, kalangan bahkan jenis kelamin baik laki - laki maupun perempuan. Mereka yang menyukai K-Pop atau drakor pun memiliki alasan yang beragam mengapa mereka tertarik, bukan hanya karena visual artisnya yang memukau tetapi banyak pesan moral, ilmu, pola pikir, dan hal - hal positif lainnya yang mereka mampu ambil dari hiburan tersebut. Sebenarnya kondisi tersebut menunjukkan bahwa kualitas hiburan dalam negeri kita kian menurun karena masyarakat mulai beralih untuk menikmati tontonan dari luar negeri.

Berbeda dengan warga Korea Selatan yang masih setia untuk menonton tayangan televisi sehari - hari sehingga stasiun televisi lokal Korea Selatan berusaha konsisten dalam menjaga kualitas program acara televisi mereka, televisi lokal di Indonesia saat ini justru mulai kehilangan penontonnya karena masyarakat lebih memilih menonton tayangan dari luar negeri melalui parabola maupun platform streaming lainnya.

Ternyata penurunan minat masyarakat ini tidak hanya terjadi pada program televisi lokal tetapi pada penjualan produk baik makanan, skincare, make - up dan berbagai hal lain. Konsumen merasa lebih baik membeli produk dari Korea Selatan meskipun harus membayar lebih mahal untuk pajak bea cukai tapi sudah terjamin kualitasnya atau produknya itu dipakai oleh idol favoritnya daripada membeli produk lokal yang harganya bisa saja lebih rendah. Kalau pola pikir beberapa konsumen sudah seperti ini, maka siapa yang salah? Masuknya Korean Wave atau pelaku ekonomi dalam negeri yang tidak memiliki kapasitas yang kuat untuk bersaing?

https://pin.it/5jR0iu0
https://pin.it/5jR0iu0

Meski begitu, ternyata banyak pengusaha atau pemilik brand yang mencoba strategi baru. Alih - alih bersaing dengan produk Korea Selatan dengan dalih mencintai produk dalam negeri, mereka justru memilih menjual produk "ke-korea-an". Kita dapat melihat saat ini sudah sangat banyak produk lokal yang diberi varian dengan embel - embel Korea atau kemasan produk yang didesain simple sesuai ciri khas produk Korea Selatan. Strategi tersebut mampu menarik konsumen untuk mulai membeli produk lokal dalam negeri, sehingga bagi pemilik brand bahkan tidak ragu untuk bekerja sama dengan artis atau idol Korea Selatan yang sedang naik daun demi menarik konsumen lebih banyak lagi karena mereka tahu bahwa rata - rata penggemar K-Pop atau drakor adalah orang - orang yang loyal dalam mendukung idola mereka. Para fans ini cenderung akan membeli meskipun barang yang dijual overprice hanya karena ingin mendapat tanda tangan atau foto eksklusif idolanya yang dijadikan Brand Ambassador.  

Nyatanya para pemilik usaha lokal yang memanfaatkan fenomena Hallyu ini juga tidak luput dari kritikan konsumen, pasalnya produk yang dikeluarkan terkadang hanya terkesan mengambil nama "Korea" tanpa menaruh ke-otentik-an Korea Selatan pada produknya. Contohnya salah satu brand susu mengeluarkan varian rasa Korean Banana sedangkan Korea Selatan sendiri bukan negara yang subur untuk ditanami pisang, lalu dari brand yang sama mengeluarkan rasa Jeju Chocolate padahal pulau Jeju di Korea Selatan merupakan pulau yang terkenal dengan jeruknya yang bernama Jeju Hallabong dan tidak menghasilkan cokelat dengan kualitas terbaik.

Kasus serupa juga terjadi pada pemilihan Brand Ambassador merk skincare atau make - up lokal yang memakai artis Korea Selatan atau mencari model yang terlihat seperti artis KorSel padahal produknya dipasarkan di Indonesia yang notabene memiliki gen fisik yang berbeda dengan orang Korea Selatan. Banyak konsumen heran mengapa tidak memakai model asli Indonesia yang terdiri dari berbagai ras dan warna kulit sehingga produk yang ditawarkan terasa lebih masuk akal manfaatnya bagi pemakainya.

https://twitter.com/tanyakanrl/status/1480166221572022273?t=pZYKaYorXXPNxb4baHJHxQ&s=19
https://twitter.com/tanyakanrl/status/1480166221572022273?t=pZYKaYorXXPNxb4baHJHxQ&s=19

Tidak hanya brand makanan atau skincare, tetapi ke-latah-an pada hal berbau Korea ini bahkan merambah pada pedagang kaki lima yang kerap menambahkan nama "Korea" seperti Pentol Korea, Cilok Korea, dan sebagainya padahal di Korea Selatannya pun belum tentu ada yang jual produk serupa. Yah, memang inilah kondisi perekonomian akibat masuknya Korean Wave dalam Indonesia, bahkan terasa lebih "Korea" daripada Korea itu sendiri.

https://vt.tiktok.com/ZSNekNRoj/
https://vt.tiktok.com/ZSNekNRoj/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun