Mohon tunggu...
PAPAW
PAPAW Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Melihat dunia dengan berbagai cara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Korean Wave Pada Produk Lokal Dalam Negeri.

25 September 2023   02:26 Diperbarui: 25 September 2023   09:41 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://vt.tiktok.com/ZSNekNRoj/

Ternyata penurunan minat masyarakat ini tidak hanya terjadi pada program televisi lokal tetapi pada penjualan produk baik makanan, skincare, make - up dan berbagai hal lain. Konsumen merasa lebih baik membeli produk dari Korea Selatan meskipun harus membayar lebih mahal untuk pajak bea cukai tapi sudah terjamin kualitasnya atau produknya itu dipakai oleh idol favoritnya daripada membeli produk lokal yang harganya bisa saja lebih rendah. Kalau pola pikir beberapa konsumen sudah seperti ini, maka siapa yang salah? Masuknya Korean Wave atau pelaku ekonomi dalam negeri yang tidak memiliki kapasitas yang kuat untuk bersaing?

https://pin.it/5jR0iu0
https://pin.it/5jR0iu0

Meski begitu, ternyata banyak pengusaha atau pemilik brand yang mencoba strategi baru. Alih - alih bersaing dengan produk Korea Selatan dengan dalih mencintai produk dalam negeri, mereka justru memilih menjual produk "ke-korea-an". Kita dapat melihat saat ini sudah sangat banyak produk lokal yang diberi varian dengan embel - embel Korea atau kemasan produk yang didesain simple sesuai ciri khas produk Korea Selatan. Strategi tersebut mampu menarik konsumen untuk mulai membeli produk lokal dalam negeri, sehingga bagi pemilik brand bahkan tidak ragu untuk bekerja sama dengan artis atau idol Korea Selatan yang sedang naik daun demi menarik konsumen lebih banyak lagi karena mereka tahu bahwa rata - rata penggemar K-Pop atau drakor adalah orang - orang yang loyal dalam mendukung idola mereka. Para fans ini cenderung akan membeli meskipun barang yang dijual overprice hanya karena ingin mendapat tanda tangan atau foto eksklusif idolanya yang dijadikan Brand Ambassador.  

Nyatanya para pemilik usaha lokal yang memanfaatkan fenomena Hallyu ini juga tidak luput dari kritikan konsumen, pasalnya produk yang dikeluarkan terkadang hanya terkesan mengambil nama "Korea" tanpa menaruh ke-otentik-an Korea Selatan pada produknya. Contohnya salah satu brand susu mengeluarkan varian rasa Korean Banana sedangkan Korea Selatan sendiri bukan negara yang subur untuk ditanami pisang, lalu dari brand yang sama mengeluarkan rasa Jeju Chocolate padahal pulau Jeju di Korea Selatan merupakan pulau yang terkenal dengan jeruknya yang bernama Jeju Hallabong dan tidak menghasilkan cokelat dengan kualitas terbaik.

Kasus serupa juga terjadi pada pemilihan Brand Ambassador merk skincare atau make - up lokal yang memakai artis Korea Selatan atau mencari model yang terlihat seperti artis KorSel padahal produknya dipasarkan di Indonesia yang notabene memiliki gen fisik yang berbeda dengan orang Korea Selatan. Banyak konsumen heran mengapa tidak memakai model asli Indonesia yang terdiri dari berbagai ras dan warna kulit sehingga produk yang ditawarkan terasa lebih masuk akal manfaatnya bagi pemakainya.

https://twitter.com/tanyakanrl/status/1480166221572022273?t=pZYKaYorXXPNxb4baHJHxQ&s=19
https://twitter.com/tanyakanrl/status/1480166221572022273?t=pZYKaYorXXPNxb4baHJHxQ&s=19

Tidak hanya brand makanan atau skincare, tetapi ke-latah-an pada hal berbau Korea ini bahkan merambah pada pedagang kaki lima yang kerap menambahkan nama "Korea" seperti Pentol Korea, Cilok Korea, dan sebagainya padahal di Korea Selatannya pun belum tentu ada yang jual produk serupa. Yah, memang inilah kondisi perekonomian akibat masuknya Korean Wave dalam Indonesia, bahkan terasa lebih "Korea" daripada Korea itu sendiri.

https://vt.tiktok.com/ZSNekNRoj/
https://vt.tiktok.com/ZSNekNRoj/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun