Mohon tunggu...
Lovely Mony_et
Lovely Mony_et Mohon Tunggu... -

aku heran...aku ini monyet tapi tuan putri kecilku memanggil aku " Mony sayang... kamu harus minum susu, biar sehat. Namun tetangga tuanku hari2 berteriak MONYET LUH... pada anaknya, pada ibu anaknya...aduuuh, heraaaaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Mati Adalah Yang Terbaik

16 Juni 2012   16:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:54 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang manusia mukmin, apabila mendapat musibah serupa berkurangnya harta, kegagalan dalam pekerjaan, ketidak lancaran dalam perdagangan dan segala yang berjudul masalah selain masalah dengan sesamanya, ia mudah sekali menerima dan mengembalikan urusan tersebut pada Allah yang diakuinya sebagai takdir.

Namun tidak demikian apabila masalah atau musibah tersebut berkaitan terhadap sesamanya, misal pertengkaran, kesalahpahaman, perilaku sahabat, pasangan, orang tua, mertua, anak, dan segala yang berjudul masalah dengan sesama manusia, ia seringkali dan hampir selalu sulit sekali menerima dan mengembalikan urusan tersebut atau mengakui sebagai hal yang telah ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah. Seakan-akan manusia harus berhasil semudah membalik telapak tangan seperti yang diinginkan oleh orang yang menuntutnya.Bukankah ia juga tidak tahu apakah orang yang dinilainya buruk itu telah sedemikian rupa berusaha keras untuk melawan keburukannya?
Sebagai seorang mukmin seharusnya meyakini tak sepersen pun kejadian yang ada di seemesta ini yang terjadi tanpa seijin Allah. Sungguh, inilah ujian terberat bagi seorang mukmin.
Menurut para ulama derajat pahala perbuatan manusia dibagi dalam tiga tingkat :
1. derajat pahala terendah adalah taat pada perintah Allah

2.derajat menengah adalah menjauhi larangan Allah
3.derajat tertinggi adalah ikhlas menerima hal-hal yang tidak menyenangkan baginya, yaitu musibah. Dan musibah terberat adalah musibah di antara sesama manusia.
Manusia mukmin bisa berbuat baik dengan mudah atau menjauhi laranganNya dalam kondisi lapang,sehat, dan tenteram. Tidak demikian apabila ia disertai dalam kondisi yang sebaliknya.
Apabila syariat telah dilakukan dengan berbagai cara, seakan tak bergeming, tak ada perubahan, di sinilah hendaknya manusia kembalikan pada hakekatnya, kembalikan dan bertwakkal sepenuhnya pada Allah, Robbul Asbab.Pada saat seperti inilah, seorang mukmin yang merasa bahwa dia telah berusaha dengan sebaik-baiknya, ia merasa belum juga ada kekuatan untuk merubah keburukannya, ia boleh berdoa : "Ya Allah sekiranya yang terbaik bagiku adalah MATI, matikanlah aku, Tidak ada yang lebih kuharapkan di atas segalanya kecuali RIDHAMU."
Demikianlah, sesungguhnya seorang mukmin tak berhak menilai atau pun menghakimi sesamanya, karena segalanya ada dalam rahasia Allah.
Saya punya banyak pelajaran kejadian dalam perjalanan hidup saya.

Saya seringkali membenci seseorang karena perbuatannya yang menurut saya menyebalkan dan menyusahkan amat sangat, sampai saya tak tahan. Kesalahan fatal saya, saya menyelesaikannya dengan cara yang tidak benar. Dan tentu saja hasilnya bukannya masalah itu selesai tapi tambah runyam saja, dunia seakan begitu sempit bagi saya, dan tak henti-henti saya berdoa minta mati bila itu yang terbaik. Dan, sampai sekarang saya masih diberi nyawa oleh Allah, . Tapi sungguh saya sekarang amat berterima kasih atas segala perilaku tidak baik yang ditujukan  terhadap saya yang justru mendewasakan saya dalam perjalanan hidup saya ke depan.  Ternyata, hal-hal  buruk yang dalam pikiran saya tak mungkin saya lakukan bahkan tersirat saja tidak, ternyata saya bisa lakukan. Sungguh tanpa pertolonganNya tak ada setietik kebaikan pun yang bisa saya lakukan .

Saya yakin do'a para pendahulu saya untuk anak cucunya termasuk saya insya Allah tidak akan sia-sia.

Apa yang  tidak saya sukai, mungkin di sisi Allah  baik bagi saya, dan apa yang saya sukai,  mungkin di sisi Allah justru tidak baik bagi saya. Allah maha mengetahui, sedang saya tidak mengetahui.


JIKA MATI ADALAH TERBAIK, BIARLAH SAYA MATI.


***mohon maaf segala salah dan khilaf.

kupersembahkan buat orang2 tercinta yang tersakiti  oleh saya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun