Keberagaman budaya di Pulau Sumba juga tercermin dalam berbagai bentuk seni lainnya, seperti patung batu megalitik yang tersebar di berbagai desa. Patung-patung ini sering kali memiliki fungsi spiritual dan digunakan sebagai penanda makam atau sebagai bagian dari ritual adat. Keunikan budaya megalitik ini menjadi salah satu daya tarik Sumba, sekaligus menambah kekayaan arkeologis dan sejarah di pulau ini.
Budaya megalitik Sumba tidak hanya menarik bagi peneliti dan sejarawan, tetapi juga bagi wisatawan yang datang untuk menyaksikan langsung kekayaan budaya ini. Meskipun beberapa situs megalitik sudah berusia ratusan tahun, mereka masih dijaga dan dihormati oleh masyarakat setempat, menunjukkan betapa kuatnya ikatan mereka dengan leluhur dan sejarah mereka.
Selain aspek-aspek budaya yang telah disebutkan, masyarakat Sumba juga memiliki sistem kepercayaan yang khas, yang dikenal dengan nama "Marapu." Kepercayaan Marapu melibatkan penyembahan terhadap roh-roh leluhur, serta dewa-dewi yang dipercaya mengatur berbagai aspek kehidupan mereka. Marapu menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba, dengan berbagai ritual dan persembahan yang dilakukan untuk menghormati para leluhur dan memohon perlindungan.
Meskipun modernisasi terus berkembang, masyarakat Sumba tetap berusaha menjaga dan melestarikan kepercayaan Marapu ini. Mereka memandang Marapu sebagai bagian dari identitas mereka yang tidak bisa dipisahkan, dan sebagai panduan hidup yang membantu mereka dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Kesetiaan masyarakat Sumba terhadap tradisi dan adat istiadat mereka juga terlihat dalam cara mereka merespons perubahan zaman. Meskipun banyak orang Sumba yang telah merantau dan tinggal di kota-kota besar, mereka tetap menjaga hubungan erat dengan kampung halaman mereka. Setiap tahun, banyak perantau yang kembali ke Sumba untuk ikut serta dalam upacara adat atau sekadar mengunjungi keluarga dan tanah leluhur mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dunia terus berubah, nilai-nilai dan budaya Sumba tetap bertahan dan relevan bagi masyarakatnya. Mereka menunjukkan bahwa tradisi tidak harus ditinggalkan meskipun zaman berubah, tetapi justru dapat menjadi landasan yang kuat untuk menghadapi masa depan.
Secara keseluruhan, masyarakat Sumba adalah contoh bagaimana kekayaan budaya dan tradisi dapat dipertahankan dan dijaga di tengah arus globalisasi. Dengan keindahan alam yang memukau dan warisan budaya yang kaya, Pulau Sumba menjadi salah satu destinasi yang tidak hanya menawarkan keindahan visual, tetapi juga pengalaman budaya yang mendalam.
Tradisi cium hidung, bersama dengan berbagai adat istiadat lainnya, adalah bukti bahwa masyarakat Sumba memiliki cara unik untuk menghormati satu sama lain dan menjaga keharmonisan sosial. Tradisi-tradisi ini, meskipun sederhana, memiliki makna yang mendalam dan terus menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Sumba hingga saat ini. Pulau Sumba dan masyarakatnya terus menjadi salah satu contoh kekayaan budaya Indonesia yang harus dihargai dan dilestarikan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H