Mohon tunggu...
Andre Panzer
Andre Panzer Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis lepas, buruh tapi bukan budak

Saya ingin mendidik ulang bangsa ini

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Trik Nakal Parkir Mal

7 Februari 2016   19:56 Diperbarui: 4 April 2017   16:44 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi jika 2 jam 1 detik berubah menjadi 2 jam 1 menit dan bedanya Rp 4000, rasanya ada etika yang dipermainkan. Dan saya tahu persis bukan tidak mungkin dua alat pencatat waktu yang memasok ke server yang sama bisa menggunakan jam yang berbeda. Di beberapa cabang kantor kami saya pernah menemukan ada mesin absen yang jamnya lebih cepat di jam masuk pagi, tetapi lebih lambat di jam pulang (dan sebaliknya). Dan ini mesin absen yang sama. Apa sulitnya jika menggunakan mesin pencatat yang berbeda seperti di tempat parkir?

Selain itu masih ada trik lain untuk membuat pengguna parkir membayar lebih mahal. Saya sudah enggan kalau kami mengunjungi mertua saya di Bogor, lalu istri mengajak anak kami main ke Botani Square di Jl. Pajajaran. Jika anda mau keluar dari tempat parkir, anda harus kembali ke jalur yang sama dengan anda masuk, beriringan dengan orang yang baru masuk dan mencari tempat parkir, lalu bisa menuju pintu keluar. Maka di setiap jam-jam sibuk di mal tersebut, selalu terjadi antrian sangat panjang karena mobil yang masuk berdesakan dengan yang mau keluar. (Belum termasuk gangguan dari orang yang baru bisa memarkir mobil).

Kalau melihat desain lapangan parkir Botani Square yang luas itu, sangat mudah membuat jalan keluar yang yang lebih singkat tanpa mengganggu mobil yang masuk. Mal lain dengan tempat parkir yang lebih sempit dan gedung parkir yang memusingkan saja lebih mudah dan cepat keluar masuknya. Tetapi saya membutuhkan lebih dari 20 menit untuk keluar mal itu, padahal dengan membuat jalur keluar terpisah hanya membutuhkan paling lama 5 menit dalam keramaian yang sama. Akibatnya tentu jelas, jika dalam 20 menit yang saya habiskan itu saya melampaui jangka waktu per jam tarif parkir.

Ada mal lain yang lebih nakal, tetapi saya curiga ini bisa jadi ini permainan petugas parkirnya. Carrefour Tamini Square menggratiskan biaya parkir satu jam pertama jika anda berbelanja lebih dari jumlah tertentu (besarannya berbeda untuk mobil dan motor). Jadi seharusnya berapapun biaya parkir satu jam pertama, gratis jika anda sudah mengantongi kupon tanda bukti belanja dari Carrefour. Tetapi ketika tarif parkir naik dari Rp 3000 menjadi Rp 4000 untuk satu jam pertama, petugas parkir meminta kami tetap membayar Rp 1000. Jadi yang digratiskan adalah Rp 3000-nya (tarif lama), bukan satu jam pertama. Padahal kupon dari Carrefour sudah jelas tertera gratis satu jam pertama. Untungnya kali berikut kami ke sana, sudah kembali gratis sesuai kupon Carrefour. Mengapa saya curiga ini permainan petugasnya? Mungkin ada pengunjung yang mengadu, dan lantas petugasnya ditegur (atau diskors, atau dipecat, entahlah).

Saya menulis semua ini bukan untuk menuntut yang macam-macam, atau menjelek-jelekkan, atau ingin memutus rejeki orang. Percayalah, saya pasti membayar parkir berapapun itu. Nyatanya saya tetap membayar Rp 1000 di Tamini Square yang seharusnya gratis itu. Kemarin saya parkir di pinggir jalan Boulevard Kelapa Gading dan dikenai tarif Rp 5000, saya bayar dengan senang hati, karena saya mendapat slip resmi Pemprov DKI dari si tukang parkir. Saya merasa lebih puas dari pada membayar Rp 2000 (harga ‘pasaran’ perparkiran di mana-mana) tetapi tahu uang itu akan lari ke kantong ormas-ormas pengawal kearifan lokal.

(Saya memang enggan berurusan dengan hukum hanya demi harga diri, karena saya ingat anak istri. Saya tahu, seringkali ujung-ujungnya adalah koneksi, amplop, atau “lu gak tau siapa gue”. Saya pernah melihat ada seseorang yang posting di Facebook bagaimana ia menyuruh anaknya kencing sembarangan di mal demi memprotes manajemen mal yang mengenakan tarif untuk toilet yang sebenarnya tidak seberapa. Ia masih sempat-sempatnya ‘meminta maaf’ kepada anaknya karena menjadi korban demi ‘memperjuangkan keadilan’. Sungguh saya tidak habis pikir dengan orang seperti itu.)

Tetapi jika saya membayar parkir dengan jam parkir yang diakali, rute parkir yang dipersulit, dan kebijakan perparkiran yang ditelikung, untuk menggerus beberapa ribu rupiah untuk kemudian dikalikan beberapa ribu kendaraan yang parkir, saya mempertanyakan moral para pengelola dan petugas parkir. Saya tidak usah jauh-jauh mencela korupnya para pembuat, pelaksana dan penegak hukum sebagaimana begitu digemari netizen negeri ini.

Tetapi kita yang orang awam saja masih suka melakukan kenakalan-kenakalan kecil semacam itu. Coba pikirkan, terutama mereka yang mempersulit orang keluar masuk parkir dengan kepadatan yang seharusnya bisa dihindari: bagaimana jika orang menjadi stres? Bagaimana kalau ada yang mengalami keadaan darurat sehingga harus segera keluar dari mal? Mungkinkah ketika anda mengutip beberapa ribu rupiah – dengan bayangan jika dikali beberapa ribu mobil menjadi beberapa juta – anda sedang membahayakan nyawa seseorang?

Ada mall yang menjalankan peraturan tarif parkir apa adanya, pengunjung tetap banyak, parkiran penuh tetapi tidak semrawut, dan mereka tetap untung. Pegawainya juga sejahtera. Rasanya semua masalah itu dapat dengan mudah diatasi jika kita semua berpikir cukup panjang untuk tidak menyusahkan orang lain, itu saja! Jika anda ingin memperoleh “uang cepat” semacam itu, apa bedanya anda dengan monster-monster yang memakai rompi oranye dari KPK?

Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun