Mohon tunggu...
Pann D. Ryuki
Pann D. Ryuki Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan di Bawah Rembulan

22 Agustus 2019   19:10 Diperbarui: 22 Agustus 2019   19:12 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga bulan aku menjalani hubungan dengan Gilang. Beberapa kali aku kerumahnya untuk bersilaturahmi. Ku temui Rendy disana. Dia memang teman akrabnya pacarku, Gilang. Ku tatap matanya, hanya sebuah senyuman kecil yang terlukiskan di wajahnya, seolah semua baik-baik saja. Sebuah harapan yang kubuka untuknya kututup kembali rapat-rapat. Lebih baik aku tidak mengenalnya dari dulu jika harus seperti ini. Rendy begitu jahat, aku kecewa padanya. Aku tak ingin terlalu menyesali ini, lagi pula ada Gilang yang masih berstatus pacaran denganku, walaupun pertengkaran selalu terjadi diantara aku dan Gilang.

Hari terus berganti, ku jalani hari-hariku bersama Gilang. Namun semakin hari, hubunganku dengan Gilang semakin retak, rasa ego selalu menyertai setiap pembiraraan kami, aku bosan jika harus terus memaafkan kesalahan yang kemudian dia ulang kemudian hari. Hubungan yang retak ini selalu ku tahan hingga saat aku lelah menghadapi kekanak-kanakannya Gilang, aku tak sanggup untuk mempertahankan hubungan ini.

Malam itu aku berniat untuk memutuskan hubunganku dengan Gilang, tetapi dia terlebih dahulu mengatakan hal itu via chat. Dengan alasan, orang tua nya tidak menyetujui hubungan kami karena perbedaan agama, serta alasan lain tak tak begitu ku mengerti. Yang ku tahu, Gilang juga pasti merasakan hal yang sama denganku, bosan.

Telah lama aku tidak curhat pada Rendy semenjak aku berpacaran dengan Gilang. Malam itu juga aku memutuskan untuk curhat padanya tentang putusnya hubunganku dengan teman akrabnya itu. Terlintas di pikiranku untuk menanyakan pertanyaan yang dulu tak sempat aku tanyakan padanya. Aku memberanikan diri, aku hanya tak ingin penasaran dan tak ingin pertanyaan itu terngiang-ngiang di otakku.

Jawaban Rendy tidak membuatku puas, yang dia katakan seolah rasa suka itu wajar, sayang kepada teman, keluarga dan jawaban lain tak tak aku ingin dengar. Yang ku mau hanya jawaban apakah dia memiliki perasaan padaku atau tidak.

Kudesak Rendy untuk menjawab pertanyaan itu,sampai akhirnya dia menyerah dan lebih memilih jujur. Penasaran bercampur gelisah ketika di handphone ku bertuliskan "typing". Lama sekali ku menunggu balasan chat darinya. Kemudia handphone ku berdering pertanda ada pesan yang masuk. Ku buka pesan itu, begitu panjang, kubaca dengan serius. Dadaku terasa sesak, ingin mengangis ketika aku membaca pesan itu. Tak kusangka selama ini aku telah salah memilih jalanku sendiri. Aku telah kalah dengan ketidak beranianku. Aku menyesal.

Menyesal ketika mengetahui bahwa Rendy juga menyukaiku sejak pertama kali Ia mengenalku. Betapa bodohnya aku yang tak tahu akan hal itu, bahkan tak sanggup mengutarakan perasaanku sendiri padanya.

Ada maksud dan alasan lain dalam senyumannya yang selama ini aku lihat di wajahnya. Bukan karena bahagia melihatku bersama Gilang, tetapi hanya tak ingin aku bersedih jika tahu bahwa dia juga menyukaiku. Dia tak ingin melukai perasaanku dan teman akrabnya, Gilang. Dia tak ingin pertemanan antara kami bertiga hancur jika Ia mengtarakan perasaannya padaku, karena Dia tau Gilang juga memiliki perasaan padaku.

Tak kusangka dibalik kebahagianku, Rendy menahan rasa sakit yang tak ku tahu bagaimana rasanya, yang pasti itu sakit sekali. Aku telah salah menilainya.

Tak bisa aku memperbaiki hatinya yang hancur itu. Sekalipun bisa, kini situasinya sudah berubah. Rendy menolak jika perasaan ini dimulai dari nol seperti dulu. Dia bilang, "sekarang semuanya telah berbeda, kini semuanya tak lagi sama. Dan semuanya sudah terlambat. Mana mungkin kita bisa bersatu yang kamu tahu sendiri, dirimu pernah menjalin hubungan dengan Gilang, aku tak mau menjadi pisau yang menusuk temanku sendiri dari belakang."

Aku mengerti maksud Rendy, aku juga terpikirkan hal yang sama dengannya. Berat mengetaui kenyataan yang begitu kejam, waktu juga begitu jahat yang tak pernah mengijinkanku menghabiskan waktuku bersama seseorang yang aku cintai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun