Mohon tunggu...
Panji Prasetio
Panji Prasetio Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Operator Produksi

Musik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Radikalisme Berfikir : Membongkar Paradigma Menuju Keadilan dan Keadilan

19 Januari 2025   11:22 Diperbarui: 19 Januari 2025   11:24 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya, pemikiran radikal dalam teknologi adalah tentang merebut kembali narasi. Teknologi bukan sekadar alat; ia adalah refleksi dari nilai-nilai masyarakat yang menciptakannya. Dengan mengadopsi pendekatan radikal, kita dapat memastikan bahwa teknologi tidak hanya melayani kepentingan segelintir pihak, tetapi juga memperkuat nilai-nilai keadilan, inklusivitas, dan keberlanjutan.

Radikalisme sebagai Jalan Menuju Keadilan

Keadilan adalah prinsip universal yang menjadi dasar dari setiap sistem hukum dan sosial, tetapi dalam praktiknya, sering kali keadilan hanya menjadi retorika tanpa implementasi yang nyata. Ketika keadilan terdistorsi oleh kekuasaan dan kepentingan tertentu, radikalisme berpikir menjadi alat yang diperlukan untuk memulihkan keseimbangan.

Dalam sistem hukum, radikalisme berpikir menantang asumsi-asumsi dasar tentang bagaimana keadilan didefinisikan dan diterapkan. Misalnya, apakah penjara, sebagai instrumen penghukuman, benar-benar memberikan efek jera atau justru memperburuk masalah sosial seperti stigma, pengangguran, dan residivisme? Pemikiran radikal mendorong kita untuk mempertimbangkan alternatif seperti keadilan restoratif, di mana fokusnya adalah memperbaiki kerugian korban dan merehabilitasi pelaku, bukan sekadar menghukum. Pendekatan ini tidak hanya lebih manusiawi tetapi juga lebih efektif dalam mencegah pengulangan kejahatan.

Selain itu, radikalisme dalam mengejar keadilan harus melampaui sistem hukum formal. Keadilan sering kali tidak tercapai karena struktur sosial dan ekonomi yang tidak setara. Ketimpangan distribusi kekayaan, misalnya, adalah bentuk ketidakadilan sistemik yang tidak dapat diatasi hanya dengan kebijakan fiskal moderat. Untuk itu, pemikiran radikal diperlukan untuk mendukung langkah-langkah seperti redistribusi aset melalui pajak kekayaan progresif atau bahkan nasionalisasi sumber daya penting demi kepentingan publik.

Radikalisme berpikir juga relevan dalam menghadapi ketidakadilan global. Hubungan antara negara maju dan berkembang sering kali diwarnai oleh ketimpangan kekuasaan, baik dalam perdagangan internasional, pengelolaan utang, maupun kebijakan lingkungan. Pemikiran radikal menuntut kita untuk mendobrak tatanan global yang eksploitatif ini. Misalnya, alih-alih mengandalkan sistem ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya di negara berkembang, dunia membutuhkan model kerja sama internasional yang menghormati kedaulatan dan kebutuhan lokal.

Namun, radikalisme sebagai jalan menuju keadilan tidak boleh dilakukan secara serampangan. Ia membutuhkan visi yang jelas dan keberanian untuk menggabungkan tiga elemen utama: keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan. Keadilan memastikan bahwa setiap individu mendapatkan haknya, kepastian hukum memberikan struktur yang stabil, dan kemanfaatan menjamin bahwa perubahan membawa manfaat yang nyata bagi masyarakat luas. Ketiganya harus berjalan beriringan untuk menciptakan transformasi yang tidak hanya radikal tetapi juga berkelanjutan.

Pada akhirnya, radikalisme adalah alat, bukan tujuan. Ia menjadi cara untuk memaksa dunia melihat ketidakadilan yang selama ini disamarkan oleh sistem yang mapan. Dengan berpikir radikal, kita membuka peluang untuk menciptakan masyarakat yang tidak hanya lebih adil, tetapi juga lebih manusiawi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun