Pendahuluan
Mohandas Karamchand Gandhi lahir pada tanggal 2 Oktober 1869 di Gujarat, India. Beliau adalah anak bungsu dari empat istri ayahnya. Ayahanda menjabat sebagai Kepala Mentri Porbandar, sebuah kota kerajaan kecil di India Barat. Keluarga Putlibai adalah tempat kelahiran Mohandas Karamchand Gandhi. Saat itu, waktunya hanya dihabiskan di rumah dan di kuil; dia juga sering berpuasa dan mematuhi aturan agama.
Dia dibesarkan dalam keluarga Hindu yang menyembah Dewa Wisnu yang kuat. Saat Mohandas Karamchand Gandhi menyelesaikan sekolahnya, dia sangat ingin belajar ilmu kedokteran, tetapi orang tuanya menolaknya karena alasan religius.
Pada akhirnya, pada tahun 1888, Gandhi pindah ke London untuk belajar hukum. Gandhi harus mengambil sumpah untuk terus beribadah Hindu selama tinggal di London karena percaya bahwa jika seorang penganut Hindu menyeberang lautan maka akan menjadi dosa baginya.
Selain sumpah tersebut, majelis kasta negaranya membuat keputusan bahwa kastanya akan dihapus jika dia meninggalkan negara tersebut. Akibatnya, dia harus hidup tanpa kasta. Mohandas Karamchand Gandhi menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari dan mempelajari lebih dalam tentang masalah yang berkaitan dengan Theosophical Society, yang didirikan tahun 1875.
Di tahun 1891 Mohandas Karamchand Gandhi pindah ke India dan berprofesi sebagai pengacara dalam kurun waktu dua tahun. Setelah itu dia menjadi seorang pengacara lalu pergi ke negara Afrika Selatan, saat itu dia mengalami diskriminasi ras, lalu dia memberi putusan pada dirinya untuk berperan sebagai aktivis politik supaya dapat memberi perubahan terhadap hukum yang diskriminatif itu.
Setelah peristiwa itu, dia tinggal di Afrika Selatan selama waktu yang cukup lama sampai tahun 1914 untuk membantu minoritas India dalam berjuang melawan rencana itu dan mempertahankan hak-hak mereka.
Saat Gandhi kembali ke India, dia dijuluki banyak orang sebagai "Mahatma"---atau, dengan kata lain, "jiwa yang agung"---oleh penyair-filsuf Rabindranath Tagore. Dalam hal ini, Gandhi memimpin gerakan nasional melawan kolonial Inggris, bersama dengan kemerdekaan India pada tahun 1947. Untuk mencapai kemerdekaan ini, Gandhi mendorong orang India untuk melawan Inggris dengan menggunakan senjata yang disebut satyagraha, yang berarti perlawanan tanpa kekerasan.
Dia pergi ke Inggris untuk kuliah sebelum kembali ke India pada tahun 1915. Gandhi belajar tentang Satyagraha, atau kekuatan kebenaran, setelah mengalami diskriminasi di Afrika Selatan. Konsep ini menekankan bahwa perjuangan politik harus dilakukan dengan cara yang damai dan tidak melibatkan kekerasan. Kampanye Non-kerjasama pada tahun 1920 dan Gerakan Dandi pada tahun 1930 adalah dua kampanye besar Gandhi melawan pemerintah Inggris.
Selain itu, Gandhi menggunakan politik non-koperasi, yaitu menghindari kerja sama dengan kolonial Inggris dalam bentuk apa pun, yang akhirnya menghasilkan penurunan jumlah uang negara Inggris dan membuat orang India dengan mudah mengusir Inggris agar segera meninggalkan India dan mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya.
Pada tanggal 30 Januari 1948, di New Delhi, Mahatma Gandhi meninggal akibat percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Nathuram Vinayak Godse, seorang penembak fanatik dari Hindu Mahasabha yang berusia 38 tahun.
Mereka menuduh Gandhi karena menghianati para penganut Hindu yang dianggap pro-Muslim dan bersikap lunak terhadap Pakistan. Mereka juga menuduh Gandhi atas pertempuran darah yang terjadi setelah India dan Pakistan merdeka dari Inggris pada tahun 1947.
Gandhi tidak hanya membuka jalan bagi dialog antar-agama dan berjuang secara cerdas melawan rasisme institusional di Afrika Selatan, pergerakan kemerdekaan India, dan memperkenalkan perlawanan tanpa-kekerasan sebagai alat yang paling ampuh untuk perubahan sosial. Prinsip perjuangan menumbuhkan kesadaran ini:
1. Bramkhacharya (mengendalikan hawa nafsu dan hasrat seksual),
2. Satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta tanah air),
3. Swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri dengan melakukan penolakan terhadap barang-barang luar),
4. Ahimsa (melawan dengan tidak menggunakan kekerasan).
Kritik dan Manfaat Teknologi Tepat Guna.Â
Gandhi terlahir sebagai pemeluk agama Hindu yang selalu taat di sepanjang hidupnya. Mahatma Gandhi sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama, yang ditunjukkan dalam penghargaannya kepada semua agama yang lain: "Semua agama mana pun memiliki jalan yang berbeda-beda, namun semuanya tetap bersatu mempunyai tujuan yang sama". Artinya, tidak ada masalah kita memiliki jalan yang berbeda, karena akhirnya juga semua agama memiliki tujuan yang sama.
Gandhi juga memiliki hubungan baik dengan agama Kristen, dan dia selalu menerima penganut agama lain di rumahnya dengan cara yang sama seperti orang Hindu. Agama lain di Asia, seperti Hindu dan Budha, juga tidak mengklaim dengan mutlak. Meskipun agama Hindu masih memiliki sifat fanatisme, toleransi mereka terhadap orang lain tergantung pada individu. Ada kemungkinan bahwa Gandhi menyatakan bahwa ada banyak jalan yang menuju ke hal yang benar dan setiap orang harus menemukan jalannya sendiri.
Namun, semua agama pasti menyembah Tuhan yang berbeda. Akhirnya Mahatma Gandhi dapat mengambil kredo nya yang bertuliskan: " Tuhan Penguasa, menyelami semua yang ada di alam semesta ini". Maksudnya, Nikmatilah apa yang telah Dia berikan untukmu, janganlah mencari kekayaan yang lain.
Pernyataan ini juga sesuai pada kritik Gandhi tentang teknologi yang menyatakan." Tubuhku ini sebenarnya bentuk mesin yang cukup rumit, bagaimana aku bisa menjadi seperti mesin? Alat pintal, tusuk gigi ini adalah mesin, aku tidak membenci nya, namun aku benci saat aku merasa berlebihan kepada mesin, aku tidak suka kepada mesin yang suka melemahkan kekuatan manusia."
Orang sering menyebut Mahatma Gandhi sebagai orang yang memulai pendekatan teknologi tepat guna. Meskipun konsep teknologi tepat guna belum diberi nama pada masa Gandhi, dia sudah mulai mengusahakan penggunaan teknologi sederhana yang bergantung pada kondisi lokal, sebagian besar berbasis pedesaan, untuk membantu desa-desa di India menjadi mandiri. Gandhi tidak setuju dengan gagasan bahwa teknologi hanya menguntungkan sebagian kecil orang dengan mengorbankan sebagian besar orang lain. Ini termasuk penggunaan teknologi yang menghasilkan peningkatan keuntungan dengan mengurangi banyak tenaga kerja.
Gandhi mendirikan All-India Spinners Association pada tahun 1925, dan pada tahun 1935 dia keluar dari politik untuk membentuk All-India Village Industries Association. Gerakan teknologi tepat guna berkembang pesat beberapa dekade kemudian, dan kedua organisasi tersebut berkonsentrasi pada teknologi berbasis pedesaan. Mahatma Gandhi percaya bahwa teknologi dapat bermanfaat bagi manusia, tetapi harus digunakan dengan hati-hati. Gandhi mengatakan teknologi yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Ia menekankan bahwa teknologi harus digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya. Selain itu, ia menyatakan bahwa penggunaan teknologi harus diimbangi dengan peningkatan kesadaran moral masyarakat.
Dia percaya bahwa teknologi yang tidak diimbangi dengan kesadaran moral dan etika dapat berdampak buruk pada masyarakat. Gandhi juga menekankan bahwa penggunaan teknologi harus mengutamakan kesederhanaan dan kemandirian masyarakat. Ia menolak penggunaan teknologi yang hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu dan merugikan kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu, Gandhi menyarankan agar masyarakat atau pengguna teknologi terlibat dalam pengembangan dan penggunaan teknologi tersebut. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan dikembangkan dan digunakan dengan benar.
Secara keseluruhan, gagasan Mahatma Gandhi tentang cara menggunakan teknologi dengan benar dapat digunakan sebagai pedoman untuk kemajuan teknologi dan penerapannya. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa teknologi yang digunakan tidak hanya meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul dari penggunaan teknologi, tetapi juga memastikan bahwa itu memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat dan lingkungan. Teknologi tepat guna biasanya didefinisikan sebagai pilihan teknologi dan aplikasi yang terdesentralisasi, padat karya, hemat energi, dan terkait dengan kondisi lokal. Secara umum, dapat dikatakan bahwa teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang untuk beradaptasi dengan elemen lingkungan, keetisan, budaya, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Teknologi tepat guna harus hemat sumber daya, mudah dirawat, dan memiliki efek polutif seminimal mungkin untuk mencapai tujuan. Ini berbeda dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya mengeluarkan banyak limbah dan mencemari lingkungan. Pandangan filosofis Mahatma Gandhi tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan berinteraksi dengan dunia berasal dari pemikirannya tentang teknologi. Gandhi percaya bahwa manusia harus hidup sederhana, ramah lingkungan, dan menghargai nilai moral seperti perdamaian, keadilan, dan kesetaraan.
Gandhi percaya bahwa teknologi harus digunakan dengan bijak dan berdasarkan prinsip moral agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Gandhi sendiri telah merasakan dampak langsung dari kemajuan teknologi pada masanya, terutama saat dia tinggal di Afrika Selatan pada awal abad ke-20, ketika teknologi baru seperti mesin cetak, telegraf, dan kereta api telah mempercepat aliran informasi dan mengubah cara orang hidup dan berbisnis di sana. Namun, Gandhi juga menyadari bahwa teknologi dapat digunakan untuk menghancurkan prinsip-prinsip moral dan lingkungan yang penting. Â
Para ahli dan pemikir lainnya memperluas perspektif Gandhi tentang teknologi, seperti EF Schumacher, yang menulis buku "Small Is Beautiful: Economics as if People Mattered" pada tahun 1973. Schumacher mendapat inspirasi dari pemikiran Gandhi tentang penggunaan teknologi yang bijak dan memberdayakan manusia secara kolektif serta memperhatikan keselarasan dengan alam dan lingkungan. Selain itu, para ahli dan pemikir lainnya memperluas dan mengembangkan pandangan Gandhi tentang teknologi menjadi filsafat teknologi yang lebih umum, yang menekankan pentingnya mempertimbangkan implikasi sosial, moral, dan lingkungan dari pengembangan dan pemanfaatan teknologi.
Pemikiran Mahatma Gandhi yang berfokus pada prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai manusia sangat relevan dalam konteks pengembangan teknologi. Dia menekankan bahwa teknologi harus digunakan dengan bijak dan sesuai dengan nilai-nilai moral yang benar, sehingga teknologi dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Prinsip-prinsip moral yang dianut oleh Mahatma Gandhi, seperti keadilan, kerja sama, kesederhanaan, keberlanjutan, dan keberpihakan pada kepentingan masyarakat, dapat menjadi panduan dalam pengembangan teknologi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Teknologi harus dipandang sebagai alat untuk mewujudkan tujuan moral yang lebih tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh filosofi Gandhi tentang teknologi, yang mengutamakan tujuan sosial dan lingkungan daripada tujuan ekonomi semata-mata. Gandhi juga mengatakan bahwa kemajuan teknologi harus selaras dengan keseimbangan alam dan kebutuhan masyarakat. Â
Dalam hal ini, filosofi teknologi Gandhi memberikan perspektif  penting untuk mengembangkan teknologi yang tidak hanya efektif dan inovatif, namun juga berkelanjutan dan bermanfaat bagi kebaikan bersama. Oleh karena itu, pemikiran Mahatma Gandhi mengenai teknologi dapat dijadikan  salah satu landasan filosofi teknologi yang berlandaskan  moral dan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga teknologi dapat membawa manfaat yang  besar bagi masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan. Mahatma Gandhi menekankan pentingnya menggunakan teknologi secara bijak dan mengembangkan teknologi yang  membantu meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut Mahatma Gandhi, ada 5 kebermanfaaat teknologi yaitu:
1. Tidak menyingkirkan nilai tradisional kebaikkan
2. Mempermudah Manusia, mental Spritual, multi dimensi;
3. Ada proses memberi-menerima antara teknologi dengan moral kehidupan manusiia
4. Keberlanjutan sepanjang hayat (dampak generasi mendatang)
5. Adanya distribusi semua manusia, bukan manusia tertentu
Mahatma Gandhi menyadari bahwa teknologi dapat memberikan manfaat yang besar bagi manusia. Dia juga menyadari bahwa teknologi dapat memberikan dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijak dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Mahatma Gandhi, hindarilah Teknologi bila:
1. Hanya menyenangkan tapi untuk kamu, untuk kepentinganmu saja
2. Membuat manusia tidak beraktivitas
3. Mempengaruhi psikologi perilaku
4. Menuntun kegelapan
5. Mengubah citra dan identitasmu di tengah masyarakat
Apakah pemikiran Mahatma Gandhi mengenai teknologi sama dengan Teknologi Sistem Informasi Akuntansi?
dari gagasan Mohandas Karamchand Gandhi tentang membangun sebuah organisasi berbasis teknologi yang dapat membantu masyarakat di seluruh India, khususnya di wilayah pedesaan, dan bisnis yang berkaitan dengan kain tenun yang dikenal sebagai khaddar. Hal ini juga sama dengan teknologi sistem informasi akuntansi yang mendorong perusahaan untuk membuat keuntungan.
Karena sebuah organisasi tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pemakai sistem, pemakai harus fokus pada kinerja sistem informasi akuntansi saat membuat sistem. Tujuan pengembangan sistem informasi akuntansi adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi perusahaan dan membuat penggunanya puas.
Mengetahui perkembangan teknologi diharapkan meningkatkan kinerja karena kinerja yang cukup baik dapat membuat organisasi atau perusahaan tercipta dari para pemakainya yang dapat menyelesaikan tugas dengan cepat. Teknologi sistem informasi akuntansi terdiri dari hardware, software, database, dan jaringan, serta kombinasi teknologi informasi dan akuntansi yang bertujuan untuk membantu proses pengambilan keputusan dan pembuatan laporan keuangan yang lebih cepat dan akurat.
Beberapa tujuan sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut: mengolah transaksi keuangan menjadi laporan keuangan, menghasilkan informasi akuntansi yang akurat, membantu manajemen perusahaan membuat keputusan, dan bahkan memberikan informasi kepada pemegang saham. Sistem informasi akuntansi telah berkembang menjadi yang lebih digital di era digital saat ini, seperti e-accounting, yang memungkinkan penggunaannya secara online dan real-time.
Beberapa teknologi yang dapat digunakan dalam sistem informasi akuntansi adalah software akuntansi, sistem perencanaan sumber daya perusahaan (ERP), data gudang, dan sistem pendukung keputusan (DSS). Software akuntansi adalah salah satu teknologi yang paling penting karena digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan yang akurat. Software yang disebut sistem ERP dimaksudkan untuk mengelola semua operasi bisnis, termasuk akuntansi.
Gudang data adalah  sistem yang  menyimpan data dari berbagai sumber dan membuat laporan berdasarkan data tersebut. Sistem pendukung keputusan (DSS) adalah sistem yang memfasilitasi pengambilan keputusan keuangan oleh manajer. Penerapan sistem informasi akuntansi memberikan manfaat sebagai berikut bagi perusahaan Anda: Hal ini meningkatkan efisiensi proses bisnis dan pemrosesan data, meningkatkan keakuratan dan keandalan laporan keuangan, membuat data lebih mudah dikumpulkan, disimpan, dan dimanipulasi, serta  mengurangi biaya operasional.
Sistem informasi akuntansi sangat penting dalam pengelolaan keuangan perusahaan karena memungkinkan pengelolaan keuangan  lebih efektif, efisien, dan tepat waktu serta dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Keberhasilan  sistem informasi bisnis Anda bergantung pada  sistem yang Anda gunakan, seberapa mudah penggunaannya, dan bagaimana Anda menggunakan teknologi yang Anda gunakan.
Selain itu, penilaian kinerja juga penting karena berkaitan dengan keberhasilan kinerja dan dapat menghasilkan kinerja yang baik. Sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang dapat mengubah data transaksi suatu perusahaan menjadi  informasi keuangan yang nantinya diperlukan untuk kepentingan penggunanya.  Sistem informasi akuntansi didefinisikan sebagai sumber daya manusia dan modal  suatu organisasi atau bisnis untuk menyiapkan informasi yang ditangkap, dikumpulkan, dan diproses dalam transaksi.
 Sistem informasi ini memberikan peluang bagi pengusaha untuk  meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengambilan keputusan, sehingga memungkinkan organisasi mencapai keunggulan kompetitif.  Sistem informasi akuntansi merupakan sistem terpenting bagi organisasi yang menunjang daya saing melalui keberadaan akuntansi manajemen dan informasi keuangan.
Mengapa Teknologi dalam Sistem Informasi Akuntansi begitu Penting?
Teknologi merupakan bagian terpenting dari  sistem informasi. Tanpa adanya teknologi pendukung, sistem informasi  tidak dapat memberikan informasi yang akurat pada waktu yang tepat. Pemanfaatan teknologi informasi mendukung pelayanan pemerintah dan membantu pengambilan keputusan. Penggunaan teknologi ini juga membantu strategi dan memungkinkan penerapan strategi baru. Ketika informasi yang akurat, akurat, dan tepat waktu tersedia, organisasi dan bisnis dapat mengambil keputusan dengan cepat dan akurat.
Oleh karena itu, konteks  sistem informasi mencakup teknologi yang ditunjukkan oleh sistem komputer, seperti perangkat lunak, perangkat keras, dan data, serta  pelatihan dan dukungan yang diberikan untuk membantu pengguna dalam melakukan tugasnya. Teknologi informasi adalah  teknologi yang berfokus pada pengguna komputer dan berkaitan dengan pengelolaan sistem informasi. Penggunaan teknologi informasi  dapat memberikan dampak positif terhadap efisiensi dan efektivitas sistem informasi akuntansi.
 Penggunaan dalam sistem informasi akuntansi meliputi sistem pengolahan data, sistem pengolahan informasi, dan sistem manajemen. Pemanfaatan  teknologi informasi adalah untuk memungkinkan masyarakat  mengakses teknologi informasi dengan mudah dan terjangkau. Penerapan sistem akuntansi merupakan investasi yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Pengguna sistem informasi akuntansi dapat meningkatkan daya saing perusahaannya dan tetap  kompetitif.
Efektivitas suatu sistem informasi akuntansi dapat diukur dari keunggulan dan daya saing yang dihasilkannya bagi suatu perusahaan. Untuk meningkatkan efektivitas sistem informasi akuntansi, perlu dilakukan penguatan peran manajemen  dalam pengembangan sistem informasi akuntansi. Manajer akuntansi dalam sistem informasi akuntansi merupakan unsur penting dalam penerapan dan pengembangan sistem informasi akuntansi. Manajer akuntansi sendiri merupakan pemimpin yang mengkoordinasikan partisipasi manajemen dalam perencanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan organisasi.
 Berikut tujuan dari penerapan suatu sistem informasi akuntansi :
1. Dapat memberikan suatu informasi dengan cepat dan akurat
2. Agar menghasilkan informasi akuntansi yang lebih efektif dan efisien
3. Untuk menghasilkan suatu informasi yang bisa di percaya oleh pemakainya
4. Agar dapat memberikan informasi akuntansi yang dapat berguna untuk perencanaan
5. Siapa yang dapat menentukan keberhasilan dari Sistem Informasi Akuntansi?
Para pemakai sistem informasi akuntansi harus memiliki kemampuan teknik yang diperlukan untuk membangun sistem informasi untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk membuat laporan dengan perencanaan yang tepat. Tidak hanya sistem itu sendiri, tetapi juga orang yang menggunakannya memengaruhi keberhasilan sistem informasi. Pengguna memiliki dampak positif pada kinerja sistem informasi akuntansi.
Para pemakai juga dapat belajar tentang perkembangan teknologi yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja. Karena kinerja yang baik dapat menghasilkan organisasi atau perusahaan dari pengguna yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
Bagaimana hubungan antara pemikiran Mahatma Gandhi mengenai Teknologi Tepat Guna dengan Sistem Informasi Akuntansi?
Mungkin tidak ada hubungan yang jelas antara teknologi sistem informasi akuntansi (SIA) dan pemikiran Mahatma Gandhi. Namun, jika prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai manusia yang dia anut dalam pengembangan dan penggunaan SIA diterapkan dengan benar, pengembangan dan penggunaan teknologi SIA dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Sistem informasi akuntansi memanfaatkan teknologi informasi dan prinsip akuntansi untuk membantu perusahaan mengelola dan melaporkan informasi keuangan dan bisnis.
Kejujuran dan integritas adalah prinsip dasar akuntansi, yang sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan publik dan mendorong tindakan etis dalam bisnis. Pengembangan dan penggunaan SIA dapat disesuaikan dengan prinsip-prinsip moral Gandhi, seperti kejujuran, keberpihakan pada kepentingan bersama, dan penghormatan terhadap nilai-nilai manusia. Dengan demikian, teknologi SIA harus digunakan dengan bijak sehingga dapat membantu organisasi mencapai tujuan keuangan dan bisnis mereka dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan. Selain itu, teknologi SIA dapat digunakan untuk membantu Organisasi dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas bisnis mereka dengan membuat sistem akuntansi yang terbuka dan dapat dipercaya.
Kesimpulan
Perspektif filosofis Mahatma Gandhi tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan berinteraksi dengan dunianya adalah sumber pandangan teknologinya. Setelah itu, para ahli dan pemikir lain mengembangkan ide-ide Gandhi menjadi filsafat teknologi yang menekankan betapa pentingnya menggunakan teknologi dengan cara yang bijaksana dan sesuai dengan prinsip-prinsip moral agar teknologi dapat membantu masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan. Pada awalnya, mungkin tidak ada hubungan langsung antara pemikiran Mahatma Gandhi dan teknologi Sistem Informasi Akuntansi (SIA), tetapi ada beberapa prinsip dan perspektif dari pemikirannya tentang teknologi yang dapat diterapkan pada Sistem Informasi Akuntansi (SIA). Jadi, meskipun mungkin tidak ada hubungan langsung, filsafat teknologi Mahatma Gandhi dapat memberikan perspektif dan prinsip yang berharga untuk Sistem Informasi Akuntansi (SIA).
Referensi:
Hakum, S. L. (2014). Pemikiran Mahatma Gandhi Tentang Nilai-Nilai Kemanusiaan. Jember.
Modul Pembelajaran Audit Sistem Informasi Prof. Appolo Pertemuan 15. (2023). Universitas Mercu Buana Jakarta.
Rochmad, N. (2009). Konsep Kebijaksanaan Dalam Perspektif Mahatma Gandhi. Semarang.
Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2018). Membaca Ulang Pemikiran Gandhi Tentang Kemanusiaan. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 11-21.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H