"Pendapatan di Desa Kiringan melalui penjualan jamu keliling bisa menghasilkan 31,7 sampai 40 juta rupiah dalam sehari. Riset dilakukan pada tahun 2023 oleh tujuh kementerian yang berkunjung ke desa. Dari 132 penjual jamu, terdapat 115 penjual jamu aktif. Sehingga secara ekonomi sangat menjanjikan untuk berjualan jamu" ujar Sutrisno (65) yang merupakan Ketua Desa Wisata Jamu Kiringan.
Melihat besarnya minat konsumsi jamu, para peracik jamu di Desa Kiringan menanam tanaman obat di rumahnya masing-masing. Salah satunya adalah Sadilah, penjual jamu yang menanam tanaman obat di rumahnya untuk memenuhi kebutuhan dagangan jamunya.
"Saya dan penjual jamu lainnya dianjurkan oleh Pak Sutrisno untuk menanam tanaman obat sendiri, karena terkadang di pasar memiliki keterbatasan bahan. Terkadang saya juga membelinya di pasar. Dengan menanam tanaman obat juga bisa menjualnya kepada para pengunjung yang datang ke desa. Tetapi jenis yang saya punya di halaman rumah tidak sebanyak Pak Sutrisno, dia memiliki 130 lebih jenis tanaman obat. Mungkin secara bertahap saya akan tanam lebih banyak lagi." Tutur ibu dua anak yang merupakan generasi ketiga penjual jamu.
Desa Wisata Jamu Kiringan bukan hanya terdapat komunitas penjual jamu, banyak hal yang dapat dilakukan ketika berkunjung ke Desa Kiringan. Dikarenakan mereka memiliki program lokakarya pendampingan pembuatan jamu tradisional, menikmati lanskap desa yang asri.
Terakhir dan tidak kalah menarik, berbelanja produk olahan jamu alternatif di antaranya es krim jamu, boba jamu, dan jamu instan yang memiliki banyak manfaat untuk mencegah berbagai penyakit.
Jamu untuk Kesehatan Dunia
Penetapan jamu sebagai warisan budaya tak benda UNESCO merupakan harapan baru untuk para peracik jamu tradisional. Budaya Sehat Jamu (Jamu Wellness Culture)Â dideklarasikan di Kasane, Botswana melalui komite Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO.
Disampaikan dengan bangga oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, bahwa Jamu telah sukses dan bagian  Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Representatif Indonesia di Botswana diwakili oleh Erwin J. Skripsiadi yang merupakan seorang peneliti di Jamupedia dan orang yang mengawal proses penetapan jamu sebagai warisan budaya tak benda.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!