Artefak-artefak sejarah pra-Islam yang menggunakan simbol bulan sabit dan bintang umumnya selalu dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat pemujaan atau religius, meskipun konsep ketuhanan mereka masih bersifat politeisme (lebih dari satu Tuhan). Terkait penggunaan simbol bulan sabit dan bintang di masa Islam, akan dibahas kemudian dalam sambungan artikel ini.Â
Bersambung....
Panji Haryadi
Penulis
Catatan Kaki:
[1] Huda, "A History of the Crescent Moon in Islam", dari laman https://www.thoughtco.com/the-crescent-moon-a-symbol-of-islam-2004351, diakses 9 November 2018.
[2]Ibid.
[3] Joshua J. Mark, "Ur-Nammu", dari laman https://www.ancient.eu/Ur-Nammu/, diakses 9 November 2018.
[4] Leonard William King, "Babylonian Religion and Mythology", dari laman https://www.wisdomlib.org/mesopotamian/book/babylonian-religion-and-mythology/d/doc7089.html, diakses 9 November 2018.
[5] Jennie Myers, "Kudurru of King Melishipak II", dari laman http://teachmiddleeast.lib.uchicago.edu/historical-perspectives/the-question-of-identity/before-islam-mesopotamia/image-resource-bank/image-13.html, diakses 9 November 2018.
[6] Mike Markowitz, "The Star and Crescent on Ancient Coins", dari laman https://coinweek.com/ancient-coins/star-crescent-ancient-coins/, diakses 9 November 2018.