Sementara itu, dari segi artefak sejarah, telah ditemukan bukti nyata yang menyatakan bahwa simbol bulan sabit atau bintang memang pernah digunakan untuk pemujaan atau religiusitas. Sebagai contoh, Raja Ur-Nammu (berkuasa 2047-2030 SM), pendiri Dinasti ke-3 Ur di Sumeria, yang dikenal sebagai raja pertama di dunia yang menciptakan kode hukum untuk negaranya yang dituangkan ke dalam bentuk inkripsi atau batu tulis.[3] Salah satu peninggalan Ur-Nammu adalah batu tulis yang menggambarkan Ur-Nammu yang sedang melakukan pemujaan terhadap Sin atau Enzu (Dewa Bulan).[4]
Selain itu pada masa selanjutnya ada Raja Melishipak II (sekitar tahun 1186-1172 SM), salah satu raja Babilonia, yang memberikan hadiah batu tulis (Kudurru) untuk anaknya, Marduk-apal-iddina. Di dalam batu tulis tersebut digambarkan, sang raja mempersembahkan anaknya kepada Dewi Nanaya. Di atas mereka terdapat simbol Shamash (Dewa Matahari), Sin (Dewa Bulan), dan Inana/Ishtar (Dewi Cinta dan Perang, atau juga direpresentasikan sebagai Dewi Venus. Simbol yang digunakannya adalah bintang).[5]
Pada masa selanjutnya, yaitu pada masa Kota Yunani Bizantium (sekitar tahun 340 SM, sebelum masa Romawi), juga ditemukan simbol bulan sabit dan bintang yang berkaitan dengan pemujaan dan religiusitas. Menurut legenda, ketika Philip dari Macedonia (ayah dari Alexander Agung) mengepung Byzantium, tiba-tiba di langit muncul cahaya yang memperingatkan penduduk agar bersiap untuk mempertahankan dinding kota dari serangan mendadak di malam hari.
Sebagai bentuk terimakasih terhadap Dewi Bulan, Hecate, penduduk kota mengabadikan momen tersebut ke dalam bentuk koin yang bergambar bintang dan bulan sabit pada mata uang lokalnya. Kebiasaan ini kemudian terus berlanjut sampai masa Kekaisaran Romawi (27 SM-1453 M).[6]
Ia mempertahankan mata uang yang stabil di negara multi-etnis yang sering dilanda konflik agama dan politik, dan sepanjang waktu itu sekitar 30 raja Sasania dan dua ratu yang masa kekuasaannya pendek menerbitkan sejumlah koin.[7]
Di antara koin-koin itu, terdapat sebuah koin dengan ornamen bulan sabit dan bintang. Koin tersebut diterbitkan pada tahun 610 M, pada sisi muka terdapat gambar Raja Khosrau II (590-628 M) yang menggunakan mahkota bersayap, pada bagian puncak mahkota itu terdapat simbol bulan sabit dan bintang.
Di sekeliling wajah Khosrau II terdapat tulisan yang artinya, "Khosrau, raja dari para raja, semoga dia selalu berjaya." Di baliknya terdapat wajah Dewi Anahita yang dilingkari rantai api, dan terdapat tulisan, "Iran telah berjaya."[8]