Mohon tunggu...
Panji Ahmad Syuhada
Panji Ahmad Syuhada Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah

Peminat Komunikasi, Sosial dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Tradisi Bakar Tongkang yang Menyedot Wisatawan Mancanegara

15 Juni 2019   00:16 Diperbarui: 15 Juni 2019   00:41 1886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selain bakar tongkang, ragam pertunjukan budaya juga digelar warga Tionghoa di Bagansiapiapi. 

Menilik pada sejarah, bermula dari tuntutan kualitas hidup yang lebih baik lagi, sekelompok orang Tionghoa dari Provinsi Fujian, China merantau menyeberangi lautan dengan kapal kayu. Dalam kebimbangan kehilangan arah, mereka berdoa ke Dewa Kie Ong Ya agar kiranya dapat diberikan penuntun arah menuju daratan.

Tak lama kemudian, pada keheningan malam tiba-tiba mereka melihat adanya cahaya yang samar-samar. Dengan berpikiran di mana ada api disitulah ada daratan dan kehidupan, akhirnya mereka mengikuti arah cahaya tersebut, hingga tibalah mereka di daratan Selat Malaka.

Selain bakar tongkang, ragam pertunjukan budaya juga digelar warga Tionghoa di Bagansiapiapi. 
Selain bakar tongkang, ragam pertunjukan budaya juga digelar warga Tionghoa di Bagansiapiapi. 
Awalnya, ada 3 kapal tongkang dalam ekspedisi. Namun hanya satu kapal yang mencapai pantai Sumatra. Dipimpin oleh Ang Mie Kui, kapal berhasil tiba di pantai Riau karena mengikuti kunang-kunang yang oleh warga lokal dikenal sebagai 'siapi-api', ini juga yang menjadi dasar asal mula nama daerah tersebut.

Setiba didaratan pesisir itu, migran tersebut lantas memutuskan untuk menetap di sini dan bersumpah tidak akan kembali ke tanah air mereka. Para migran ini pun membakar tongkangnya dan berjanji untuk mengembangkan diri di kota yang punya julukan Hong Kong Van Andalas itu.

Tradisi bakar tongkang diyakini sudah ada sejak tahun 1826. Festival ini berakar dalam sejarah ketika para imigran China pertama kali menginjakkan kaki di daerah yang sekarang dikenal sebagai Bagansiapi-api. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun