Berikut adalah contoh kepercayaan: (1) Anak harus menghormati orang tua, apapun yang terjadi, (2) Ada dua acara dalam melakukan sesuatu-cara kami atau cara yang salah, (3) Anak harus dapat dilihat, tetapi tidak boleh didengar, (4) Anak harus mengikuti apa yang orang tua katakana dan perintah.
Dengan aturan-aturan tersebut, mau tidak mau seorang anak haruslah mengikuti aturan tersebut. Mau itu baik atau tidaknya bagi sang anak, tetap harus dilakukan, karena pada dasarnya orang tua yang melalakukan pola asuh seperti ini selalu merasa bahwa saran orang tua lah yang paling benar.Â
Hal seperti inilah yang akan mempengaruhi karakteristik anak, karena dapat menyebabkan anak rentan mengalami gangguan kecemasan saat dewasa kelak. Sebab toxic parents cenderung tidak bisa menerima dengan baikrasa gelisah serta cemas si anak sejak kecil. Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahmi rasa cemas yang dialaminya.Â
Isu stress, depresi, bipolar makin sering terdengar dan datang dari anak remaja. Bahkan, tak jarang beberapa remaja menjadi rentan bunuh diri akibat dari orang tua yang tidak aware terhadap Kesehatan mental anaknya. Wolrd Health Organization (WHO) mencatat setiap 40 detik, terdapat satu korban meninggal yang disebabkan oleh tindakan bunuh diri, termasuk remaja, yang sakah satu penyebabnya dari keluarga.
Toxic parents tentunya sangat membawa dampak negative terhadap tumbuh kembang anak, selain memiliki rasa percaya diri yang kurang, anak-anak dari toxic parents akan terbiasa untuk menyalahkan diri sendiri, bahkan akan terbawa ketika anak menuju dewasa kelak. Pola asuh dari toxic parents juga dapat mempengaruhi karakter anak yang menjadi kurang percaya diri, merasa tidak berharga, dan dihantui oleh rasa bersalah.
Mengatasi Toxic Parents dengan Menjalin Komunikasi dan Pola Asuh yang Baik
Dalam sebuah keluarga orang tua tentunya harus paham akan namanya parenting atau cara mendidik anak. Orang tua harus memahami psikologis anak, tidak memaksakan kehendak, tetapi memberikan ruang dialog sehingga terjadi komunikasi yang mengayomi.Â
Karena komunikasi dan pola asuh yang kurang baik, rentan menyebabkan terjadinya disfungsi komunikasi, baik antara ibu dan ayah ataupun antara orang tua dengan anak. Disfungsi komunikasi menjadikan kualitas rumah tangga menjadi kurang harmonis, iklim di rumah menjadi kurang nyaman, kebersamaan menjadi sulit terjadi, dan tentunya anak akan selalu merasa tidak nyaman Ketika ia berada di rumah.
Perlu diketahui juga oleh orang tua, bahwa setiap anak memiliki keinginan untuk dihargai dan pendapat yang mungkin berbeda.Â
Dengan ini, ada beberapa hal  yang bisa orang tua lakukan untuk berkomunikasi dam memberikan pola asuh yang baik terhadap anak, antara lain: (1) Anggap anak sebagai teman, (2) Puji keberhasilan-keberhasilan kecil yang dilakukan oleh anak, (3) Hargai setiap proses yang dilakukan, (4) Gunakan bahasa yang baik dengan anak, jangan membentak, (5) Dengarkan Ketika ia bercerita (6) Bimbing anak Ketika memutuskan sesuatu yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H