Mohon tunggu...
Santy Novaria
Santy Novaria Mohon Tunggu... -

Seorang Muda. Penikmat Fiksi. Tukang kritik yang bukan penulis. Anda tidak harus jadi koki handal untuk sekedar merasai mana masakan enak, mana yang kurang garam.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[ FFK] Pasung

18 Maret 2011   13:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1300442746367364849

Sempat aku dirawat di sebuah rumah sakit jiwa. Tapi jika hanya demi mengakui aku gila, lalu aku hidup, emi Tuhan aku tidak rela! Aku tidak mau mengakui bahwa segala perbuatanku itu hanyalah karena penyakit yang menyerang sistem identifikasi di bagian otakku.

Karena semua itu nyata! Para penipu itu nyata! Senyata setiap memar di sekujur tubuhku  yang kuwarisi sejak kecil. Senyata retak-retak di beberapa rusukku yang kini menjadi cacat seumur hidup! Bagaimana bisa itu semua tidak nyata? Gila? Ya! Mereka yang gila, bukan aku!

Sekali lagi, selalu ada sebabnya orang masuk neraka! Meski kadang kita tidak sadar, mengapa?

" Jarang sekali kita temui pengidap penyakit seperti ini, dok. Apa tidak sebaiknya ditunda saja hukumannya sampai proyek penelitian kita selesai? "

Jelas sekali kudengar pembicaraan mereka. Mereka pasti membicarakanku, tingkahku, kegilaanku. Sayang, aku tak pernah bersedia jadi obyek mereka! Satu yang mereka tak tahu, dibalik bajuku telah lama kusimpan pisau pengiris yang tajam. Ha ha ha

_______________________

Catatan sikil: 1. (dikutip dari Bram Stoker's Dracula Novel, hal. 95, baris-7.)

2. Teori yang diambil dari ilmu psikologi. Sering disebut mekanisme pertahanan diri

********

Kolaborasi   :Hendra Arkan+Agung Poku + Santy Novaria ( No. 020 :  Trio beda aliran berbakat luar biasa) Note : UNTUK MEMBACA TULISAN PARA PESERTA FFK YANG LAIN MAKA DIPERSILAKAN MENGUNJUNGI BLOG Kampung Fiksi sbb: KampungFiksi@Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun