Dia pun faham dosa, tau hakikat sorga-neraka, mahir membedakan baik dan buruk. Dia bukan pula berputus pengharapan pada kuasa Tuhan, hanya saja terlalu perih beban yang ditanggungnya.
____________________
Tuhan selalu baik pada setiap manusia, maka diciptakannya dua takdir mutlak tak terbantah: Takdir dapat diubah dan takdir yang tidak dapat diubah, takdir mentok kalau kata orang.
Seperti penciptaan setan yang menjadi pembangkang. Jika saja dari awal para setan sadar mereka memang sengaja  diciptakan agar manusia bisa arif dalam hidup, maka harusnya mereka menuntut hak pengembalian nama baik.
Terlalu lama mereka pasrah dituding atas perbuatan manusia yang tak sedikitpun berasal dari bisik dan rayu setan sendiri. Setan tengah lengah tertidur pulas meredam panas luka tusuk tombak berbara api neraka sambil tersedan, saat manusia saling bunuh. Saling hujat, saling tuding, saling lempar kesalahan. Berujung pada teriakan,
"Akulah yang benar!"
Tapi tuhan memang Maha Bijaksana lagi Maha Perencanaan. Dia merancang semua agar nanti dapat dilihat siapa yang benar khusu' dalam sujud atau sekedar ruku' dalam striptease liukan tubuh yang semlohay.
____________________
Berlinang air mata perempuan rumah bordil itu saat dua anaknya terpaksa dirampas kamtib sewaktu di pertigaan lampu Merah mengguncang kerincingan tutup botol menjaja suara. Anak titipan Tuhan yang semestinya dijaga dan disusui, telah menjelma menjadi anak yang dibesarkan debu dan didewasakan didikan angin.
"Mak, kami ni dah bukan budak kecik lagi. Tak mengapalah kalo memang harus mengamen, biar mak tak perlu bergincu tengah malam."
Ibu mana yang tak perih hatinya mendengar pinta setulus itu. Kalau boleh memilih, baik perempuan itu luka dipukuli lelaki maniak saja, bisa disembuhkan barang sehari dua hari.