Barangkali terminal ini jadi saksi.
Tempat lahirnya para perantau hebat di bumi pertiwi.
Ada pemuda - pemudi, merantau karena harga diri.
Â
Ibu-ibu dengan anak kecil digendongannya, merantau untuk sekedar membantu keuangan suami.
Â
Pun bapak-bapak setengahbaya itu, dengan setelan baju yang belum diseterika, lusuh, merantau untuk membuktikan ia sanggup menafkahi anak istri.
Â
Barangkali, benang merahnya adalah demi sesuap nasi. Bahwa mereka butuh makan agar perut dapat terisi.
Â
Ah, mungkin mereka sadar pendidikan mereka tak tinggi. Sadar bahwa tak ada celah untuk korupsi. Yang mereka tahu, merantau adalah jalan untuk meraih mimpi.