Mohon tunggu...
Panggala ''r''
Panggala ''r'' Mohon Tunggu... -

Mandaraka Radjasti Djenar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ujian Spiritual Raden Puntadewa di Telaga Suci

26 Februari 2017   04:26 Diperbarui: 26 Februari 2017   16:00 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu hari saat para pandawa sedang menjalani hukuman pengasingan di dalam hutan kamiaka selama 13 tahun, pada suatu perjalanan, mereka dilanda kehausan yang hebat, puntadewa (yudhistira) mengutus adiknya yang paling bungsu yaitu tangsen (sadewa) untuk menemukan air, ternyata tak jauh dari saudara dan ibunya beristirahat terdapat telaga air yang sangat jernih, sadewa yang merasa sangat haus segera menciduk air telaga itu dengan kedua tangannya, sebelum tangannya menyentuh air, terdengar suara gaib dari dalam telaga suci tersebut, suara itu  berkata “hai kau yang sedang kehausan, kuperbolehkan kau meminum air telaga suci ini asalkan kau bisa menjawab pertanyaanku, jikalau gagal menjawab kau tak kuperbolehkan meminum air telaga ini, jika kau memaksa maka kau akan mati”, Sadewa yang dilanda kehausan yang amat sangat tak mempedulikan suara itu dan meminum air telaga itu, seketika itu sadewa menemui ajalnya, lama sadewa tak kembali, raden puntadewa merasa khawatir menyuruh pinten (nakula) untuk pergi menyusul sadewa yang mencari air, ternyata nakula bernasib sama, dan kejadian itu terus berulang hingga arjuna dan werkudara juga tak kembali, khawatir akan adik adiknya, puntadewa akhirnya menyuruh ibunya menunggu disini dan dirinya pamit menyusul adi adinya yang lain,saat sampai di tepi telaga, puntadewa merasa sangat sedih hatinya melihat mayat keempat saudaranya yang menemui ajal terbujur kaku di tepi telaga setelah meminum air dari telaga itu, rupanya telaga itu wingit dan ada penunggunya, dengan perasaan sedih puntadewa berkata ;

Raden puntadewa; duh gusti, siapa yang tega mencabut nyawa adi adiku yang tercinta, habislah harapanku merebut negri ngastina, oh adiku arjuna, kaulah andalan kami, tapi kini kau pergi selama lamanya, apalah sekarang dayaku,ratapnya.

[Tak lama kemudian, suara gaib itupun kembali terdengar…]

Suara gaib ; mereka mati karna mereka meminum air telaga ini, tanpa mempedulikan peringatanku

Raden puntadewa; oh siapakah tuan?

Sang suara ; aku adalah nyawa dari telaga ini, aku lah air bersama seluruh kegunaannya, roh yang membuat air ini ada dan berguna, saudara saudaramu itu tak menghiraukan peringatanku dan tetap meminum air itu..

Raden puntadewa; oh, hamba memohon maaf atas kelancangan adi adi hamba, jika kematian mereka memang sudah kehendak tuhan, hamba akan merelakannya, tapi jikalau memang kematian mereka belum waktunya sudikah kiranya tuan menghidupkan mereka kembali, pintanya.

Sang suara ; aku akan membiarkanmu mengambil air telaga ini dan aku juga bersedia menghidupkan salah satu diantara mereka asalkan kau mampu menjawab 4 pertanyaanku.

[puntadewa pada waktu itu tubuhnya lemas karena sebenarnya ia juga merasa kehausan bahkan sampai tidak  sanggup berdiri…namun puntadewa sabar mengesampingkan rasa haus yang dahsyat demi saudara saudaranya, ia pun duduk bersila (manekep hening) ditepi telaga dan berkata..]

Raden puntadewa ; hamba akan menurut kehendak tuan, silahkan tuan bertanya apapun itu, jika hamba mampu menjawab maka akan hamba jawab, namun bila hamba tidak mampu menjawab, itulah batasan hamba sebagai manusia yang lemah, setidaknya hamba akan berusaha.

Sang suara ; baiklah, dengarkan baik baik pertanyaanku, pertama, siapakah musuh yang paling gagah di dunia ini, suka membunuh dan sukar dilawan?

Raden puntadewa ; musuh yang paling gagah adalah diri sendiri, hawa nafsu yang bersemayam di dalam diri, ia suka membunuh apabila dituruti, bahkan membunuh diri sendiri, ia paling sukar dilawan jika iman manusia itu sendiri lemah, untuk melawannya manusia harus punya kekuatan sejati yang timbul dari daya keimanan manusia atas tuhan yang maha esa, dengan laku secara pengetahuan dan ritual keagamaan yang mana mampu menajamkan keimanan atas tuhan dengan tawakal di jalan yang benar

Sang suara ; bagus, jawabanmu benar, sekarang  kedua, yang bagaimana orang baik itu dan bagaimana orang buruk itu?

Raden puntadewa ; baik buruk manusia bisa dilihat dari pikiran, hati, ucapan, perlakuan, dapat diringkas atau disederhanakan menjadi 2, yaitu simpati dan empati, orang yang baik adalah orang yang berbudi luhur, mau menolong yang kesusahan dan punya rasa kasih sayang pada sesamanya ”sankan paraning dumadi, momor pamoring sawujud”, sedangkan orang yang buruk itu adalah orang yang tak menaruh belas kasihan pada orang lain ataupun dirinya dan tak berperi kemanusiaan pada orang lain dan diri sendiri pula, orang seperti ini adalah “sumbering olo” (sumber kejelekan yang menyebabkan kejelekan pula)

Sang suara ; siapakah dan apakah orang yang berilmu tinggi itu, yang pandai membaca kitab atau ngaji, atau orang alim, atau karena keturunan?

Raden puntadewa ; orang yang tinggi ilmunya bukan orang alim atau pintar ngaji, sebab apabila hanya pintar mengaji/membaca kitab, namun pikiranya masih terkotak kotak, takabur, dan masih merasa benar, semua akan sia sia itu bukan orang alim ataupun orang baik, sebab yang tinggi ilmu adalah yang mampu rendah hati, selalu menuntut ilmu berdasar ilmu wulan reh, belajar/ngaji dimana saja,pada siapa saja,dan kapan saja, orang yang selalu merasa penuh dosa, penuh kebodohan tapi mau belajar sebab bodoh dan tidak mau belajar itu berbeda tipis, mereka yang tinggi ilmu adalah yang tidak hanya melihat namun juga memperhatikan, tidak hanya mengerti namun juga harus memahami.

Sang suara; terakhir, jelaskan padaku apa, siapa dan bagaimana tuhan itu?

Raden puntadewa ; tuhan adalah tuhan, dia disebut dengan segala nama, yang menciptakan awal dan akhir namun tidak terikat akan awal dan akhir itu sendiri, dia ada sebelum kata ada itu ada, karna ia ada sebelum kata ada itu ada, maka ia mampu meniadakan yang ada dan mengadakan yang tiada, tuhan adalah tunggal, namun memiliki banyak rupa, manusia berbeda beda menyebut namanya, dan menempuh ritual yang berbeda beda pula, alam ini adalah wajah dari tuhan, dan arsynya bersemayam di dalam lubuk hati/batin/jiwa manusia itu sendiri, Gusti  mboten sare (tuhan itu tidak pernah tidur), Adoh tanpa wangenan (jauh tapi tak berjarak),  Cedak tanpa senggolan (dekat tapi tak bersentuhan), Onok raiso diterawang (ada tapi tak bisa dilihat), Wujud raiso digrayang (wujud tapi tak bisa disentuh), Rupo raiso di jumuk (berwujud tak bisa diraba).

Sang suara ; jawabanmu semua benar, sekarang pilihlah diantara 4 saudaramu siapa yang akan kau pilih untuk kuhidupkan kembali?

[raden puntadewa diam sejenak, dia memandang wajah adi adinya bima, arjuna, nakula dan sadewa yang lugu dan terbujur  kaku, setelah berpikir sejenak dia berucap, dalam hatinya arjunalah pilihannya karena selain satu ibu, dia yang bisa diandalkan jika ada kerusuhan, namun matanya kini tertuju pada si kembar pinten dan tansen (nakula dan sadewa), wajah adi adinya yang paling kecil itu membuat hatinya bimbang dengan pertimbangan yang beribu dan amat sulit, setelah sedikit lama raden puntadewapun menjawab dengan tegas]

Raden puntadewa ; baiklah, aku memilih nakula yang dihidupkan kembali.

Sang suara ; kenapa kau memilih nakula? Kenapa bukan werkudoro bima yang besar gagah sakti? Dia bisa jadi pelindungmu? Atau kenapa bukan janaka arjuna? Dia sakti mandraguna sangat berguna untukmu sebagai pendamping dan dapat kamu andalkan, selain itu werkudoro bima dan janaka arjuna adalah tunggal ibu denganmu, apa kau sudah memikirkan bagaimana perasaan ibumu kunti?

Raden puntadewa ; bagi hamba bukan masalah penting atau tidaknya sebuah keputusan, tapi adil atau tidaknya keputusan itu, jikalau membuat keputusan berdasarkan penting atau tidak, untung atau rugi, berguna atau tidak, maka sungguh hamba masuk pada orang orang yang lalim, saya memilih nakula, maka semua akan adil, ibu kunti akan kehilangan werkudoro dan arjuna, tapi memiliki shamba, dan dari ibu madrim kehilangan sadewa namun anaknya yang tinggal satu, nakula tetap hidup, bukankah itu adalah adil.

 Sang suara ; benar benar engkau kekasih yang manon, kau manusia berbudi luhur, sabar dan pecinta keadilan, tapi mengapa kau lebih menitik beratkan perasaanmu kepada rasa adil daripada rasa kasih sayang? Tanyanya lagi.

Raden puntadewa ; sebab adil harus jauh dari sifat serakah, jika hanya kasih atau sayang saja, maka ia akan membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar, pikiran akan seperti kabut dan terbolak balik tak tau arah, yang buruk akan seperti bagus, yang kotor akan seperti bersih, yang dilihat hanya bagusnya saja, wataknya akan masih suka menghilangkan kebenaran dan mengaburkan penglihatan, seberat beratnya, ikhlas atau tidak ikhlas, harus tetap berusaha untuk adil dalam segala hal, karena setiap manusia adalah luhur.

[suara itu tak terdengar lagi, tiba tiba muncul cahaya terang dari telaga itu, di depan raden puntadewa telah berdiri dewa yama (dewa kematian) yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari raden puntadewa, raden puntadewa langsung menghaturkan sembah pada dewa yama, dewa yama seraya berucap..]

Dewa yama ; oh anakku, engkau memang mustikaning manungsa (mustikanya manusia) , kau adalah ksatria berdarah putih sabar, adil dan bijaksana, aku sebagai ayahmu bangga atas dirimu, sebagai imbalan atas kebangganku pada dirimu, aku akan menghidupkan kembali semua saudara saudaramu, tuturnya yang taka in adalah sumber suara gaib tadi.

[betapa gembiranya hati puntadewa mendengar itu, mereka pun hidup kembali dan saling memeluk satu sama lain, mereka mengambil air itu dan melanjutkan pembuangannya menyusuri hutan dengan tabah dan tawakal]

Nb ; cerita diatas telah bukan versi lengkap cerita lakon puntadewa, terdapat sedikit gubahan dalam tata bahasa tanpa merubah pakem asli intisari lakon wayang cerita tersebut,terdapat banyak versi dalam cerita diatas adalah versi asli wiracarita pewayangan jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun