Raden puntadewa ; bagi hamba bukan masalah penting atau tidaknya sebuah keputusan, tapi adil atau tidaknya keputusan itu, jikalau membuat keputusan berdasarkan penting atau tidak, untung atau rugi, berguna atau tidak, maka sungguh hamba masuk pada orang orang yang lalim, saya memilih nakula, maka semua akan adil, ibu kunti akan kehilangan werkudoro dan arjuna, tapi memiliki shamba, dan dari ibu madrim kehilangan sadewa namun anaknya yang tinggal satu, nakula tetap hidup, bukankah itu adalah adil.
 Sang suara ; benar benar engkau kekasih yang manon, kau manusia berbudi luhur, sabar dan pecinta keadilan, tapi mengapa kau lebih menitik beratkan perasaanmu kepada rasa adil daripada rasa kasih sayang? Tanyanya lagi.
Raden puntadewa ; sebab adil harus jauh dari sifat serakah, jika hanya kasih atau sayang saja, maka ia akan membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar, pikiran akan seperti kabut dan terbolak balik tak tau arah, yang buruk akan seperti bagus, yang kotor akan seperti bersih, yang dilihat hanya bagusnya saja, wataknya akan masih suka menghilangkan kebenaran dan mengaburkan penglihatan, seberat beratnya, ikhlas atau tidak ikhlas, harus tetap berusaha untuk adil dalam segala hal, karena setiap manusia adalah luhur.
[suara itu tak terdengar lagi, tiba tiba muncul cahaya terang dari telaga itu, di depan raden puntadewa telah berdiri dewa yama (dewa kematian) yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari raden puntadewa, raden puntadewa langsung menghaturkan sembah pada dewa yama, dewa yama seraya berucap..]
Dewa yama ; oh anakku, engkau memang mustikaning manungsa (mustikanya manusia) , kau adalah ksatria berdarah putih sabar, adil dan bijaksana, aku sebagai ayahmu bangga atas dirimu, sebagai imbalan atas kebangganku pada dirimu, aku akan menghidupkan kembali semua saudara saudaramu, tuturnya yang taka in adalah sumber suara gaib tadi.
[betapa gembiranya hati puntadewa mendengar itu, mereka pun hidup kembali dan saling memeluk satu sama lain, mereka mengambil air itu dan melanjutkan pembuangannya menyusuri hutan dengan tabah dan tawakal]
Nb ; cerita diatas telah bukan versi lengkap cerita lakon puntadewa, terdapat sedikit gubahan dalam tata bahasa tanpa merubah pakem asli intisari lakon wayang cerita tersebut,terdapat banyak versi dalam cerita diatas adalah versi asli wiracarita pewayangan jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H