Sebagai warga negara yang menyaksikan ini semua dari pinggir lapangan, saya punya hak untuk merasa kecewa. Bukan hanya karena janji-janji yang dilanggar, tetapi juga karena politik yang seharusnya menjadi alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, seringkali hanya menjadi arena untuk mempertahankan kepentingan.
Ini alasan mengapa dari dulu saya tidak pernah percaya pada omongan politisi. Mereka berbicara dengan janji-janji yang kerap dibungkus dengan narasi indah, tetapi realitasnya seringkali jauh dari harapan.
Saya lebih percaya makelar mobil. Bukan karena mereka sepenuhnya jujur, tetapi setidaknya ketika bohong, mereka hanya bohong soal spesifikasi barang atau harga beli sebelumnya. Tidak pernah ada makelar yang berani menjanjikan kalau mobilnya nabrak atau rusak, mereka siap ganti. Kebohongan makelar punya batas, sementara kebohongan politisi seolah tidak kenal akhir.
Politisi suka menjual janji yang besar-besar, tetapi sangat jarang mereka benar-benar memegang janji tersebut ketika situasi berubah.
Pada masa kampanye Pilpres 2024 kemarin dengan lantang Cak Imin menyatakan bahwa jika dia kalah, dia akan siap menjadi oposisi. Pernyataannya yang dramatis saat itu berhasil mengumpulkan perhatian. "Oposisi itu pekerjaan mulia," katanya. Dia menyebutkan bahwa PKB ingin merasakan peran oposisi, karena sudah terlalu lama duduk dalam kekuasaan.
Sampailah pada puncaknya, pilpres 2024 dimenangkan oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming. Pasangan Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud gagal mendapatkan kursi di Istana. Maka, seharusnya, berdasarkan pernyataannya, Cak Imin dan PKB akan berdiri di luar pemerintahan sebagai oposisi.
Lagi-lagi plot twist, persis seperti 2019. Prabowo-Sandi yang saat itu menjadi rival Jokowi-Ma'ruf tiba-tiba resmi jadi Menhan (Menteri Pertahanan), kemudian disusul Sandiaga Uno yang juga jadi Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif.
Kini plot twist itu kembali kita saksikan, Cak imin jadi Menteri Pemberdayaan Masyarakat. PKS dan Nasdem Bersandar di pelukan Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Giran 2024. Begitulah landscape perpolitikan Indonesia, normal.
Kisah di atas menegaskan pandangan saya bahwa janji politisi seringkali hanyalah alat untuk menarik dukungan.
Refleksi ini mengingatkan saya pada Public Choice Theory oleh James M. Buchanan dan Gordon Tullock. Teori ini menyatakan bahwa politisi, layaknya individu lainnya, bertindak berdasarkan kepentingan pribadi, dan bukan atas dasar kepentingan umum seperti yang sering mereka klaim.