Kedua, melakukan promosikan literasi sejak dini melalui program pembelajaran yang menarik dan berfokus pada pengembangan keterampilan membaca dan menulis. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya literasi dan pendidikan juga memainkan peran kunci sebab masih banyak masyarakat kita yang kurang menyadari pentingnya literasi.
Ketiga, diversifikasi bahan bacaan. Minimnya bahan bacaan dan literatur berkualitas dalam bahasa Indonesia dapat mempengaruhi minat membaca dan perkembangan literasi. Â Dibutuhkan ketersediaan buku dan materi bacaan yang merangsang minat membaca pelajar dengan bahan bacaan yang beragam dan berisi materi literasi lokal.
Keempat, peran keluarga dan partisipasi masyarakat. Minat dan kebiasaan membaca anak harus sudah dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Dalam hal ini peranan orang tua menjadi sangat dominan dengan memberikan contoh. Kebiasaan  membaca yang dimulai dari keluarga kemudian dilanjutkan dengan kurikulum sekolah dan pengajar yang terlatih  merupakan pilar utama dalam gerakan literasi.
Tingginya persentase pengguna internet di Indonesia merupakan peluang sekaligus tantangan dalam mengembangkan minat baca pada era digital saat ini. Sudah bukan masanya lagi memaksakan siswa membaca buku yang belum tentu disukainya.
Meningkatkan literasi memerlukan komitmen jangka panjang dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan. Dibutuhkan pemahaman dalam menghadapi tantangan lokal dan solusi yang tepat sasaran dalam upaya meningkatkan literasi, tidak cukup sekedar penambahan anggaran untuk pembelian buku di perpustakaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI