Noni menunggu kekasihnya di kafe tersebut. Sudah setengah jam ia menunggu, tapi tak kunjung muncul jua batang hidungnya. Ia mulai gelisah, tetapi mencoba untuk tetap sabar dengan menekan dalam-dalam rasa gelisahnya. Orang-orang tampak memenuhi tempat itu. Tinggal beberapa meja yang kosong.
Nando belum muncul juga. Kesabarannya habis juga setelah sejam menunggu. Dengan terpaksa ia meninggalkan tempat itu setelah mencoba menelpon tetapi nomor kekasihnya tak aktif. Kecewa meliputi perasaanya. Ia keluar dengan langkah panjang-panjang. Ingin sekali sampai dengan cepat di rumah dan menumpahkan semua kekesalannya pada diary-nya.
Baru beberapa langkah ia meninggalkan kafe itu, ia melihat seseorang hendak menuju ke kafe yang baru saja ditinggalkannya. Orang yang mirip sekali dengan Nando. Diperhatikan lagi lebih saksama. Benar, Nando datang. Anehnya pacarnya itu tidak datang sendirian. Seorang perempuan begelayut manja di lengan kirinya. Sakit hati melambung sampai batok kepala. Bagaimana tidak? Lelaki yang ia tunggu satu jam itu, datang dengan orang lain yang tak dikenalnya. Ia selingkuh.
“ Nando… Kamu jahat….” Teriak Noni, lalu berlari ke arah berlawanan dari tempat Nando datang. Ia berlari pulang ke rumahnya.
“ Noni… saya bisa jelaskan semuanya…” Teriak Nando sambil mengejar Noni.
Bruugghhkkk…..
Tubuh Noni ditabrak kijang merah marun dari arah depan. Semua berteriak, termasuk Nando dan perempuan yang bersamanya. Nando terperangah melihat tubuh Noni berlumuran darah tak berdaya. Seorang perempuan turun dari mobilnya. Ia tampak gemetar melihat tubuh lunglai orang yang ia tabrak itu. Perempuan itu adalah perempuan yang dengan amarahnya melihat dari jauh Noni menerima cinta Nando setahun yang lalu. Perempuan yang diam-diam memendam rasa pada Nando.
Nando merangkul tubuh Noni. Dengan sinar mata redup Noni melihat Nando.
“ Noni, bangun…” teriak Nando setengah menangis.
“ Iya, sayang…” Noni dengan suara melemah.
“ Maafkan saya Non. Saya terlambat karena disuruh mama menjemput sepupu saya yang sedang berlibur dari jawa di bandara. Saya lupa menghubungi kamu, karena terburu-buru. Maafkan saya. Ini Yanie, sepupu saya.” Nando berkata sambil menunjuk perempuan yang mengandengnya tadi.