Sampai akhirnya mereka putus, tidak ada lagi status pacaran, di ujung kenaikan kelas XII tiga bulan lalu. Mungkin merekapun berpikir tidak akan sekelas lagi, sama halnya denganku yang juga berharap tidak sekelas dengan salah seorangpun dari mereka.
Mereka canggung? Hello? Bayangkan bagaimana perasaanku? Aku mungkin bisa menuliskan kisah perjalanan cinta mereka sejak Masa Orientasi Siswa dulu sampai sekarang ini dengan cukup detail.
"Maaf ya, Ta," ucap Andini lagi, lirih, saat melihat perubahan mukaku yang kesal.
"Ya udah," tukasku.
"Aku janji deh, next time nggak bakal gini lagi. Aku cuma butuh waktu."
Aku menghela napas. "Oke, nggak apa-apa. Makasih materinya, Din."
#
Pram, alias Andika, kurasa orang yang aneh. Ya, namanya memang Andika, tapi panggilannya Pram. Ini juga yang membuatku kesal setengah mati. Kenapa namanya harus Andika Pramoedya dan bukannya Pramoedya Andika aja, sih? Aneh, kan?
Tapi bukan itu yang membuatnya aneh. Salah satu keanehan laki-laki ini adalah dia...
"Dini nggak dateng?" .....nggak suka basa-basi. Nggak ada sapaan. Nggak ada tanya kabar. Pokoknya langsung tembak, selesai.
Aku menggeleng, memperlihatkan flashdisk pink milik Andini. Dia mengangguk, seolah mengerti tanpa harus kujelaskan.