Mohon tunggu...
Pandu Pradana Wahyudi
Pandu Pradana Wahyudi Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Sains Teologi

Berbagi pemikiran melalui tulisan dalam rangka menjadi garam dan terang dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan Kristen: Hidup Dipimpin Hikmat Kebijaksanaan

15 Agustus 2024   02:32 Diperbarui: 15 Agustus 2024   02:54 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Apakah saudara pernah makan petai? Bagaimana rasanya? Apa dampak yang saudara rasakan setelah makan petai? Tentunya kita akan mencium aroma yang khas dari petai. Tidak hanya kita yang mengonsumsinya, tetapi aroma itu juga tercium oleh orang lain yang ada di dekat kita.

Secara alamiah sesuatu yang masuk dalam tubuh kita pastilah hal itu pulalah yang akan keluar dari tubuh kita. Orang yang makan petai pasti aroma petai yang akan dirasakan oleh diri dan juga orang lain. Tentunya akan menjadi hal yang aneh dan tidak logis jika seseorang makan petai, namun aroma yang keluar dari dirinya adalah aroma yang bukan petai! 

Hal itu berkaitan dengan makanan jasmani. Lalu, bagaimana dengan makanan rohani? Bukankah juga demikian? Bukankah seharusnya apabila makanan rohani yang masuk dalam batin adalah 'makanan' dari Allah, maka itu pula yang kita rasakan dan dirasakan oleh orang lain. Apabila kita merasakan Roti Kehidupan (Tuhan Yesus Kristus) yang adalah sumber hikmat kebijaksanaan, maka seharusnya kita juga merasakan hidup di dalam hikmat kebijaksanaan Tuhan Yesus Kristus.

 

Isi

Dalam bacaan Injil pada hari ini, setidaknya ada 3 hal yang bisa kita pelajari bersama:

Pertama, Yesus menggambarkan dirinya sebagai Roti hidup. Roti adalah perumpamaan yang paling dekat dengan masyarakat Yahudi pada waktu itu. Karena makanan pokok sehari-hari masyarakat Yahudi pada waktu itu adalah roti, bukan seperti kita yang makanan pokoknya adalah nasi, jagung, dan lain sebagainya. Maka dari itu, Roti Hidup itu haruslah dinikmati setiap hari layaknya makanan pokok.

Pada hari ini kita diajak untuk menjadikan Yesus sebagai makanan pokok batin kita. Kita diajak untuk tidak menjadikan Yesus sebagai makanan selingan/sampingan, melainkan makanan penting yang setiap hari bahkan setiap saat dikonsumsi oleh batin kita. Hal ini dapat diwujudkan dengan ketekunan dan kesetiaan kita dalam berdoa dan merenungkan Firman Tuhan dalam setiap kehidupan kita.

Kedua, dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberikan pengajaran untuk mencerna dan menikmati Dia supaya kehidupan batin manusia yang dipenuhi dengan kelemahan, kerapuhan, dan ketidakberdayaan akan menyatu dengan sifat Ilahi Yesus Kristus. Agar pada akhirnya sifat Ilahi Yesus ini benar-benar berpengaruh besar dalam hidup kehidupan manusia. Apabila sifat Ilahi Yesus itu sudah berpengaruh dalam diri manusia yang berjumpa dan berkenan mencerna Dia dalam kehidupan, ada harapan besar hasil pencernaan itu bisa pula dirasakan oleh manusia/ ciptaan di sekitar--Nya.

Akan menjadi sesuatu yang tidak logis dan menjadi pertanyaan besar, ketika manusia setiap hari mencerna Yesus dengan menunjukkan hidup yang terlihat saleh, namun tidak ada aroma atau dampak apapun yang diterima oleh sekitarnya. Pertanyaannya, Sudahkah Yesus menjadi makanan pokok kita? Benarkah kita memakan, menikmati, dan mencerna Yesus atau sekedar berpura-pura? Tentu kita yang sudah menikmati Tuhan Yesus Sang Sumber Hikmat Kebijaksanaan, seharusnya bisa menjalani hidup dengan hikmat kebijaksanaan Tuhan.

Sebagai umat yang sudah menerima, menikmati, dan mencerna Yesus, maka dalam perjalanan kehidupan kita senantiasa menggunakan akal budi dan hati yang bersih untuk membedakan hal yang baik dan buruk. Termasuk membedakan antara fakta dan hoax yang sering kita temui baik di televisi, media sosial, dan lain sebagainya. Mari kita menjadi jemaat yang cerdas dan bijaksana dalam menanggapi berita-berita yang ada di sekitar kita.

Ketiga, orang-orang Yahudi menunjukkan sikap yang tergesa-gesa dan hanya memikirkan kebutuhan jasmani dalam memahami Yesus. Mereka berpikir, bagaimana mungkin seseorang memberikan dirinya untuk dimakan agar setiap orang mendapatkan hidup kekal? Sesuatu yang tidak logis dan tentunya sangat tidak wajar. Hal yang aneh ini membuat orang-orang yang berada di situ heran dan menjadi ribut. 

Apa yang dikatakan pada ayat 52 dapat disimpulkan bahwa Tuhan Yesus dianggap sesat dan kanibal oleh orang-orang Yahudi yang ada di situ. Dalam adat istiadat Yahudi, minum darah hewan saja tidak diperbolehkan, apalagi minum darah dan makan daging manusia. Tentu hal ini dianggap sadis.

Kegagalan dalam memahami Yesus sebagai Roti Hidup pada masa itu disebabkan karena orang-orang Yahudi berada di bawah tekanan penjajahan Romawi. Dimana ketertindasan dan kesulitan-kesulitan ada dalam kehidupan mereka. Mereka tertindas dan mengalami kesulitan untuk lepas dari penjajahan, mendapat keadilan, bahkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari.

Hal ini juga sering kita jumpai dalam kehidupan keseharian kita. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita seringkali juga tergesa-gesa dalam memahami Yesus. Terlebih ketika kita ada dalam kesulitan, kesedihan, dan kesengsaraan. Kita akan menganggap bahwa Firman Tuhan adalah sesuatu yang omong kosong.

Penutup

Mari dalam rangka menghayati bulan kebangsaan ini kita senantiasa menjadikan Yesus Sang Roti hidup sebagai makanan pokok dalam kehidupan kita, agar kita senantiasa dipenuhi hikmat kebijaksanaan Tuhan dalam menentukan sikap hidup. Tetaplah setia dan taat kepada Tuhan dalam kondisi apapun. Jangan biarkan kesulitan-kesulitan hidup membuat kita gagal dalam memahami Kristus yang penuh kasih dan berkat. Roh Kudus senantiasa menuntun kita kini dan selamanya. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun