Mohon tunggu...
Pandu Adithama Wisnuputra
Pandu Adithama Wisnuputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran

Seorang penyuka sejarah, bahasa dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Stof en Rook (Bab II: Musim Gugur di Leiden)

26 Agustus 2024   05:30 Diperbarui: 26 Agustus 2024   06:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Karya penulis

.......

Beberapa menit kemudian, kami tiba di taman dan melihat beberapa orang yang sedang berkumpul di dekat air mancur. Aku menyapa mereka dan langsung ikut mendengarkan mereka sedang bicara apa.

Dus dat is het, kuliah akan dimulai beberapa minggu lagi, kita harus mempersiapkan diri.” kata Marian Veenhuis, mahasiswi Fakultas Hukum yang sedang merapihkan rambut merahnya. “Kalian sudah dapat tempat untuk tinggal selama di sini? Aku masih kesulitan untuk menemukan tempat yang murah.” tanya Kerstan Maris, mahasiswa Sains berambut keriting, yang sejak tadi membaca buku catatan yang aku sempat intip, ternyata tertulis berbagai alamat yang telah dicoret, sepertinya ia kurang beruntung menemukan kos. Aku menepuk pundaknya dan menyapanya. “Hey Kees, aku tahu tempat yang bagus. Di jalan Langeburg, no 243, milik Mevrouw Fokker tergolong yang paling murah di Leiden, mungkin kau bisa tinggal di sana.” Kerstan menatapku dengan heran. “Bagaimana kau bisa tahu Na?” Mendengarnya bertanya membuatku tersenyum.

“Sejak turun dari kapal, seharian penuh aku mengelingi kota dan melihat iklan-iklan yang tertera di koran, papan-papan di atas pintu, dan bertanya ke beberapa orang bersama orangtuaku. Coba saja, nanti kau akan lihat sendiri harganya.” Kerstan tersenyum. “Baik, aku akan langsung melihatnya, sampai nanti kalian semua!” Ia segera berlari ke halte bus terdekat. Kami berbincang-bincang selama beberapa waktu sebelum datangnya sebuah mobil mewah hitam (sebuah Hispano-Suiza H6) yang berhenti mendadak tepat di sebuah kubangan, mencipratkan airnya ke bajuku. “Hey! Apa-apaan kamu! setir mobil yang benar!”.

Seorang perempuan muda keluar dari mobilnya, ia ditemani seorang pria muda berbadan besar dan berotot yang kelihatan seperti pelayannya. “Salah sendiri kamu berdiri di sebelah kubangan, dasar bodoh. Sekarang kamu telah membuat mobilku kotor!” Aku menatapnya heran, ia serius menyalahkanku? Marlene, yang kebetulan berada di dekatku, ikut bicara. “Joëlle van der Luit... Kau benar-benar tidak ada kerjaan sama sekali sampai-sampai mengurusi mahasiswa baru?” Marlene tersenyum sambil menyindir.

Joëlle merapihkan gaun kremnya dan langsung menjawab. “Anak baru sudah berani sombong ya dengan senior? Marlene!” Ia menunjuk pada Marlene yang berdiri di sebelahku. “Kamu keturunan Gubernur Jenderal Hindia! Malah bermain dengan orang-orang miskin.” Marian dan beberapa lainnya langsung menunduk malu. Marlene terkejut mendengarnya, namun tetap berusaha tenang. “Terus kenapa? Memangnya aku harus bersikap sombong seperti kamu? Anak bangsawan tinggi tapi bodoh, kamu menyuap berapa gulden buat lulus hah?”. Joëlle tiba-tiba mencengkram leher Marlene. “Enak saja! Berani-beraninya menghina keluarga van der Luit! Albert! Hajar si brengsek ini!” Albert, pelayan Joëlle yang sejak tadi duduk di kap mobil langsung berdiri. Ia melepas jas dan rompi hitamnya dan langsung menyingsingkan lengan bajunya. “Jangan bertindak bodoh nona, kamu mau wajah manismu rusak?” Albert mengancam sambil menyengir.

“Hey, pelayan dungu! Urus mobilmu sana!” Ia dan Joëlle menoleh kepadaku yang berada di dekat mobil. Aku bersama salah satu temanku yang mempunyai kamera Kodak kecil berdiri di balik mobil dan memotret Joëlle yang sedang mencengkram kerah baju Marlene. “Apa maumu, hah!?” Joëlle teriak bagaikan beruang. Aku tersenyum kecil. “Tidak ada, akan aku laporkan ke polisi kalau mau, kau tidak mau reputasi keluargamu bernoda kan? Hanya gara-gara masalah kecil seperti tadi.”

Joëlle melepaskan cengkramannya dan menatapku dengan kesal. “Hey, kamu orang Indo bukan?” Ia bertanya dan mendekatiku. “Terus? Ada hubungannya hah? Kamu tidak punya umpatan lain?” Joëlle menghampiriku dan menampar mukaku, rasanya sakit juga untuk tamparan wanita. “Tidak sepertimu, aku tidak lahir dari rahim bumiputra kotor. Lebih buruk lagi ayahmu bukanlah orang Belanda totok, cuma keturunan Trekboers pengecut yang tidak setia terhadap martabat bangsa asalnya, lalu menikahi gadis bumiputra. Hina sekali, Hina!.”

Alis mataku mengernyit. Berani-beraninya ia menghina keluargaku dengan mudahnya. Soal diriku sebagai orang Indo sudah terbiasa namun sampai menghina ibuku sendiri?. Kuhampiri dia dan langsung memukul wajahnya beberapa kali. Perkelahian berat mulai terjadi dimana aku yang sudah tidak tahan lagi amarahnya memukul Joëlle hingga ia berteriak nyaring. “Albert! Bantu aku, dasar bodoh!” Albert langsung menarik kerah bajuku dan memukul begitu kuat di kepala, secara samar-samar aku melihat mereka berdua masuk ke mobil dan pergi. Aku pun pingsan karena dihantam sebegitu kuatnya. Sebelum hilang kesadaran, kulihat mobil mewah Joëlle melaju pesat dan teman-temanku mundur.

.......

“Anna. Kamu tidak apa-apa? Sudah bangun?” Terdengar suara Marlene yang sudah familiar di telingaku. Aku perlahan-lahan membuka mata, ternyata aku tertidur di sebuah sofa, di tempat yang tidaklah familiar. Sekeliling ruangan bernuansa cokelat tua dan memiliki beberapa lukisan pajangan, salah satunya adalah foto keluarga berpakaian mahal yang salah satu orang yang ada dalam foto terlihat seperti... Marlene? “Kau ada di rumahku, tidak apa-apa. Kau dihantam keras sekali tadi.” Ia menjelaskan sambil menggunting potongan perban. Aku sadar bahwa ada perban besar yang melilit di kepalaku, dan saat disentuh, terasa sakit yang sangat kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun