Mohon tunggu...
Pandita AthallahHerdian
Pandita AthallahHerdian Mohon Tunggu... Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Kehidupan dalam Cahaya Hadis

3 Desember 2024   06:01 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:03 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai perbedaan---pendapat, kebiasaan, budaya, bahkan cara pandang terhadap suatu hal. Islam, sebagai agama rahmatan lil 'alamin, memberikan pedoman bagaimana menyikapi perbedaan ini dengan bijak. Salah satu hadis Rasulullah SAW yang relevan berbunyi:

"Perbedaan di antara umatku adalah rahmat." (HR. Al-Baihaqi)

Hadis ini sering dijadikan dasar untuk memahami bahwa perbedaan, sejauh itu tidak menyimpang dari prinsip-prinsip Islam, adalah sesuatu yang bisa membawa kebaikan. Dalam artikel ini, saya ingin berbagi beberapa pengalaman pribadi yang memperlihatkan bagaimana hadis ini menjadi pegangan dalam menyikapi perbedaan di berbagai situasi.

1. Diskusi tentang Tradisi Keluarga

Ketika menikah, saya menikahi seseorang dari suku yang berbeda. Tradisi keluarga kami pun tidak sepenuhnya sama. Misalnya, dalam keluarga saya, kenduri dilakukan pada malam sebelum pernikahan, sedangkan di keluarga pasangan saya, kenduri biasanya diadakan seminggu sebelumnya. Awalnya, ada sedikit ketegangan karena kedua pihak merasa tradisinya lebih baik. Namun, saya ingat hadis tadi dan mencoba melihat perbedaan ini sebagai rahmat. Kami memutuskan untuk menjalankan kedua tradisi, dan hasilnya justru memperkaya pengalaman keluarga besar kami.

Melalui pengalaman ini, saya belajar bahwa perbedaan tradisi bukanlah penghalang, melainkan cara untuk saling mengenal dan menghormati.

2. Perbedaan Pendapat di Tempat Kerja

Di tempat kerja, saya pernah berdebat dengan rekan kerja mengenai cara terbaik menyelesaikan sebuah proyek. Saya lebih suka pendekatan langsung, sedangkan rekan saya mengusulkan metode bertahap yang lebih terstruktur. Diskusi sempat memanas, tetapi saya teringat hadis Nabi SAW yang menyebutkan bahwa musyawarah adalah salah satu sunnah Rasul. Dengan semangat musyawarah, kami mencoba memahami sudut pandang masing-masing.

Akhirnya, kami menggabungkan kedua metode: tahap awal dilakukan secara langsung untuk mengejar waktu, sedangkan tahap selanjutnya diterapkan secara terstruktur. Hasilnya? Proyek selesai tepat waktu dengan kualitas yang lebih baik dari yang diharapkan. Perbedaan pendapat ternyata menghasilkan solusi yang lebih kreatif dan efektif.

3. Menghadapi Perbedaan Cara Ibadah

Saat pertama kali tinggal di lingkungan baru, saya mendapati bahwa masyarakat sekitar memiliki kebiasaan tertentu dalam menjalankan ibadah. Salah satunya adalah perbedaan dalam qunut saat salat Subuh. Sebagai seseorang yang sejak kecil diajarkan untuk membaca qunut, awalnya saya merasa aneh ketika berjamaah di masjid yang tidak melakukannya.

Namun, saya kemudian teringat akan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama melainkan dia akan dikalahkan oleh agama itu sendiri." (HR. Muslim)

Hadis ini mengingatkan saya bahwa perbedaan dalam hal cabang (furu') adalah bagian dari keragaman Islam yang indah. Saya belajar untuk menghormati kebiasaan mereka dan menjalankan ibadah dengan penuh toleransi.

4. Belajar dari Perbedaan Pemahaman Agama

Dalam komunitas pengajian, saya pernah bertemu dengan orang-orang yang memiliki pemahaman agama berbeda dari yang saya anut. Ada yang lebih konservatif, ada juga yang lebih moderat. Awalnya, saya merasa sulit untuk menerima sudut pandang mereka. Namun, seorang ustaz dalam pengajian itu mengingatkan tentang pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah.

Beliau mengutip hadis Rasulullah SAW:

"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Janganlah ia menzhalimi dan mengabaikannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pesan ini mendorong saya untuk lebih terbuka. Alih-alih berdebat, saya mulai mendengarkan dan mencari titik temu. Hasilnya, saya menemukan bahwa meskipun berbeda dalam cara pandang, niat kami sama: mendekatkan diri kepada Allah.

Penutup

Pengalaman-pengalaman di atas menunjukkan bahwa perbedaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk melihat perbedaan sebagai rahmat, bukan ancaman. Melalui sikap saling menghormati dan toleransi, kita bisa menjadikan perbedaan sebagai sumber kekuatan dan kebijaksanaan.

Semoga kita semua senantiasa diberi hati yang lapang untuk menerima perbedaan dan menjadikannya jalan menuju kedewasaan spiritual dan sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun