Baudrillard merupakan tokoh pemikir postmodernis yang sangat berpengaruh. Walaupunhidup dalam lingkaran postmodernis, pemikiran Baudrillard sejatinya untuk memerangi postmodern, dimana Baudrillard menganggap bahwa postmodernitas sebagai fase sejarah yang sangat memalukan.Â
Baudrillard muda sangat dipengaruhi oleh strukturalis termasuk bahasa struktural yang berakibat dia memandang sistem objek konsumen dan sistem komunikasi pada dasar periklanan sebagai pemebntukan "sebuah kode signifikansi: yang mengontrol objek dan individu di tengah masyarakat. Objek menjadi tanda dan nilainya ditentukan oleh sebuah aturan kode (kita mengonsumsi objek, maka kita mengonsumsi tanda).
Karya terpenting Baudrillard merupakan konsep simulakra dan simulasi. Ia memahami bahwa masyarakat postmodern saat ini hidup di zaman simulasi dimana manusia abad kontemporer hidup dalam dunia gambar, citra, dan simbol. Dunia simulasi ialah dimana ketika tidak ada lagi kebenaran atau realitas maka tanda tidak lagi melambangkan segala sesuatu.Â
Adapun, simulasi membunuh makna secara absolut. Baudrillard berpendapat bahwa semua yang mengelilingi Los Angeles tidak ada lagi yang nyata namun suatu tatanan hiperrealitas dan tatanan simulasi. Baudrillard menggunakan terma "hipperealitas" dalam konsep simulasi dimana hiperrealitas merupaakn sebuah simulasi yang lebih nyata dari yang nyata, lebih cantik dari yang cantik.Â
Dalam dunia hiperrealitas tidak ada cara mendapatkan sesuatu dari sumber dan mendapatkan reallitas yang asli. Dalam konsep simulakra, Baudrillard membedakan antara tiga tatanan. Tatanan pertama mulai dari masa Renaissance hingga awal revolusi industri.Â
Tatanan kedua ialah era industri yang dicirikan dengan produksi dan rangkaian reproduksi murni dari objek yabng identik seperti mobil dan pendingin dimana objek mengaburkan simulakra dari hal yang lain dan bersama objek, serta manusia memproduksinya. Tatanan ketiga ialah didominasi oleh kode dan generasi simulasi oleh model ketimbang sistem industri, tatanan ketiga ini identik dengan reproduksi.
Simulacra, merupakan tempat dan ruang dimana mekanisme simulasi berlangsung. Manusia dalam konteks perkembangan teknologi virtual dijebak dalam realitas yang seolah nyata
namun justru semu dan penuh rekayasa. Simulakra muncul saat ini menunjukan bahwa masyarakat seolah olah terlena dalam hal fiksi yang dianggap nyata. Menurut Buadrillard, dunia didominasi oleh simulacrum bahwa dunia sudah menjadi dunia imajiner karena sudah tidak ada batasan antara yang nyata dengan yang semu.Â
Manusia mendiami suatu realitas, di mana perbedaan antara yang real (nyata) dan fantasi, antara asli dan palsu sangatlah tipis.Â
Dunia-dunia tersebut dapat diibaratkan seperti Disneyland, Universal Studio, China Town, Las Vegas atau Beverly Hills. Iklan-iklan telah mengambil alih tanggung jawab moral bagi masyarakat dan menggantikan moralitas puritan dengan moralitas hedonis kepuasan murni.
Contoh konsep simulacra yang dicetuskan oleh Baudrillard pada kondisi politik saat ini ialah penggunaan istilah "gemoy", melontarkan kata-kata lucu disaat memberi tanggapan, berekspresi santai dan lucu serta suka menari-mari yang dilakukan oleh Prabowo Subianto saat melangsungkan kampanye politik.Â
Penggunaan figur "AI", dan penggunaan kata gemoy merupakan simbol-simbol yang menunjukan di masyarakat dengan menggunakan modal iklan baik di media sosial, baliho, dan platform lainnya, ingin mengungkapkan bahwa Prabowo merupakan pribadi yang santai, lucu, berperilaku dan bersifat seperti konsumsi anak muda masa kini.Â
Prabowo ingin mensimulasikan bahwa ia merupakan pribadi yang lucu, santai, dan berjiwa anak muda. Hiperrealitas yang digunakan tersebut sangat bertolak belakang dengan fakta kehidupan dimana ia berlatar belakang militer yang sangat keras, sangat kaku, dan pernah melakukan pelanggaran HAM.Â
Hal tersebut dikaburkan dengan simulasi yang dibuat oleh Prabowo menggunakan kata-kata "gemoy" serta suka menari dan berjoget, menggunakan figur AI, sehingga masyarakat percaya dengan simulasi yang dilakukan oleh Prabowo bahwa ia merupakan figur yang hangat dan lucu. Media periklanan dan penggunaan kata gemoy sangat lumrah di media sosial sehingga membentuk penggambaran figur Prabowo oleh masyarakat dengan karakter yang hangat dan lucu.
Contoh kasus tersebut merupakan salah satu bukti nyata simulakra yang dijelaskan oleh Baudrillard sendiri. Selain itu, masih banyak fenomena-fenomena lainnya yang sangat mendeskripsikan mengenai simulakra. Bagaimana menurut kalian? apakah kalian mengetahui contoh kasus lainnya? mari kita berdiskusi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI