Mohon tunggu...
Panca Nur Ilahi
Panca Nur Ilahi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Rebahan

Limpahkan pemikiran dengan sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selalu Salah

15 Februari 2020   21:46 Diperbarui: 15 Februari 2020   22:12 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi ini aku terbangun oleh bisingnya alarm Hand phone yang telah aku setting tadi malam, aku melihat layar hp dan waktu menujukan pukul 04:30 WIB. Ternyata memang masih sangat awal untuk membangunkan badan ketika sang fajar belum menampakan cahayanya, namun aku memaksakan diri agar dapat Shalat Subuh tepat waktu.

Sudah menjadi kebiasaan ku menunggu azan subuh dan langsung menunaikan shalat ke  masjid karena aku ingin memulai hari dengan sesuatu yang baik dan hari ku menjadi berkah dengan lindungannya.

Setelah selesai menunaikan kewajiban ku, tentu badan ini kembali ke tempat yang nyaman, betul kasur tempatnya. Santai di waktu libur kuliah ku merupakan aktivitas yang harus aku lakukan, aku berpikir badan ini juga memiliki hak beristirahat dari penatnya kesibukan mahasiswa tingkat akhir yang dikejar dengan deadline tugas, laporan, serta skripsi yang menuntut segera dibereskan.

Hemmm memang semua kegiatan yang aku jalani terasa begitu berat ditambah masalah keluarga dan pertemanan terus silih berganti datang serta pergi.

Tidak perlu dibayangkan bagaimana itu semua terjadi, terlalu memusingkan kepala. Biarlah itu semua menjadi cerita hidupku, cukup aku yang tau dan merasakannya. Aku merencanakan akan pergi ke tempat favorit ku siang ini, bukan mall atau restoran tapi coffee shop.

Terdengar seperti orang yang sangat cinta dengan kopi sekaligus bisa menikmatinya dengan senja, tidak, aku bukan orang seperti itu, aku memang suka minum kopi tapi tidak begitu banyak tahu tentang jenis kopi, apalagi menikmati kopi dengan senja yang berlalu, memang sangat keren bisa menikmati kedua hal tersebut namun bagi ku senja memberikan sebuah kenangan yang sedih karena ketika senja berganti menjadi malam itu menandakan adanya sebuah perpisahan dari serunya hari yang dijalani.

Aku masuk ke dalam coffee shop dan memesan Iced Cappucino, mencari lapak untuk duduk aku melihat meja panjang dengan bangku yang terpisah-pisah atau dapat ditempati satu orang, tentunya dengan colokan/stop kontak di dekat mejanya.

Pesanan ku datang setelah menunggu sekitar 10 menit, sambil melihat sekeliling aku tersadar ternyata tidak begitu banyak orang, entahlah mungkin semesta mendukungku agar bisa mendapatkan ketenangan dan menyendiri. Seketika aku mendengar musik yang diputar tidak asing, ya, inikan Pilu Membiru-Kunto Aji sontak aku terdiam mendengar lagu ini. Apa yang muncul dipikiranku ini?.

Aku terdiam sambil menatap jendela yang langsung mengarah kejalanan. Cuaca di luar berawan dengan angin yang cukup kencang, mungkin akan turun hujan, Januari ini musim hujan cukup ekstrim hujan sering sekali membasahi bumi bahkan sampai banjir. Di dalam ruangan ini pikiranku penuh dengan berbagai peristiwa yang telah aku lalui selama satu tahun ini, begitu banyak hal yang tidak terduga bahkan aku sendiri tidak percaya bisa melaluinya.

Momen ini kujadikan sebagai intropeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi atau pribadi yang bisa diterima oleh orang-orang disekitarku. Aku selalu mencoba menjadi orang yang baik dihadapan semua orang, terlebih teman-teman ku.

Peristiwa yang sering akau alami yaitu ketika Setiap Handphone ku bergetar dan ternyata salah satu dari temanku meminta tolong, aku selalu berusaha memberikan yang terbaik, walaupun aku tidak terlalu dekat dengan mereka, tetap akan ku berikan yang terbaik yang aku bisa lakukan. Ya, aku tau mungkin mereka datang jika butuh bantuan saja tapi sudahlah aku tidak mau ambil pusing, atau mungkin  memang aku terlalu naif.            

Aku hanya bisa menahan semua perasaan ini dalam diriku ketika mereka datang jika membutuhkan sesuatu dan pergi begitu saja seperti tidak mengenalku ketika urusunnya telah terpenuhi. Huftt terlebih lagi ketika aku tahu bahwa mereka menghina bahkan mengejek ku dari belakang, sangat berat rasanya mengetahui hal tersebut tapi aku terus diam dan membisu karna tidak mau ambil pusing dengan semua itu. Tapi disaat ini ketika aku sedang sendirian, aku berpikir kenapa aku selalu salah dimata mereka bahkan ketika aku telah memberikan yang terbaik yang aku punya.

Memikirkan itu membuat tenggorakan ku menjadi kering untungnya iced cappuccino ini bisa mendinginkannya. Bicara soal perasaan atau hati, aku termasuk orang yang cuek dengan perasaan ku, jika ada wanita yang aku suka, aku akan menyimpannya dalam-dalam terlalu malu bagiku untuk bisa menyatakan perasaan ku kepada orang yang ku suka, pernah terjadi wanita  yang aku suka dan sudah dekat dengannya ternyata teman ku juga tertarik dengannya, bahkan ia sudah merencanakan akan mengungkapkan perasaannya. Huftt lagi-lagi ini salah ku tidak bisa menjadi orang yang langsung berani mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang ku suka.

Setiap orang yang sudah dekat denganku mereka selalu datang dan pergi begitu saja seakan tidak peduli dengan apa yang aku rasakanya kepadanya, percayalah aku bukan orang yang mudah membuka hati untuk orang lain, jadi susah bagiku untuk bisa membuka hati dua kali untuk orang yang sama dan memulai lagi lembaran baru untuk orang yang berbeda. Aku memang merasa selalu salah dalam melangkah. Aku selalu tidak peduli dengan diriku sendiri, beranggapan kebahagian orang lain adalah yang utama dan tanpa sadar menyakiti diri sendiri sangat melelahkan.

Tak terasa rintik hujan mulai turun di luar sepertinya mulai gerimis, aku sedikit tersenyum, mengapa ketika memikirkan soal cinta hujan mulai turun, apakah begitu menyedihkan sampai langit ikut merasakannya (tidak aku tidak galau). Aku memang selalu salah menilai diriku sendiri untuk mengambil sikap, seakan diri ini kuat mengahadapi itu semua namun nyatanya air mata ini jatuh juga.

Setelah memikirkan semua itu aku menghabiskan waktu ku sampai gelap datang dan kembali pulang dengan suasan hati yang sedikit membaik, aku berharap semua yang aku alami menjadi pelajaran bagiku bahwa diri ini juga punya hak untuk mendapatkan  perhatian, kesempatan, serta kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun