Mohon tunggu...
Panca Nur Ilahi
Panca Nur Ilahi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Rebahan

Limpahkan pemikiran dengan sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selalu Salah

15 Februari 2020   21:46 Diperbarui: 15 Februari 2020   22:12 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku hanya bisa menahan semua perasaan ini dalam diriku ketika mereka datang jika membutuhkan sesuatu dan pergi begitu saja seperti tidak mengenalku ketika urusunnya telah terpenuhi. Huftt terlebih lagi ketika aku tahu bahwa mereka menghina bahkan mengejek ku dari belakang, sangat berat rasanya mengetahui hal tersebut tapi aku terus diam dan membisu karna tidak mau ambil pusing dengan semua itu. Tapi disaat ini ketika aku sedang sendirian, aku berpikir kenapa aku selalu salah dimata mereka bahkan ketika aku telah memberikan yang terbaik yang aku punya.

Memikirkan itu membuat tenggorakan ku menjadi kering untungnya iced cappuccino ini bisa mendinginkannya. Bicara soal perasaan atau hati, aku termasuk orang yang cuek dengan perasaan ku, jika ada wanita yang aku suka, aku akan menyimpannya dalam-dalam terlalu malu bagiku untuk bisa menyatakan perasaan ku kepada orang yang ku suka, pernah terjadi wanita  yang aku suka dan sudah dekat dengannya ternyata teman ku juga tertarik dengannya, bahkan ia sudah merencanakan akan mengungkapkan perasaannya. Huftt lagi-lagi ini salah ku tidak bisa menjadi orang yang langsung berani mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang ku suka.

Setiap orang yang sudah dekat denganku mereka selalu datang dan pergi begitu saja seakan tidak peduli dengan apa yang aku rasakanya kepadanya, percayalah aku bukan orang yang mudah membuka hati untuk orang lain, jadi susah bagiku untuk bisa membuka hati dua kali untuk orang yang sama dan memulai lagi lembaran baru untuk orang yang berbeda. Aku memang merasa selalu salah dalam melangkah. Aku selalu tidak peduli dengan diriku sendiri, beranggapan kebahagian orang lain adalah yang utama dan tanpa sadar menyakiti diri sendiri sangat melelahkan.

Tak terasa rintik hujan mulai turun di luar sepertinya mulai gerimis, aku sedikit tersenyum, mengapa ketika memikirkan soal cinta hujan mulai turun, apakah begitu menyedihkan sampai langit ikut merasakannya (tidak aku tidak galau). Aku memang selalu salah menilai diriku sendiri untuk mengambil sikap, seakan diri ini kuat mengahadapi itu semua namun nyatanya air mata ini jatuh juga.

Setelah memikirkan semua itu aku menghabiskan waktu ku sampai gelap datang dan kembali pulang dengan suasan hati yang sedikit membaik, aku berharap semua yang aku alami menjadi pelajaran bagiku bahwa diri ini juga punya hak untuk mendapatkan  perhatian, kesempatan, serta kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun