Arah Partai Golkar saat ini memang masih dianggap sebagai bagian dari pemerintah, dimana kebijakan dan arah pemerintahan Jokowi selalu mendapatkan dukungan penuh. Bahkan Agung Laksono sempat mengeluarkan pernyataan jika Golkar sangat puas dan selalu mendukung Jokowi, ketika mengikuti Musda Kosgoro di Nusa Tenggara Barat pada bulan Maret 2017 lalu. Alasannya karena elektabilitas Jokjowi masih sangat tinggi.
Namun sepertinya Setya Novanto dianggap sudah tidak bisa dipertahankan lagi, apalagi kejadian fatal ketika dukungan Golkar kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilkada Gubernur DKI Jakarta lalu, dianggap tidak maksimal, karena banyak anggota dan pengurus Golkar justru tidak mengindahkan partainya untuk mendukung Ahok malah mendukung seterunya Anies Baswedan, seperti Anggota DPR RI Titiek Soeharto yang sampai saat ini masih aman sebagai anggota DPR RI dari Partai Golakr di DPR RI, dan tidak mendapat sanksi apapun walaupun mendukung Anies secara terang terangan.
Setya Novanto dianggap sudah mengkhianati para pendonor Ahok yang sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam pilkada lalu, karena bukan tidak mungkin Golkar juga ikut menikmati dana kampanye yang sudah disiapkan untuk memenangkan Ahok. Dan pastinya jumlahnya tidak sedikit. Maka satu satunya membalas sakit hati itu dengan menghentikan tindakan Setya Novanto yang semakin hari semakin merasa kuat dengan kemunculan di publik. Mungkin rencana Setya Novanto untuk menjadi top leader di Golkar dengan karir politik menjadi petinggi negeri ini harus diwujudkan.
Namun Setya Novanto akhirnya harus dihentikan oleh Tiang Listrik, ketika KPK sibuk mencarinya dengan menjadikannya Daftar Pencarian Orang karena drama penjemputan paksa dikediamannya ternyata tidak berhasil sama sekali.
Kini masyarakat dan anggota Golkar sedang meraba raba siapa ketum mereka yang tepat, yang pastinya sedang digodok dan sedang saling sikut serta saling tanduk dan mungkin juga saling bisik bisik tetangga, namun bukan tidak mungkin Agung Laksono akan muncul dengan gagah beraninya sebagai pahlawan menyelamatkan partai kuning ini, ketika para elit partai Golkar sudah mulai ribut. Namun harapan kepada Idrus Marham yang saya anggap "Akbar Tanjung Junior", sebagai Plt. Ketum Golkar bisa saja menjadi titik balik. Karena bukan tidak mungkin munculnya nama Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto akan semakin membuat runcing masalah.
Idrus Marham adalah salah satu anggota Golkar yang memiliki kepribadian yang cukup unik. Uniknya Idrus Marham karena dari beberapa kali saya bertemu dengan Idrus Marham kesan saya politisi ini cukup kalem, dan sangat mengenalkan saya dengan gaya politik seorang Akbar Tanjung. Bahkan Idrus Marham bisa menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Golkar,merupakan sesuatu yang sangat luar biasa. Dan kesan yang saya dapatkan jika Idrus akan masuk dalam salah satu calon Gubernur Sulawesi Selatan, namun waktunya saya tidak tahu. Karena itu dia perlu seorang Titiek Soeharto untuk langkah berikutnya.
Tapi keberadaan Agung Laksono yang hampir saja menjadikan Golkar sebagai partai terbelah dipucuk pimpinan ketuanya bukan tidak mungkin akan kembali mengambil jabatan tersebut, hanya saja ini perlu moment dan kesempatan yang perlu ditangani bukan dengan cara mudah, karena perlu sebuah "drama" dan biaya yang tidak sedikit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H