Mohon tunggu...
Jall Pomone
Jall Pomone Mohon Tunggu... Menulis -

Bahagia Ketika Menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Air Kelapa Sebagai Pengganti Bensin, Kenapa Tidak?

25 September 2017   06:22 Diperbarui: 25 September 2017   06:50 4574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Ketika kami masih tinggal di sebuah pulau terpencil, namanya Pulau Gebe, tepatnya di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Pulau ini memiliki sebuah Sumber Daya Alam (SDA) mineral yang cukup membuat beberapa perusahaan di Negara Jepang dan Australia melakukan pembelian hasil mineralnya berupa nikel.

Saya tidak menceritakan tentang SDA nikel yang dikeruk oleh sebuah perusahaan milik BUMN, PT. Aneka Tambang sejak tahun tujuh puluhan, namun saya ingin menceritakan kisah saya selama menghabiskan sekolah saya sejak SD hingga tamat SMA. Pulau Gebe sendiri dihuni oleh penduduk aslinya disebuah perkampungan yang dinamakan Desa Sanafi dan Desa Umera, semenjak PT. Antam mulai masuk dan melakukan eksplorasi, banyak penduduk yang mulai membuat perkampungan yang letaknya tidak jauh dari lokasi perumahan milik pegawai Antam yang didatangkan dari beberapa Unit Kerja Perusahaan (UKP) milik Antam seperti dari Pomalaa Sulawesi Tenggara dan dari Cilacap Jawa Tengah.

Bahkan bisa dikatakan pada tahun 80-an hingga 90-an UKP Antam Pulau Gebe didiami oleh hampir pendatang dari 27 propinsi saat itu, dan sudah tentu berbagai adat, budaya dan agama serta kebiasaan dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki dari daerahnya diterapkan di dalam kehidupan dan lingkungan sehari-hari para pegawai PT. Antam yang jumlahnya hampir mencapai hingga 500-an kepala keluarga saat itu. belum lagi tambahan dari para pegawai kontrak.

Ketika saya masih kecil, masih duduk di SD beberapa pegawai yang dianggap sangat memerlukan mobilisasi berupa kendaraan roda empat mendapatkan jatah dari pihak perusahaan, pada tahun 1980-an itu, kendaraan mobil yang ada di Pulau Gebe yang termasuk mewah adalah jenis Taft 4x4 dan Katana, sisanya merek Kijang, dan ayah saya mendapatkan sebuah mobil kijang bekas bekas dari pelimpahan pimpinannya. 

Saat itu, untuk semua keperluan mobil mulai dari bensin hingga perbaikan ditanggung oleh pihak perusahaan, namun itu harus dilakukan pada saat jam kerja, bengkel yang dibuka oleh masyarakat atau pegawai Antam juga ada, namun untuk kebutuhan seperti oli ataupun beberapa onderdil harus terpaksa dipesan dari Ternate menggunakan peswat terbang yang melayani rute Gebe-Ternate PP 3 kali seminggu.

Biasanya pada hari minggu para keluarga pegawai melakukan tamasya pergi ke pantai yang ada di Pulau Gebe, dan sudah tentu menggunakan mobil ataupun sepeda motor, dan keluarga kami juga sering pergi, apalagi saat itu ayah sudah diberikan kepercayaan untuk menggunakan mobil, dan kami tidak repot-repot lagi harus menunggu acara bersama dengan keluarga lainnya yang biasanya dilakukan oleh divisi kerja ayah.

Namun ketika itu sebuah persoalan muncul ketika rencana untuk pergi kepantai pasir putih berenang terancam batal, ketika Ayah yang baru saja tiba dari kantor karena harus mengurus beberapa dokumen kapal ekspor dari Jepang, mengatakan jika kondisi mobil tidak memungkinkan untuk berjalan jauh, karena air aki sudah hampir habis, dan artinya harus menunggu hari Senin untuk bisa mendapatkan air aki dari bengkel. 

Akhirnya bisa dibayangkan kekecewaan kami, apalagi ibu yang sudah menyiapkan beberapa makanan khas dari daerah, sementara beberapa teman sekolah yang mendengar jika kami akan ke pantai, juga sudah datang ke rumah untuk ikut bersama kami. Walaupun sedang menghadapi kondisi demikian, namun beberapa teman tetap masih berharap bisa pergi.

Entah darimana datangnya salah satu rekan kerja ayah muncul membawa beberapa dokumen yang harus segera diselesaikan dan bermaksud untuk meminta tandatangan, melihat kami yang sudah bersiap untuk tamasya, menanyakan kenapa belum berangkat, akhirnya kuceritakan masalahnya, dan rekan kerja ayah tersebut, mengatakan itu bukan persoalan sebenarnya.

Raut muka kami langsung berubah, kegembiraan langsung muncul, dan beberapa teman sekoah saya berusaha untuk membujuk saya agar mau menyampaikan usulan yang disebutkan oleh rekan kerja ayah, yang ternyata memiliki pengalaman sebelum bekerja di PT. Antam pernah bekerja di salah satu bengkel di Kota Ternate.

Akhirnya saya mencoba untuk membuat ayah saya yang sudah bersiap-siap untuk makan siang dan berencana langsung tidur, karena melihat beberapa teman saya yang juga ikutan "mengantar" untuk menemui ayah saya, akhirnya Ayah saya bersedia untuk keluar dan menemui rekan kerjanya yang sedang berdiri di depan mobil yang kapnya sudah dibuka.

Rupanya usulannya sangat membuat kami kaget, karena menurutnya, air kelapa muda sebenarnya bisa dipakai untuk mengganti air aki, namun caranya dengan memotong pada bagian batok kelapa untuk mengambil airnya, jangan sampai menggunakan alat yang terbuat dari besi, karena air kelapa muda yang akan dipakai untuk mengganti aki tidak boleh terkena besi, baik itu sendok maupun pisau, bahkan kalau bisa jangan sampai ada kotoran. Proses ketika memotong batok kelapa tidak sempat saya saksikan karena kami sibuk untuk menaikkan bungkusan makanan ke dalam mobil.

Rasa penasaran saya akhirnya terjawab ketika dunia semakin cepat, dengan lancarnya internet dan juga mudahnya mengakses informasi. Air kelapa yang memiliki kandungan unsur makro dan mikro meliputi Nitrogen dan Karbon Zat Asam dapat mengaplikasikan dalam sebuah reaksi kimia yang biasanya terjadi pada Aki melalui proses elektrolisasi yang prinsipnya menggunakan listrik dan memasukkan bahan bersifat asama ke dalam air kelapa. yang kemudian bereaksi dan memisahkan molekul air (H2O) menjadi HHO yang mudah terbakar (sumber pikiran rakyat, 2006)

Bahkan dari penelusuran tersebut, Air Kelapa ini bukan hanya bisa dipakai untuk pengganti air aki, karena ternyata kandungan karbon danb nitrogen jika dilakukan pengolahan secara benar dan tepat melalui sebuah proses elektrolisis, air kelapa bahkan bisa mengganti bahan bakar bensin untuk kendaraan bermotor, bahkan hasil penggunaan bahan bakar dari air kelapa sangatlah ramah lingkungan.

Hasil dari beberapa analisis yang sempat saya dapatkan (tentunya melalui "mbah" google), jika gas buang yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO, sangatlah ramah lingkungan, karena proses pembuatan gas HHO dengan cara elektrolisis, yaitu membuat cairan asam yang dialiri arus listrik negatif sebagai anode dan positif sebagai katode. Untuk meningkatakan proses elektrolis bisa dilakukan diluar kerja motor yaitu dengan menampung disebuah tabung. 

Seperti diketahui sebuah motor yang menggunakan BBM jenis bensin digunakan untuk menggerakkan kendaraan bermotor yang sudah tentu menggunakan busi dan karburator. Dimana busi berfungsi untuk menghasilkan loncatan bunga apilistrik yang kemudian menyalakan campuran bensin dan udara segar yang sangat mudah terbakar.

Kemudian campuran keduanya masuk ke dalam silinder yang sudah dinyalakan melalui loncatan api listrik dari busi ketika menjelang akhir kompresi. Yang akhirnya dari bahan bakar udara ini bisa menghasilkan daya untuk mesin, yang di istilahkan "siklus Otto" atau mudahnya pemasukan panas pada volume konstan. Pada prinsipnya sebenarnya sama dengan menggunakan bensin, hanya saja karburator berubah fungsi sebagai pengalir udara yang kemudian bercampur dengan gas HHO. 

Peluang bisnis yang menggunakan air kelapa sebenarnya sangat besar, selain sebagai salah satu pengganti bahan bakar minyak, juga bisa dikapai dalam dunia pengobatan. Namun kita juga harus dipaksa untuk "maklum" karena sampai saat ini kita belum banyak mendengar hasil dan manfaat yang menggunakan air kelapa, selain dijual dipinggir jalan untuk menghilangkan dahaga dan lapar sementara.

Harapan kita kepada para peneliti dan juga mahasiswa sangat besar, agar mau memberikan waktu luang mereka melakukan riset yang lebih mendalam. Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Utara dan juga Provinsi Maluku bahkan hampir seluruh wilayah di Indonesia terutama pulau-pulau kecil yang tersebar di Indonesia ditumbuhi oleh pohon kelapa, namun tanpa dukungan dan strategi yang lebih baik, seperti kerjasama sebuah perusahaan dengan pihak petani, akan semakin memudahkan kita untuk bisa mencapainya, dan bukan tidak mungkin ini akan menjadi sebuah terobosan bagi ketersediaan bahan bakar yang ternyata lebih ramah lingkungan dan juga bisnis bagi perusahaan dan petani kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun