Mohon tunggu...
PAMILA PUTRI SAFIRA
PAMILA PUTRI SAFIRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pamila Putri Safira 111211235, Universitas Dian Nusantara, Jurusan Manajemen. Nama dosen Prof. Apollo Daito

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristotle

10 Oktober 2024   11:29 Diperbarui: 10 Oktober 2024   11:30 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aristotle percaya bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Dalam pandangannya, kepemimpinan yang baik tidak hanya berfokus pada kekuasaan atau prestise, tetapi lebih pada upaya untuk menciptakan keadilan, kestabilan, dan kebahagiaan bagi masyarakat. Pemimpin yang sukses harus dapat mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakatnya serta mengarahkan mereka menuju tujuan yang lebih tinggi.

6. Pendekatan Praktis terhadap Kepemimpinan

Filosofi kepemimpinan Aristotle mengajarkan bahwa pemimpin harus bersikap praktis dan pragmatis. Ia menekankan pentingnya pembelajaran dari pengalaman dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah. Pemimpin yang baik harus memiliki kecerdasan emosional, kemampuan untuk berempati, dan keterampilan interpersonal yang baik, sehingga mereka dapat membina hubungan yang positif dengan orang-orang yang mereka pimpin

Filsafat Yunani klasik sangat membantu kita memahami konsep kepemimpinan yang merupakan komponen penting dari struktur sosial dan politik. Aristotle adalaha salah satu filsuf terkenal yang memberikan banyak pandangan mendalam tentang sifat dan tanggung jawab seorang pemimpin. Dalam karyanya, terutama Nicomachean Ethics and Politics. Aristotle membahas bagaimana seorang pemimpin harus bertindak, sifat apa yang diperlukan, dan mengapa tindakan tertentu diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Dalam pandangan Aristotle, kepemimpinan adalah soal mencapai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan publik melalui kebijaksanaan dan kebajikan moral. Konsep utama yang dibawa oleh Aristotle adalah phronesis atau kebijaksanaan praktis, yang ia pandang sebagai kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dalam situasi tertentu Aristotle menekankan bahwa pemimpin yang baik harus memiliki karakter yang unggul, dan mereka harus bertindak sesuai dengan kebajikan moral seperti keadilan, keberanian, dan kesederhanaan. Menurut Aristotle, seorang pemimpin yang ideal adalah orang yang dapat menjaga keseimbangan antara dua ekstrem, yakni kelebihan dan kekurangan. Hal ini dikenal sebagai Golden Mean (Jalan Tengah), di mana kebajikan ada di tengah antara dua ekstrem perilaku. Sebagai contoh, keberanian terletak di antara pengecut dan sembrono, sedangkan kemurahan hati berada di antara keborosan dan kekikiran. Aristotle juga menjelaskan bahwa pemimpin harus memahami sifat alami manusia sebagai zoon politikon, atau makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan harus hidup dalam komunitas yang terorganisir dan tugas seorang pemimpin adalah mengarahkan masyarakat tersebut menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.

Gaya kepemimpinan Aristotle relevan dalam konteks kepemimpinan di Indonesia karena beberapa alasan:

  • Etika dalam Kepemimpina

Dalam dunia yang semakin global dan saling terkait, keputusan pemimpin dapat memiliki dampak luas. Oleh karena itu, pemimpin yang etis menjadi semakin penting. Pendekatan Aristotle yang menekankan kebajikan moral membantu para pemimpin untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip etika, bahkan dalam situasi yang penuh tekanan

  • Kebijaksanaan Praktis

Dalam kepemimpinan modern, kemampuan untuk membuat keputusan yang cepat namun tepat sangatlah penting. Kebijaksanaan praktis, sebagaimana yang dijelaskan oleh Aristotle, adalah kemampuan untuk memahami situasi, mengenali opsi yang tersedia, dan membuat keputusan terbaik berdasarkan konteks yang ada. Ini membantu para pemimpin dalam mengambil keputusan yang tidak hanya efektif tetapi juga adil dan sesuai dengan tujuan jangka panjang organisasi

  • Keseimbangan Emosi dan Rasionalitas

Gaya kepemimpinan Aristotle yang menekankan pada jalan tengah juga relevan dalam mengelola konflik dan stres di tempat kerja. Pemimpin yang baik, menurut Aristotle, harus bisa menyeimbangkan antara emosi dan rasionalitas, sehingga dapat mengambil keputusan yang bijaksana tanpa terbawa oleh perasaan yang ekstrem

Penerapan gaya kepemimpinan Aristotle dapat dilakukan melalui beberapa langkah utama :

  • Mengembangkan Kebajikan Pribadi

Sebagai langkah pertama, seorang pemimpin harus berfokus pada pengembangan kebajikan moral dalam diri mereka sendiri. Aristotle mengajarkan bahwa karakter dan kebiasaan seseorang sangat mempengaruhi kemampuan mereka untuk memimpin. Oleh karena itu, pemimpin perlu mengembangkan kebiasaan baik, seperti keberanian, keadilan, dan kemurahan hati, yang akan membimbing tindakan mereka sehari-hari.

  • Melatih Kebijaksanaan Praktis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun