Kehidupan ini merupakan suatu proses pembelajaran
Terkadang saya memikirkan bahwa di negara kita ini yang berlaku adalah pantang melakukan kesalahan.
Fenomena yang dapat kita lihat belakangan ini di media elektronik atau cetak yaitu bagaimana bisa seorang yang "dewasa" umurnya dapat melakukan tindakan kekerasan kepada anak kecil sebagai bentuk penghukuman atas kesalahan yang dibuat. Hal tersebut mengakibatkan dari sejak kecil, anak itu akan belajar untuk bersikap seolah sempurna dan nyaris tidak melakukan kesalahan.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Bagaimana mungkin seseorang dapat terlihat begitu sempurna dan tidak melakukan kesalahan apapun di depan publik?
Pemikiran tersebutlah yang suka saya ajarkan di depan mahasiswa. Bagaimana kita bisa mengapresiasi pendapat seseorang? Bagaimana kita bisa mengakui kesalahan, dan bagaimana kita bisa mengatakan alasan mengapa kita melakukan kesalahan?
Sebagai contohnya, jika mahasiswa memiliki kendala yang membuat dia terlambat masuk kelas, saya sampaikan ke mahasiswa yang lain, bahwa dia saya perkenankan masuk karena sudah mengirim sms kepada saya alasan keterlambatannya dan permohonan maafnya. Sehingga mahasiswa yang lain tahu bagaimana caranya mengakui kesalahan dan bagaimana bisa mengatakan alasan mengapa melakukan kesalahan.
Namun, jika mahasiswa tersebut tidak memberitahu saya sebelumnya atau tanpa ada surat yang syah mengenai alasan keterlambatannya, saya akan meminta dia untuk mengakui kesalahan kepada pihak sekretariat kampus dan meminta persetujuan dari sekretariat untuk dapat masuk ke kelas. Walaupun pada akhirnya keputusan tersebut, diserahkan lagi oleh sekretariat kepada saya sebagai dosen yang mengajar.
Saya mempersilahkan mahasiswa tersebut untuk mengikuti mata kuliah saya. Tanpa ada hukuman atau sanksi apapun. Hal tersebut dikarenakan saya ingin menanamkan bahwa mengakui kesalahan itu sangatlah penting daripada melakukan kebohongan demi menutupi kesalahan. Perkara hukuman dan sanksi yang diberikan, saya pertimbangkan kembali melihat konsekuensi yang ditimbulkan akibat kesalahan tersebut.
Lain halnya dengan mencontek. Buat saya, mencontek pekerjaan teman merupakan salah satu bibit dari KKN. Oleh karena itu, saya menekankan ke mahasiswa didik saya, tidak ada tempat untuk mencontek pekerjaaan teman. Belajar untuk sportif. Kalau memang kalian butuh catatan, saya izinkan mereka membawa catatan dengan ukuran A4 sebanyak 1 halaman. Dengan catatan, catatan tersebut merupakan tulisan tangan, dan tidak diperkenankan berganti-ganti catatan.
Cara tersebut saya pelajari dari dosen saya ketika saya kuliah dulu. Dengan mencatat sendiri, setidaknya mahasiswa belajar sebelum ujian.
Sekiranya jika kita mulai belajar dari lingkungan terdekat kita bagaimana mengajarkan bahwa berbuat kesalahan adalah hal yang wajar sebagai manusia, dan bagaimana kebohongan hanya akan membuat lingkaran kesalahan yang lebih besar lagi, saya rasa kehidupan kita akan lebih manusiawi.
Termasuk dalam pengucapan bahasa Inggris. Sebagian pengajar, kurang sensitif terhadap bagaimana seseorang telah berupaya untuk mempelajari bahasa Inggris. Ketika pelajar atau mahasiswa mengucapkan kata yang salah, sebagian pengajar kurang bisa memberikan perlindungan dari cemoohan mahasiswa atau pelajar yang lain. Bukankah kita semua merupakan pembelajar kehidupan? Jikalau sebagian dari kita menjadi seorang pengajar, yang lainnya adalah mahasiswa atau pelajar itu hanya akan terjadi dalam urusan administrasi saja? jika diluar itu, kita sama-sama pembelajar kehidupan. Belajar untuk memperbaiki kesalahan itu baru esensi dari dunia pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H