Mohon tunggu...
Pamekasan Hebat
Pamekasan Hebat Mohon Tunggu... Freelancer - KIM PAMEKASAN HEBAT

Pamekasan Hebat merupakan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang dikelola oleh warga Pamekasan yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan menyajikan informasi yang mendidik dan mencerahkan publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demi Permintaan Orang Tua, Daeng Jadi Dokter

11 Oktober 2022   01:09 Diperbarui: 11 Oktober 2022   01:18 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua IDI 2018-2021 Daeng Mohammad Faqih saat dialog dengan Cak Koes.

"Bhepak, Bebhuk, Guru, Rato" atau bapak, ibu, guru dan raja atau pemimpin merupakan prinsip dasar, dan struktur ketaatan bagi masyarakat Madura dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Jalan hidup inilah yang ternyata dialami dan dilakoni oleh Daeng Mohammad Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Periode 2018-2021.

Pria yang lahir di Kota Batik, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur pada 30 Juni 1969 ini, awalnya tidak ada niatan sama sekali untuk menjadi dokter. Sejak belajar di bangku sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pamekasan, Daeng lebih suka pada materi pelajaran kimia, sehingga ketika lulus SMA ia langsung mendaftar dan diterima di jurusan kimia di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tahun 1988, melalui jalur penelusuran minat dan bakat (PMDK).

Di ITS, Daeng ternyata hanya setahun belajar di kampus itu. Permintaan orang tua yang menyebabkan Daeng harus pindah haluan. Orang tuanya menginginkan Daeng agar menjadi dokter, sehingga pada pada tahun 1989 ia mengikuti tes Jurusan Kedokteran di Universitas Brawijaya, Malang dan diterima.

Meski bukan pilihan sejak awal, Daeng berusaha menekuni dan meminati jurusan pilihan orang tuanya itu. Ia berhasil hingga lulus. Berikutnya Daeng menempuh pendidikan Master (S2) Jurusan Hukum di Universitas Hassanuddin, 2011 dengan spesifikasi Magister Hukum Kesehatan.

"Sebetulnya cita-cita saya menjadi ahli nuklir, karena saya suka pelajaran kimia, akan tetapi karena orang tua ingin anaknya ada yang menjadi dokter, maka akhirnya saya penuhi," katanya dalam dialog di akun youtube "Sakejjek Asareng Cak Koes".

Keputusan mengubur cita-citanya sebagai ahli nuklir tentu bukan tanpa alasan. Alumni SMA Negeri 1 Pamekasan ini berkeyakinan pada prinsip dan dokrin agama 'ridhallah di ridhal walidain, wasuhtullah di suhtil walidain' yang artinya, bahwa kerelaan Allah adalah terletak pada kerelaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah adalah berada pada kemurakaan kedua orang tua.

Aktivis dan Prinsip Hidup

Daeng Mohammad Faqih caption
Daeng Mohammad Faqih caption
Daeng sejak remaja sudah menunjukkan minat berorganisasi. Saat mahasiswa ia dikenal sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yakni organisasi mahasiswa yang didirikan oleh Lafran Pane pada 5 Februari 1947, dan tercatat sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia.Selain itu, ia juga aktif di Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI), yakni lembaga khusus atau organisasi semi otonom yang ada di bawah naungan HMI. Daeng pernah menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) LKMI periode 1997-1999.


Bagi Daeng, organisasi seperti universitas kedua (secound university), tempat belajar, memperluas wawasan dan jaringan, disamping terpat berkumpul orang-orang yang memiliki minat dan tujuan yang sama.

Selanjutnya Daeng terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Periode 2018-2021, dan kini menjabat sebagai Rektor Rektor di Universitas MH Tamrin, Jakarta. Daeng berhasil mengalahkan ribuan peserta anggota IDI dari ratusan cabang di 32 wilayah dan utusan dari perhimpunan dokter. Ia pun ditetapkan bertugas periode 2018-2021.

Tantangan berat saat menjabat sebagai Ketua Umum IDI adalah terjadinya pandemi COVID-19. Saat berdialog di channel you tube "Sakejjek Asareng Cak Koes" Daeng menuturkan, bahwa pandemi COVID-19 bukan hanya tantangan antara petugas medis dengan masyarakat yang cenderung abai dalam menerapkan protokol kesehatan, akan tetapi juga menjadi tantangan di bagian tenaga medis.

"Karena ada juga sebagian di kalangan petugas medis yang tidak percaya. Ada yang bilang konspirasi dan sebagainya. Tapi yang jelas, faktanya ada, kejadiannya ada, dokter dan tenaga medis yang meninggal dunia karena terserang wabah ini juga tidak sedikit," katanya.

Karena itu, sebagai sosok berpengaruh karena menjabat sebagai ketua umum di organisasi profesi kedokteran, Daeng merasa bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan sekaligus contoh kepada khalayak dengan cara menjadi dokter yang divaksin bersamaan dengan gelar vaksin pertama di Indonesia.

"Niatnya memberikan contoh kepada masyarakat agar masyarakat yakin bahwa vaksin ini tidak berbahaya, karena kabar bohong yang berkembang di sebagian masyarakat bahwa vaksin COVID-19 berbahaya," katanya.

Saat ini, Daeng menjabat sebagai Rektor Universitas MH Tamrin untuk Masa Bakti 2021-2025. Di perguruan tinggi swasta yang berada di bawah lembaga pendidikan Yayasan Rumah Sakit MH Thamrin Jakarta (Radjak Group), Daeng memberi ruang beasiswa bagi warga Madura yang memiliki prestasi secara akademik namun, tidak memiliki cukup uang untuk biaya kuliah dengan cara bekerja sama dengan Yayasan Bustanul Firdaus Jakarta. Yayasan ini merupakan yayasan sosial yang dikelola oleh para perantau asal Madura di Jakarta.

Bagi Daeng, ilmu dan keterampilan merupakan dua hal yang harus padu, dan hal itu bisa diperoleh hanya dengan belajar. Profesi dokter, menuntut untuk memiliki keilmuan yang bagus, berintegritas, serta memiliki orientasi yang bagus pula.

Namun demikian, etika tetap harus berada di atas ilmu, sehingga cara itu, ilmu akan memiliki nilai manfaat yang luas masyarakat, karena etika yang bagus, maka pengembangan ilmu pengetahuan juga lebih mudah. Ilmu, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang harus terpadu, selaras dan seimbang, sehingga orientasinya bukan hanya kebaikan di dunia (fiddunya hasanah) akan tetapi juga kebaikan di akhirat kelak (wa fil akhirrati hasanah).

(Tulisan ini merupakan hasil kerja sama antara KIM PAMEKASAN HEBAT dengan channel youtube "Sakejjek Asareng Cak Koes").

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun