Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
Waktu telah melewati pukul 21.00. Suara pengeras suara dari desa sebelah terdengar memecah kesunyian malam tadi. Pengumuman berita duka terdengar sayu-sayu meski masih dapat terdengar jelas.Â
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.Â
Berselang malam menjelang pagi, berita serupa terdengar dari arah berbeda. Kali ini bukan hanya satu. Tak lama, menyusul berita lain. Walhasil ada tiga berita duka  dalam waktu kurang 12 jam. Tidak dijelaskan apa dan kenapa almarhum maupun almarhumah menutup usia. Â
Dalam kondisi pandemi saat ini, di saat sedang diberlakukan pembatasan darurat, mudah untuk menduga bahwa penyebabnya tak lain adalah persebaran infeksi covid 19 yang tidak terkendali. Tentu saja, beberapa kasus tidak terkait dengan infeksi tersebut.
Informasi berita duka melalui media sosial, chat, maupun Telegram group (maaf, saya sudah beberapa tahun lalu tidak memakai Waslap untuk pribadi) menjadi bagian dari berita yang dirasa "semakin biasa". Beberapa bulan ke belakang, frekuensi pengumuman semacam ini semakin meningkat. Berita yang awalnya hanya temannya teman, atau saudaranya kenalan, kecamatan sebelah, semakin mendekat dan beralih menjadi berita dari teman, berita dari saudara, tetangga terdekat.
Pun, berita duka ini banyak terjadi di berbagai wilayah di tengah pembatasan darurat. PPKM darurat yang telah berlangsung hampir dua pekan hingga 20 Juli mendatang. Aturan pembatasan darurat yang baru-baru ini direncanakan diperpanjang hingga 6 pekan ke depan.Â
Langkah pemberlakuan pembatasan darurat dinilai tepat - daripada tidak ada tindakan apa-apa - di saat meningkatnya jumlah infeksi harian yang semakin mengkhawatirkan. Meningkat dari hari ke hari. Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia telah melampaui data India. Â Lihat data.