Mohon tunggu...
Putri Palupi
Putri Palupi Mohon Tunggu... Guru - Empower women

Perempuan dengan peran ganda, pekerja dan ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Seekor Kupu-kupu

1 November 2021   12:01 Diperbarui: 1 November 2021   12:22 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapa sih yang tidak tau kupu-kupu? Binatang yang sangat indah sayapnya dan sedap dipandang. Kupu-kupu merupakan hewan yang melawati proses metamorfosis sempurna. 

Awalnya, kupu-kupu tumbuh dari sebuah telur kemudian melewati tahap larva yaitu menjadi ulat, selanjutnya fase pupa atau kepompong barulah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan indah dipandang. 

Apa yang bisa kita pelajari dari seekor kupu-kupu?, yang menjadi poin penting saat ini adalah ulat pada fase larva dapat berproses dan bertumbuh dalam sebuah kepompong hingga terbentuk hewan indah seperti kupu-kupu. 

Kita semua tau, bahwa ulat bukanlah hewan seindah kupu-kupu, apalagi banyak orang yang jijik dan bergidik ngeri saat melihat ulat. Namun, seburuk apapun ulat tesebut, ia tidak akan stuck hanya menjadi ulat. Seperti hal-nya manusia, seburuk apapun manusia di masa lalu pasti akan bisa bertumbuh dan berproses hingga menjadi pribadi yang baik dan indah bagai kupu-kupu.

Lalu, bagaimana manusia bisa berproses yang awalnya seekor "ulat" hingga menjadi indah seperti kupu-kupu?. Pada perjalanannya, manusia merupakan makhluk yang sensitif, terkadang overthinking dan seringkali cemas. 

Seringkali, apabila seseorang merasa memiliki masa lalu yang buruk, akan beranggapan bahwa saya pasti buruk, saya tidak akan pernah menjadi manusia yang lebih baik, padahal Tuhan sudah memberikan beberpa kemungkinan bagi hamba-Nya apabila mau berusaha merubah hal-hal yang mereka yakini buruk. Seringkali, rasa bersalah dan kekecewaan terhadap diri sendiri lebih dominan. 

Dalam hal ini, penerimaan (acceptance) dan memaafkan (forgiveness) adalah kuncinya, menerima bahwa kita pernah dilukai/melukai orang lain maupun diri sendiri dan memaafkan segala yang pernah terjadi.

Meskipun kita semua tahu, bahwa menerima dan memaafkan tidaklah semudah itu. Acceptance perlu waktu dan tiap orang akan berbeda waktunya, bergantung pada pengalaman dan caranya mengatasi masalah. Seorang psikolog pernah berkata, bahwa cara paling penting dalam menjalani proses acceptance adalah menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada peristiwa positif dan negatif. 

Namun, peristiwa positif lebih mudah diterima karena menyenangkan sedangkan peristiwa negatif lebih banyak ditolak karena tidak menyenangkan. Idealnya, keduanya harus kita terima sebagai keseluruhan peristiwa dalam hidup kita. 

Sehingga, terima saja dan yakinkan bahwa masa lalu tidak pernah bisa diubah, yang bisa diubah adalah masa depan. Jadi, jangan membelenggu diri kita dengan unfinished bussines di masa lalu yang kita belum bisa terima, sehingga fikiran negatif akan lebih banyak membuat kita stuck dan tidak bisa mengambil banyak kesempatan di masa depan. 

Seperti hal-nya seekor kupu-kupu, ia menerima dan memaafkan dirinya pernah menjadi seekor ulat yang terlihat menjijikkan, lalu memaafkan saat menjadi kepompong sehingga bisa bertumbuh indah menjadi seekor kupu-kupu. 

Dalam kehidupan manusia, bisa dikatakan bahwa proses kupu-kupu masih dalam kepompong adalah proses healing dan menenangkan diri, menerima dan memaafkan, dan mengambil hikmah peristiwa negatif dan positif yang terjadi serta belajar dari kesalahan. 

Dalam hidup, setiap manusia pasti pernah dan boleh melakukan kesalahan, tidak ada manusia yang sempurna yang terpenting adalah bagaimana kita selalu bisa memperbaikinya. 

Dirimu berharga, jangan berlarut dalam penyesalan yang tidak merubah apapun. Masa lalu bagai nasi yang sudah menjadi bubur, tidak akan bisa berubah menjadi nasi kembali namun apabila kita tambah dengan kaldu, ayam goreng, kerupuk, dan sambal maka rasanya akan lezat. 

We are what we think, apa yang kita fikirkan, itulah kita. Jika kita berfikir positif,maka energi positif akan mengalir kepada kita. Semangat !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun